Find a Job

726 28 9
                                    

Masih di malam yang sama, kali ini kita berpindah ke kediaman Nanon. Kini Nanon tengah berjalan menuju kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sosok perempuan yang sedang terduduk di ruang tamu dengan isak tangis kecil terdengar.

"Bunda?" Nanon menghampiri sosok paruh baya itu. Rasa khawatir timbul dalam benaknya.

"Nanon, udah pulang, nak?" balik bertanya Kaew, sembari cepat-cepat ia menghapus sisa air mata di pipinya.

"Bunda kenapa nangis?" Nanon bertanya sembari duduk di sebelah Kaew.

"Bunda ga nangis sayang. Cuman kelilipan aja tadi. Kamu sudah makan?" Tak menjawab pertanyaan itu, Nanon segera memeluk tubuh rapuh itu.

Nanon tau bundanya kini sedang banyak pikiran. Kondisi keluarganya memang sedang sulit. Ini semua karena dirinya. Jika dirinya tidak memiliki penyakit ini, semuanya pasti akan baik-baik saja. Bundanya tidak akan menangis seperti ini.

"Maaf bunda, karena Nanon kita jadi susah," lirih Nanon. Dirinya tak dapat menahan lagi untuk tak menangis.

"Nggak, sayang. Bukan karena kamu. Ga ada yang salah, kita cari jalan keluarnya sama-sama, ya." Kaew melepas pelukan mereka dan menyeka air mata di pipi anaknya.

"Maaf ya, bunda jadi bikin kamu sedih gini."

"Bunda gapapa kok, nak. Bunda cuman kepikiran aja harus cari kerja di mana lagi. Tapi bunda yakin kok, pasti masalah kita ada jalan keluarnya dan kamu akan segera sembuh, ya, nak. Jadi kamu harus semangat!" Kaew kembali memeluk Nanon. Dirinya yang rapuh memeluk sosok yang juga rapuh itu. Hendak berusaha mengisi kerapuhan mereka berdua dengan kekuatan yang tersisa.

Keduanya cukup lama berpelukan dan diam dalam kesesakan.

"Kamu udah makan, Nak?" Nanon mengangguk sambil menatap Kaew.

"Ya udah, kamu naik terus istirahat, ya. Obatnya jangan lupa diminum." Nanon menangguk dan pergi menuju kamarnya.

Pintu kamarnya tertutup. Perlahan tanpa sadar tubuh Nanon terjatuh, terduduk lemas ia di lantai. Dirinya masih terbayang isak tangis dan wajah cemas bundanya akan uang yang entah harus mereka cari kemana.

Lagi-lagi Nanon menyalahkan dirinya. Jika ia tak sakit, semuanya mungkin akan baik-baik saja. Ia bisa belajar dan mengejar impiannya. Ia bisa bermain dan membahagiakan bundanya. Namun, takdirnya tak mengizinkan hal itu.

Nanon mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. Iya tak bisa seperti ini terus. Jika dirinya lemah, ia akan terus lemah. Ia harus bangkit dan terus menjalani sisa hidupnya.

Ia berdiri dan berjalan ke arah meja belajar, membuka laptopnya dan mencoba mencari lowongan pekerjaan. Nanon tak berharap banyak. Memangnya siapa yang ingin menerima pekerja lulusan SMP dan masih dalam tahap menyelesaikan sekolahnya di SMA. Dicari pun memang tak ada, pekerjaan part time pun tak ada. Rata-rata harus lulusan SMA dengan menyantumkan ijazah SMA, Nanon kan belum memilikinya.

Sepersekian detik, terlintas di benak Nanon tentang percakapannya di Blue Sky Cafe tadi siang. Kafe di sebelah sekolahnya. Podd, pemilik kafe tersebut sedang mencari karyawan sementara karena karyawannya kini tengah mengambil cuti. Seingat Nanon seperti itu. Dengan segera Nanon mengambil ponselnya dan mengetikkan nama pada panel kontak. Untungnya ia memiliki nomor Podd. Nanon memang memilikinya karena itu salah satu kafe langganannya. Ia dengan Podd juga sudah lumayan dekat.

"Halo, Non, kenapa telpon malam-malam?" tanya seseorang dari seberang telpon. Tentu saja itu Podd. Nanon langsung menelponnya karena kini ia sedang terburu-buru.

"Halo, bang, maaf banget kalau ganggu waktu abang. Tapi abang lagi sibuk ga?" Nanon merasa tak enak, jadi ia memastikan teman berbicaranya ini apa sedang luang waktunya atau tidak.

[OhmNanon]•FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang