🌹3; Bahagia

5K 693 20
                                    

🌹🌹🌹

Briona selalu sampai di rumah pada pukul lima sore hari. Lebih cepat satu jam dari kepulangan Kama. Kesempatan itu dia gunakan untuk menyiapkan makan malam dibantu dengan Sarah. Asisten rumah tangga yang Melody pilihkan untuk membantu mengurus rumah mereka.

Hari ini, setelah mampir ke Ciros terdekat, dia pulang membawa dua ikat kangkung segar, tempe dan tahu, juga seperempat kilo gram ikan teri.

Dia langsung masuk ke dapur setelah melepas heel's dan telanjang kaki.

Sarah yang melihat sang Nyonya terpincang-pincang memekik. "Itu kenapa Nyah, kakinya?"

"Keseleo," jawab Briona tanpa arti. Dia menggelung rambut sepunggungnya ke atas. "Ini teri jangan dimasak semua ya, Sar. Setengahnya kamu goreng sekarang, biar saya yang bikin bumbu sambelnya."

Sarah dengan sigap menyambut barang belanjaan dari tangan Briona. "Tapi itu ndak mau diobati dulu Nyah kakinya? Nek ndak Nyonya langsung istirahat aja, biar saya yang masak, Nyah."

"Saya kan istri, Sar. Jadi saya yang masak buat Mas Kama." Briona sama sekali tidak memperdulikan keadaan kakinya. Menurutnya, kewajibannya sebagai seorang adalah yang terpenting dibanding kondisi kesehatannya sendiri.

"Ya tapi kan, Tuan ndak tau kalau makanan yang dia makan tiap malam itu masakannya Nyonya." Sarah masih terus berkomentar sambil memotong kangkung.

Briona yang berdiri di dekat pantri sambil memotong bawang menjawab, "Kalau dia tau saya yang masak, Mas Kama nggak akan mau makan, Sarah."

"Ya tapi kan, kenapa ndak mau makan coba? Nyonya kan, istrinya sendiri. Coba nanti saya ngomong-"

Kalimat Sarah berhenti saat suara mesin mobil terdengar dari arah luar. Briona segera meletakkan pisaunya.

"Lanjutin ya." Dia hendak melangkah meninggalkan dapur, namun kemudian kembali berbalik, menatap Sarah dengan tajam. "Awas kalau kamu sampai bocor, gaji kamu saya potong."

Setelah mengucapkan ancaman tanpa perasaan itu Briona memilih untuk langsung ke halaman belakang saja. Halaman di mana tempatnya menyimpan beragam jenis mawar yang luar biasa indahnya.

Ruangan ini adalah ruangan khusus miliknya, ruangan dengan desain yang sepenuhnya menggunakan kaca yang tiang penyangganya terbuat dari kayu kokoh berwarna hitam. Setelah membuka pintu kaca itu, harus semerbak mawar menyapa indra penciuman, membuat lelah dan penat yang dibawa Briana sejenak hilang.

Mawar-mawar ini adalah penyembuh baginya, penghilang rasa sakit meski sementara. Keindahannya mampu membuat seorang Briona yang berperasaan sekeras baja terpesona.

Jika sudah di sini, dia akan lupa dengan kepenatannya, kelelahannya, serta seluruh rasa sakitnya dari dunia luar. Seolah, kebun ini adalah dunia paralel yang tercipta untuk menyembuhkan rasa sakit.

Dia sudah memakai sepatu botnya, meskipun kakinya masih sedikit sakit. Memakai pula sarung tangan karet sebelum meraih gembor kecil yang masih menyisakan sedikit air. Setiap pagi, bunga-bunga ini akan diurus oleh Pak Jarot, tetangga sebelah rumah yang juga bekerja di tempatnya. Briona tidak perlu takut meninggalkan mawar-mawarnya sendirian di rumah.

Dia mengangkat gembor sebelum menyiramkan pada bunga-bunga yang menurutnya sedang membutuhkan air. Sedikit demi sedikit, Briona melakukannya dengan senang hati.

Setelah puas dengan waktu self healingnya, dia keluar. Kembali menyeker masuk ke dalam rumah. Tentu, jika ke kamarnya dia harus melewati meja makan terlebih dahulu. Dan menemukan Kama yang sedang melahap makan malam dengan lahapnya. Dalam diam, Briona tersenyum tipis melihat itu. Dia tahu sekali, sayur kangkung dan sambal teri merupakan favorit pria itu selain sup matahari.

Namun seperti biasa, keberadaan Briona tetap tak kasat mata. Karena Kama sepertinya sibuk melakukan panggilan video yang menampilkan dirinya sedang makan.

"Iya, masakan Sarah emang juara banget, Yang. Itu kenapa aku nggak pernah absen buat makan malam di rumah." Dia terkekeh. "Cuma kayaknya rasa masakan hari ini agak beda. Hambar. Apa jangan-jangan dia lagi galau gara-gara berantem sama pacarnya, ya?"

Ya, begitu selanjutnya sepasang kekasih itu saling bercanda. Dan Briona sama sekali tidak keberatan untuk diabaikan. Dia menerimanya dengan tangan terbuka. Karena ... Dirinya dan Kama sudah menempuh jalan masing-masing untuk lebih bahagia.

Kama bersama Aleta kekasih tercintanya. Sementara Briona ... Tidak membutuhkan siapa-siapa. Sendirian dia bisa. Karena jika menggantungkan kebahagian kepada orang lain, Briona tahu cepat atau lambat dirinya akan kembali terluka.

Ya, sendirian adalah definisi bahagia ala Briona. Dia ingin menjadi wanita yang bebas merdeka tanpa bergantung kepada lelaki yang tidak menganggapnya apa-apa. Maka dari itu, selama pernikahan ini, dia lebih baik dianggap tidak ada, dari pada disakiti sedemikian rupa.

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaannya kepada Kama, Briona akan dengan lantang menjawab bahwa perasaannya terhadap suami biasa saja. Hambar, dan cenderung tidak ada. Dan orang-orang akan menganggapnya berbohong karena saat Briona mengutarakan jawabannya, dia berkata sambil memalingkan muka. Seolah tidak bisa membohongi orang lain, atau bahkan dirinya sendiri.

Dan di saat sendirian seperti ini, jika dia bertanya apa yang hatinya sendiri inginkan, apakah dia mencintai Kama atau tidak, meski sakit ... Tetap, hatinya berkata 'ya'.

Tapi bukan berarti karena mencintai Kama dia bisa dengan mudah menerima tawaran Melody begitu saja. Dia tahu Kama tidak pernah mencintainya layaknya seorang wanita, dan Briona sempat menolak tentu saja. Namun raut sedih Melody, wanita yang merawatnya sejak usia Briona genap lima tahun, serta permohonannya yang sampai rela bertekuk lutut demi menjadikan Briona sebagai menantu membuat Briona tidak tega, dan akhirnya menerima. Meskipun kemarahan dari Kama adalah konsekuensi yang harus dia terima.

Usai mandi, dia mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Dengan masih menggunakan kimono, dia membuka pintu. Dan menemukan keberadaan Sarah di sana.

Asisten rumah tangganya yang masih berumur dua puluh empat tahun itu mengulurkan salep pereda nyeri.

Briona menerimanya, lalu berkata, "Terimakasih." Namun dia mengernyit saat Sarah tidak juga beranjak dari tempatnya. "Ada lagi?"

Sarah tampak tersenyum sambil mengerling. "Itu ... Dari Tuan Muda."

Brioan mengerjap, menatap salep di tangannya dengan pandangan kosong. Dia tidak menyadari tatapan Sarah yang penuh arti akibat ulah pipinya yang mendadak bersemu.

Benarkah Kama yang memberikan ini untuknya?

***

Boleh nggak nih, Briona bahagia sejenak? Apa langsung balikin aja salepnya? Hehehe.

Vidia,
08 Juli 2021.

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang