Ice Cream

1.4K 83 38
                                    

Masih di rumah Ohm Pawat, kedua pria yang katanya sahabat itu, Nanon dan Ohm, kini tengah belajar bersama. Setelah kejadian tadi, semuanya kembali normal. Nanon kini fokus dengan soal-soal yang memenuhi pikirannya begitu juga dengan Ohm.

"Lo beneran udah gapapa kan, Non?" tanya Ohm yang masih mengkhawatirkan kondisi Nanon. Sedari tadi dirinya memang terpaku pada soal-soal, tetapi pikirannya tak di sana, ia terus memikirkan Nanon dan mengkhawatirkan sahabatnya itu.

"Gapapa," jawab Nanon sambil menatap sahabatnya itu.

"Gue gapapa, Paw," ujar pria itu sekali lagi sembari mengusap wajah tampan milik Ohm. Nanon menunjukkan senyumannya untuk membuktikan ia tidak apa-apa sekarang.

Nanon tau sahabatnya itu masih khawatir dengan dirinya. Dan Nanon menyukai hal itu. Dulu memang tidak. Tapi sekarang Nanon ingin menghargainya. Nanon ingin menikmati setiap momen bersama Ohm. Ia ingin di khawatirkan Ohm, ingin di sayang Ohm, ingin diperhatikan Ohm, semuanya, Nanon ingin semuanya dari Ohm.

Egois? Nanon tau itu, tapi untuk waktunya yang tak akan lama lagi, ia ingin mendapatkan setidaknya kebahagiaan bersama orang yang paling dicintainya. Salahkah bila dirinya egois saat ini?

"Ohm!!" Panggilan itu menyadarkan Nanon dan Ohm. Suara Aom, mama Ohm terdengar dari bawah memanggil anaknya.

Dengan cepat, Nanon dan Ohm turun ke bawah dan menyambut Aom dengan gembira.

"Hai, ma!" sapa Nanon ramah sembari memeluk mama Ohm.

"Eh, Nanon, mama kangen sama kamu. Udah lama kamu ga main."

"Kata Ohm kamu sakit ya kemarin. Kamu sakit apa sayang sampai masuk rumah sakit?" tanya Aom, wajahnya mulai menandakan ia khawatir terhadap Nanon.

"Nanon kecelakaan ringan, Ma. Tapi sekarang Nanon udah gapapa kok," ujar Nanon berbohong.

"Heh?! Kok bisa?! Astaga sayang, tapi masih ada yang sakit?" tanya Aom khawatir. Tangan lembutnya ia ulur untuk mengusap wajah manis pria itu.

"Udah gapapa kok, ma."

"Duh, sayang, tapi muka kamu kenapa pucat banget? Kamu udah makan, sayang?"

"Udah, ma. Nanon udah makan tadi makan masakan mama yang juara banget." Nanon mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

"Ihhh jangan gitu, nanti mama salting."

Nanon tertawa mendengarnya, sedangkan Ohm hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mamanya.

"Tapi, kamu beneran udah gapapa, sayang? Muka kamu masih pucat sekali ini." Aom memegangi wajah Nanon, mengusapnya pelan. Wajahnya masih menunjukkan bahwa ia khawatir dengan pria itu.

"Kok bisa sampai pucat gini, ya?" sambung Aom lagi.

"Itu Nanon pucat karena abis dici--,"

"Dicincang sama pak Gulf, Ma." Tak membiarkan Ohm untuk melanjutkan kalimatnya, Nanon langsung memotong kalimatnya.

"Ha??? Dicincang??"

"Enggak, maksudnya Nanon abis dimarahin sama pak Gulf karena berisik di kelas, terus dapet hukuman, deh," ujar Nanon. Aom hanya mengangguk.

Nanon menatap sinis Ohm. Ingin sekli dia menampar bibir lemes itu. Hampir saja Ohm keceplosan bilang kalau mereka baru saja berciuman. Mau ditaruh di mana muka Nanon nantinya. Bisa malu sampai tujuh turunan.

"Ya udah, kalian lanjut main, gih, mama mau istirahat dulu."

"Idihhh, siapa yang main, orang kita belajar, ya gak, Non?" ujar Ohm sembari menaikkan alisnya dan menatap Nanon.

[OhmNanon]•FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang