🎵🎵You Are The Reason-Calum Scott🎵🎵
"Nanon Korapat Kirdpan." Nama Nanon telah di panggil. Kini giliran Nanon untuk masuk kedalam ruangan tersebut.
Nanon menarik nafasnya dan kemudian berjalan memasuki ruangan tersebut. Ia berjalan gugup saat memasuki ruangan yang serba putih itu.
"Nanon Korapat," sapa dokter tampan yang sedang duduk di mejanya.
"Iya dok saya sendiri."
"Silahkan duduk." Nanon pun duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter itu.
"Jadi apa keluhanmu, Non?" Dokter itu sudah mulai menanya-nanyakan tentang kondisi Nanon.
"Saya merasa belakangan ini saya sering sakit kepala, terus wajah saya berubah sedikit pucat, dok. Tadi pagi juga saya mimisan sangat banyak." Nanon menceritakan betul keluhannya tak mau ada yang kurang-kurang.
"Mimisan yang sangat banyak?" ulang dokter itu sambil menulis sesuatu.
Nanon mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, lebih baik kamu tes darah dan rontgen untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit kamu."
Nanon kembali mengangguk mengiyakan saja, yang penting ia bisa kembali normal.
"Kamu bolos sekolah?" Nanon mengangguk.
"Apa orang tuamu tau, kamu kesini?" Nanon menggeleng.
"Kamu harus kasih tau mereka, Non. Bagaimana pun juga mereka harus tau kondisi kamu," ujar dokter itu mengingatkan.
"Iya dok."
Dokter itu memeberikan sebuah kertas kepada Nanon. "Baiklah kamu isi dulu formulir ini, persetujuan untuk rontgen dan tes darah."
Nanon pun mengisinya dengan cepat. "Ini, dok."
Dokter itu mengecek kembali formulir yang di berikan Nanon. "Arm, tolong kamu antar dia untuk rontgen dan melakukan tes darah."
"Baik dok." Petugas bernama Arm itu pun mengajak Nanon untuk ikut bersamanya.
Nanon merasa gugup dan takut. Ini pertama kalinya ia melakukan rontgen. Melihat ruangan rontgen yang mengerikan itu membuatnya sulit bernafas. Banyak sekali selang di dalam ruangan itu dan alat-alat yang tak ia ketahui.
"Kamu bisa melepas pakaianmu dulu, dan memakai pakaian yang sudah di sediakan di ruangan itu." Arm menunjuk satu ruangan ganti. Nanon mengangguk dan bergegas mengganti pakaiannya.
"Oke, kamu diri di sini, dan tempelkan dadamu di sini. Dan ikuti intruksi saya. Mengerti?" Nanon mengangguk mengerti.
Arm kemudian meninggalkan Nanon sendiri. Nanon pun berjalan pelan ke tempat yang di bilang Arm.
Ia berdiri dan merapatkan dadanya di tempat yang tersedia.
"Tarik Nafas, Buang." Arm kemudian memberikan intruksi kepada Nanon. Nanon pun melakukannya.
Beberapa kali Nanon disuruh melakukan intruksi dari Arm. "Selesai."
Nanon kemudian bernafas lega. Tubuhnya bergetar karena takut.
Arm kemudian kembali mendatangi Nanon. "Tinggal cek darah. Mari ikut saya."
Nanon dan Arm pun pergi untuk melakukan tes darah.
Setelah semua tes sudah dilakukan, "Kamu sudah bisa pulang. Hasil akan di berikan 3 hari lagi." Nanon mengangguk.
"Oh iya, Non." Arm menghentikkan langkah Nanon. Nanon pun menengok ke Arm.
KAMU SEDANG MEMBACA
[OhmNanon]•FRIENDZONE
FanfictionNanon dan Ohm, persahabatan yang mereka bangun, harus runtuh ketika sebuah rasa bernama cinta hinggap dalam hubungan persahabatan mereka. Akankah mereka tetap menjadi sahabat? Saling mengutarakan perasaan mereka? Atau berpisah? Top Rank 🎖 #1 : thai...