Pengobatan (2)

2.3K 246 16
                                    

🎵🎵Bicara-TheOvertunes🎵🎵

Sampai di Lab, Nanon di tuntun oleh beberapa suster untuk di ambil sedikit darahnya dan di cek tipe golongan darah Nanon.

Nanon duduk di salah satu kursi. Menunggu seorang suster yang sedang mengambil sebuah suntikan. Jantung Nanon berdegup kencang sedari tadi. Ia hanya sedikit takut dengan darah, dan juga tusukan jarum.

Tapi Nanon berusaha untuk tidak memberontak. Ini semua demi kebaikannnya. Ia harus berusaha untuk menahannya. Tak akan lama jika ia hanya menutup matanya.

Suster itu pun kembali dengan membawa suntikan yang sudah di sterilkan.

Suster itu tersenyum ke arah Nanon. "Kamu pacarnya Marc kan?" tanya suster itu. Nanon tak terkejut mengapa suster itu mengetahui tentang statusnya. Pasti Marc telah memberitahukannya. Nanon hanya mengangguk.

"Kamu tau, Marc sangat mencintai kamu. Saat pertama kali tau golongan darahmu dari cek darah kemarin, Marc langsung mendonorkan darahnya. Golongan darah kalian sama. Padahal darah waktu itu belum pasti benarnya," cerita suster itu sembari mengangkat lengan baju Nanon dan mengolesinya dengan sedikit alkohol.

Nanon terdiam mendengarnya. Tak bisa berkata apa-apa. Ia tertegun dengan semua hal yang di lakukan Marc. Ia semakin takut sekarang. Takut jika ia tak bisa membuat Marc bahagia juga.

Marc telah berkorban banyak untuk dirinya. Sedangkan Nanon, ia merasa seperti seorang yang tidak berguna, yang hanya bisa mendapatkan banyak bala bantuan, tanpa bisa membalasnya.

"Sus, kenapa saya harus ambil darah lagi, kan kemarin sudah? Memang yang kemarin tidak bisa di pakai lagi?" tanya Nanon penansaran. Karena Marc saja sudah bisa lebih dulu mengetahui golongan darahnya menggunakan darah kemarin.

"Seperti yang saya bilang tadi. Hasilnya tidak akan sedetail yang diharapkan. Karena darah itu sudah terkontaminasi dengan zat-zat yang lain. Makanya kamu perlu tes darah lagi. Karena golongan darah pun banyak jenisnya," jelas Suster itu sambil memasukkan jarum suntikan kedalam lengan Nanon.

"Auww" Nanon meringis kesakitan saat jarum itu menembut kulitnya. Perih rasanya. Tapi Nanon harus menahannya.

Nanon menutup matanya untuk menahan rasa sakitnya dan juga agar ia tak mual saat melihat darah.

***

Di depan lab, Marc dan Kaew sedang duduk sambil berbincang-bincang.

"Makasih ya nak Marc. Udah mau nemenin kami ke sini. Sampai di kasih biaya yang murah juga. Jadi ga enak kami, ngerepotin keluarga nak Marc terus," ujar Kaew terharu.

"Gapapa, bunda. Kita semua pasti mau yang terbaik buat Nanon kan. Saya juga senang udah bisa bantu bunda sama Nanon. Setidaknya itu bisa meringankan beban bunda," ujar Marc lembut.

Kaew memegang wajah Marc. Terharu sekali dengan ucapan Marc. "Kalian orang baik, makasih,"

Marc memegang tangan Kaew yang memegang wajahnya. Mendekap tangan itu lembut. Memberikan kekuatan kepada Kaew.

"Nak Marc, bunda bisa minta tolong sama kamu?" tanya Kaew lembut dan sedikit canggung, karena ia merasa sudah terlalu banyak merepotkan Marc.

"Minta tolong apa, bun?" balik tanya Marc dengan sedikit bingung. Apapun permohonan Kaew, Marc sebisa mungkin akan mengabulkannya. Marc sudah menganggap Kaew sebagai ibunya sendiri.

[OhmNanon]•FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang