Bohong

3.9K 468 11
                                    

🎵🎵Bentuk Cinta-Eclat Story🎵🎵

Nanon yang sedang asik membaca
komik, menghentikan kegiatannya saat melihat Ohm yang masuk ke kelas berjalan dengan santai.

"Ciee... Udah baikan nih," goda Nanon saat Ohm datang dan duduk di sebelahnya.

"Tau dari mana lo gue udah baikan? Lo ngikutin gue ya dari tadi?" tanya Ohm mengintrogasi Nanon.

"Dih apaan, ogah banget gue ngikutin lo. Orang keliatan kali dari muka lo yang keliatan bahagia gitu," bantah Nanon cepat. Tak mau jika ia ketahuan bahwa sebenarnya Nanon memang mengikuti Ohm. Bisa di ledekin habis-habisan Nanon jika Ohm sampai tau.

"Iya deh iya, keliatan banget emang?" tanya Ohm sambil memegangi wajahnya.

Nanon hanya mengangguk mengiyakan saja. Tak mau memperpanjang hal yang dapat membongkar kebohongannya.

Sebenarnya Ohm tidak terlihat sangat bahagia. Ohm terlihat biasa saja. Hanya bawaannya yang santai membuat dia terlihat sedikit bahagia.

"Eh btw tadi lo selama istirahat ada keluar kelas?" tanya Ohm.

"Enggak," jawabnya bohong sambil menggelengkan kepalanya dan tetap fokus dengan komiknya.

"Tapi tadi pas gue lagi jalan-jalan di koridor kelas, gue kayak ngeliat lo lagi pelukan sama Marc," jelas Ohm.

Nanon semakin gugup dengan penjelasan yang baru saja di sampaikan Ohm. Nanon hanya bisa pura-pura membaca komik dan menghindari kontak mata dengan Ohm.

"Itu bukan lo kan?" tanya Ohm lagi kini lebih dalam. Seperti seorang detektif yang sedang mengintrogasi sang pelaku.

Nanon langsung menggeleng cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari komik.

"Tapi kayaknya itu..."

"Diem bisa ga sih, gue mau baca jadi ga fokus," potong Nanon yang sudah tidak kuat lagi dengan pertanyaan dan pernyataan yang di tujukkan Ohm untuknya.

Pertanyaan dan pernyataan itu benar adanya. Tapi Nanon tak bisa menjawabnya dengan jujur. Ia tak mau jika terjadi kesalah pahaman antara dia dengan Ohm.

"Lo sama Marc ada hubungan apa?" bukannya diam Ohm masih saja terus bertanya kepada Nanon. Kini Ohm menatap Nanon dengan tajam. Nanon sampai takut dibuatnya.

"Gak ada apa-apa kok," jawab Nanon sambil menelan ludahnya.

"Bohong. Terus kenapa lo pelukan sama Marc?" tanya Ohm lagi. Merasa bahwa Nanon sedang berbohong kepadanya.

Karena banyak membaca dan menonton film detektif, maklum saja jika Ohm dapat membaca bahasa tubuh seseorang. Jadi ia tau kalau Nanon sekarang sedang berbohong.

"Kan gue udah bilang, itu bukan gue," bantah Nanon. Ia berharap Ohm mempercayai hal itu.

"Lo pikir gue bodoh ga bisa bedain mana orang lain mana sahabat gue sendiri?"

"Lo pikir kita baru teman dua tiga hari sampe gue ga bisa tau ciri-ciri sahabat gue kayak gimana?" ujar Ohm dengan raut wajah tak dapat diartikan. Marah dan kecewa kini bercampur aduk di wajah Ohm.

"Oke, gue minta maaf karena gue udah bohongin lo. Gue ga mau kalau lo bakal ngeledekin gue," jujur Nanon.

"Lo pikir gue anak kecil yang mainannya ledek-ledekkan?" ujar Ohm sambil memalingkan mukanya malas.

"Iya," jawab Nanon serius. Hal itu membuat Ohm menatap Nanon sinis.

"Terus kenapa lo pelukan sama Marc?" tanya Ohm lagi.

"Gue tuh tadi jatoh karena nabrak dia, terus gue nangis, dia meluk gue buat nenangin," hancur sudah reputasi Nanon sebagai laki-laki kali ini. Ingin sekali ia merutuki Ohm yang terus saja membuat dia dalam keadaan terpojok.

"Aneh banget lo jatoh doang nangis. Cewek aja gak segitunya," ujar Ohm dengan tatapan tak percaya.

"Ya udah sih emang kenapa kalo gue mau nangis pas itu, toh gue jadi dapet makanan gratis ini," ujar Nanon dengan santai.

"Dih gobloknya natural,"

"Terus kenapa lo bisa jatuh?" tanya Ohm lagi. Nanon sampai greget dibuatnya. Ohm menanya-nanyai dia terus sampai membuat Nanon pusing menjawabnya.

"Nanya mulu lu kek dora,"

"Udah jawab,"

"Ya karena gue lari-lari lah," jawab Nanon sedikit ngegas.

"Kenapa lo lari-lari?" tanya Ohm lagi dan lagi.

"Bacot lo ah," jawab Nanon sambil memukul kepala Ohm. Nanon kemudian menidurkan kepalanya di atas meja.

"Jawab ga,"

"Ga,"

"Jawab Na..."

"Selamat siang anak-anak," ucapan Ohm terpotong saat seorang guru masuk ke kelas mereka.

"Awas lo," ancam Ohm kepada Nanon.

Bukannya takut Nanon malah menjulurkan lidahnya meledek Ohm. Kemudian Nanon tersenyum kecil yang membuat Ohm sangat gemas melihatnya.

"Aww sakit njir," rintih Nanon yang pipinya di cubit oleh Ohm.

"Bodo itu hukuman gara-gara lo ga mau jawab pertanyaan gue," ujar Ohm sambil tersenyum kecil. Nanon hanya menatapnya sinis dan mengelus pipinya yang memerah karena cubitan Ohm.

Pembelajaran pun di mulai. Tak ada yang berbicara ketika guru menerangkan. Meskipun kelas sepi tapi tak ada yang tau kemana arah pikiran mereka saat guru menerangkan. Apakah ke pembelajaran atau ke arah lain. Hanya mereka dan Tuhan saja lah yang tau.

***
To Be Continued

Pojok Author

Halo pembaca Friendzone 👋 Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu baik dan bahagia ya 😊

Bagaimana Friendzone sejauh ini, seru atau biasa saja? Atau malah jelek? membosankan?

Kalau kalian punya saran, boleh loh di bantu authornya dengan saran-saran kalian.

Dukung terus buku ini ya dengan Vote, Comment dan juga Share.

Terima kasih semuanya 😊

Bye Bye 👋😘❤

[OhmNanon]•FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang