🌹19; Kecupan

4.6K 593 17
                                    

🌹🌹🌹

PT. Ros City merupakan sebuah perusahaan yang menaungi Mall City Rosquare. Kantornya bercabang dan setiap kota mempunyai minimalnya satu kantor. Dan di Jakarta, perusahaan tempat Briona dan Kama bekerja adalah pusatnya.

Sedangkan di masing-masing kantor, ada beberapa saham yang terbagi. Dan untuk saat ini, Kamalah pemilik saham tertinggi dengan presentase 25% setelah Rajendra undur diri dari jabatannya dan menyerahkan tahta kepada sang putra. Sedangkan pemegang saham tertinggi kedua ada di tangan salah satu petinggi, yang kabarnya menjadi pemegang kendali pada kantor cabang lain, Pak Marga Arthadinata sebesar 20%. Setelah itu, barulah Briona, Melody membaginya saham 15% untuk investasi. Kemudian sisanya di pegang oleh para investor yang mempercayakan uangnya kepada PT. Rose City.

Dan kini, kembali digelar rapat oleh para petinggi kantor pusat seperti biasa. Rapat mingguan yang kali ini Briona dapat menghadirinya.

Dia membaca grafik dari pendapatan yang masuk untuk minggu ini. Benar, grafik itu menukik tinggi, menandakan bahwa swalayan yang mereka naungi sedang naik-naiknya. Pengunjung membludak, mau itu mereka yang mampir secara langsung, atau online. City Rosquare sedang berada di puncaknya.

Dan terlihat sekali, semua orang yang berada di ruangan itu tampak sangat puas.

“Ternyata ide Ibu Briona memang brilian sekali,” Pak Wayan selaku direktur keuangan memuji. Pria setengah baya itu mengangguk-angguk bangga atas kinerja perempuan muda seperti Briona. “Anak buah saya sudah jarang komplain mengenai pemasukan yang tidak sesuai. Itu karena pemasukan kita sudah melampaui target jual beli.”

“Sejak Pak Rajendra lengser dan Pak Kama naik jabatan, Ciros memang berkembang pesat sekali,” Pak Hendra sebagai direktur utama menyahut. “Ditambah pula kinerja serta ide dari Ibu Briona belakangan ini. Ciros sedang berada di puncaknya.”

“Kemajuan ini bukan karena kami saja, Pak.” Layaknya hal rutin setelah selesai melakukan rapat evaluasi, ruangan ini jadi penuh sekali puja dan puji. Kama pun tidak mau dirinya dibuat terbang seorang diri. “Ini karena tim yang Pak Hendra, Pak Wayan, dan Dara pimpin memang solid sekali. Jarang ada kesalahan atau kekeliruan yang saya dengar.”

Dan ketiga oran itu tersenyum malu. Jarang-jarang ada atasan yang sudi memuji bawahannya kecuali memang kinerjanya sangat sangat bagus.

“Kalau begitu, kita bisa akhiri rapat ini.” Briona buka suara. Ini sudah pukul lima sore. Dan dia sedang tidak ingin basa-basi. Ingin segera pulang dan menengok mawar-mawar cantiknya di halaman belakang.

“Sebentar Bu, saya ingin mengusulkan sesuatu.” Hendra kembali menyela. Pria paruh baya itu menatap Kama dan Briona selaku atasannya dengan senyum ramah. “Kinerja kita untuk satu tahun ini sudah maksimal sekali. Hasilnya pun bagus dan memuaskan. Apa sebaiknya kita beri reward untuk para karyawan yang sudah bekerja keras?”

Kening Briona berkerut dalam.

“Seperti liburan akhir tahun?” Wayan menebak.

Dan langsung dijawab anggukan setuju dari Hendra. “Reward liburan ke Bali sepertinya sepadan dengan kerja keras mereka satu tahun terakhir.” Kemudian melirik Kama. “Bagaimana, Pak?”

Kama menyatukan genggaman tangannya ke bawah dagu, seolah sedang berpikir keras. Hmm, Bali, ya? Sepertinya memang menyenangkan. Mengeluarkan sedikit budget untuk para karyawannya refreshing sepertinya sepadan dengan usaha mereka membangun Ciros sampai sepesat ini. “Saya setuju.”

Wayan dan Hendra langsung merekah. Begitu juga dengan Dara, dia melirik senang ke arah Briona yang tampak tak banyak bicara seperti biasa.

“Lalu, jika semua pergi, bagaimana kantor akan beroperasi?” Briona memecah gelembung bahagia di ruangan mereka.

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang