Putus

2.6K 260 45
                                    

🎵🎵Pamit-Tulus🎵🎵

10 menit sebelum film selesai, Prigkhing sudah pamit untuk pergi ke toilet. Ia meminta Ohm untuk menunggunya di lobby.

Prigkhing menatap dirinya di depan cermin. Ia sudah membetulkan make up nya. Setidaknya wajah sendunya tak terlalu keliatan.

Ia tersenyum ke pantulan dirinya di kaca. Kagum dengan kecantikannya sendiri.

Gue cantik, ga ada yang pernah nolak gue. Jelas Ohm ga mungkin bakal ninggalin gue.

Setelah yakin dan merasa lega, Prigkhing berjalan keluar toilet dan pergi menuju lobby menemui Ohm, kekasihnya.

Ohm tengah berdiri di pinggir sambil memainkan hpnya. Prigkhing tersenyum karena Ohm masih mau menunggunya. Ia pun berlari kecil menghampiri Ohm.

"Ohm, habis ini mau kemana lagi?" tanya Prigkhing sambil tersenyum manis kearah Ohm. Ohm menatap Prigkhing dan berpikir sejenak.

"Pulang." Ohm memasukkan hpnya ke saku celananya dan menatap Prigkhing dengan dingin.

"Kok langsung pulang sih, ketaman dulu yuk. Sore sore gini kan enaknya nyatai." Prigkhing merangkul lengan Ohm dengan manja.

Ohm terlihat berpikir sejanak. "Ya, ya, ya, ya Ohm." Prigkhing dengan kekehnya meminta Ohm untuk pergi ke taman bersamanya.

Ohm mengangguk menyetujui permintaan Prigkhing. Sekaligus mungkin sebagai permintaan terakhir Prigkhing. "Oke."

"Yayyy." Ohm dan Prigkhing pun berjalan keluar dari bioskop dengan Prigkhing yang masih merangkul manja lengan Ohm.

Waktunya menjalankan misi...

***

Mereka sampai di taman, Prigkhing langsung berjalan menuju salah satu bangku di sana. Disusul Ohm yang duduk di sebelahnya.

"Udah lama ya kita ga duduk berdua di taman kayak gini," ungkap Prigkhing membuka pembicaraan mereka.

"Iya," jawab Ohm singkat sambil menatap indahnya langit.

"Aku jadi ngebayangin deh hubungan kita sampai ke pernikahan. Kita nikah, punya anak, bangun keluarga..."

"Prig." Potong Ohm cepat sebelum Prigkhing menyelesaikan ucapannya.

"Ya?" Kaget Prigkhing karena Ohm yang memotong ucapannya, sekaligus mematahkan hatinya.

"Kita akhiri aja ya," pinta Ohm dengan wajah serius.

"Ha? Meng.. mengakhiri? Mengakhiri apa? Oh kamu mau kita langsung nikah aja gitu? Iya nanti aku bilang ke ayah aku," ujar Prigkhing bergetar. Ia tau ucapan Ohm mengarah kemana, tapi ia menolak untuk mendengarnya.

"Prig," panggil Ohm sedikit lembut, berusaha menenangkan gadis itu.

"Iya Ohm aku tau, kamu mau nikah dimana nanti? Swiss? Amsterdam?" Prigkhing tersenyum ketir. Ia menatap Ohm yang menatapnya seakan tak ada harapan untuknya dan Ohm.

Prigkhing mulai terisak. Tangisnya tak dapat di bendung lagi. "Aku mau kita putus, Prig." Ucapan itu, ucapan yang sama sekali tak mau di dengar oleh Prigkhing.

"Gak, aku ga mau. Aku ga mau putus sama kamu." Tolak Prigkhing mentah-mentah.

"Prig, kita udah ga bisa sama-sama lagi. Jujur aku udah ga cinta lagi sama kamu. Maaf." Berusaha memberikan kesan yang baik untuk terakhir kalinya, Ohm menggenggam tangan Prigkhing kuat. Mencoba meyakinkan  bahwa mereka memang tak bis bersama lagi.

"Ga, ga, kamu bohong. Kamu ga mungkin gak cinta lagi sama aku. Kamu masih cinta kan sama aku? Kamu cinta mati kan sama aku?"

"Prig, tolong jangan bodoh. Masih banyak yang lebih baik di luar sana dari aku." Ohm melepaskan genggamanya.

[OhmNanon]•FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang