🌹🌹🌹
Kedatangan Melody ke kediaman Kama dan Briona menyebabkan kehidupan di dalamnya terasa jungkir balik. Sang Mama bahkan rela menerobos hujan demi bisa ke mari karena tidak tahan ditinggal sendirian di rumah akibat sang suami yang harus pergi keluar kota.
Usai menyambut dengan berbagai hidangan yang Briona masak dengan kedua tangannya sendiri, Melody beranjak naik, ada tiga kamar di atas. Kamar milik Kama, Briona, dan satu lagi khusus untuk Mama dan Papa jika ingin menginap.
Untungnya, Melody sama sekali tidak curiga kenapa kamar anak dan menantunya terpisah, karena kamar Briona sendiri memiliki walk in closet super besar yang menyimpan banyak sekali barang-barangnya. Melody merasa maklum, karena kamarnya sendiri pun terpisah dengan kamar milik Rajendra.
Namun meskipun begitu, yang Melody percaya adalah, bahwa Kama dan Briona selalu tidur satu ranjang setiap malamnya. Entah kamar terpisah atau tidak, yang penting tidur tidak boleh ikut sendiri-sendiri juga. Itu yang sang Mama tahu. Dan sialnya, malam ini Mama memutuskan menginap. Tahu kan, apa yang harus Kama dan Briona lakukan? Ya, bersandiwara. Lagi.
"Di kamarku, atau di kamarku?"
Pertanyaan itu mengejutkan Briona yang sibuk dengan cucian piringnya. Briona membeku, diam saja dan sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan suaminya barusan. Dia serahkan semua ke tangan Kama, karena tahu, pilihannya tidak akan berarti apa-apa.
Tahu bahwa wanita di depannya enggan menjawab, Kama mendengus. Hubungan mereka memang selalu seperti ini. Rumit, bahkan untuk saling bertanya saja butuh usaha ekstra. Hanya untuk memecah kesunyian saja pasti rasa canggung menyapa.
Dan ngomong-ngomong, ini juga kali pertama di mana Kama melihat Briona sudi mencuci piring. Sebelumnya, dia tidak pernah melihat apa-apa. Menganggap Briona terlalu manja akibat perlakuan Mamanya yang selalu memperlakukan Briona layaknya putri raja. Namun rupanya, Briona yang Kama lihat sekarang ini adalah Briona dewasa, karakternya berubah jauh sejak saat Kama memasakkan satu bungkus mie instan untuk remaja ingusan.
Kama yang masih berdiri di sisi pintu sambil bersidekap tersenyum kecut dalam diam, remaja ingusan? Tapi di saat itu juga si remaja ingusan yang baru saja disebutnya membangkitkan hasrat kelelakian Kama untuk kali pertama.
"Seharusnya kamu menyuruh Sarah. Apa gunanya dia kalau semua pekerjaan rumah kamu yang mengerjakan." Mungkin karena sebal akibat diabaikan, Kama justru mengeluarkan kalimat yang tidak perlu.
"Aku nggak keberatan mencuci piring." Briona menjawab seadanya. Lagi pula, kenapa Kama harus peduli? Dia kembali berkutat pada cucian piring yang menumpuk.
Dan Kama yang baru sadar kalau kalimatnya mengandung perhatian terselubung berdehem canggung, sebelum melangkahkan kaki keluar dari pintu dapur sebelum bibirnya mengucapkan kalimat lain yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Namun kakinya justru melangkah ke arah belakang, tempat di mana Briona merawat mawar-mawarnya.
Harum semerbak tercium ketika kali pertama Kama membuka pintu, khas aroma mawar yang menyenangkan. Tidak heran dia sering sekali mendapati Briona langsung ke tempat ini setiap pulang kerja, karena suasananya memang 'menyembuhkan sekali'. Layaknya taman kecil yang sengaja dibuat untuk menenangkan pikiran yang lelah setelah seharian bekerja.
Kama melangkahkan kaki lebih dalam. Dia jarang masuk ke sini. Ini adalah kali pertama meskipun Kama sertring melihat penampakannya dari luar saja. Mawar di sini warna-warni, namun yang berwarna putih yang paling mendominasi. Rak-raknya disusun sedemikian rapi. Tidak ada satupun pupuk yang keluar dari potnya. Briona memang perfeksionis sekali, protektif, terlebih kepada mawar-mawar kesayangannya.
Kama ingat, dulu, ketika Briona datang ke rumah untuk kali pertama, Kama dengan sengaja memetik bunga milik Briona hanya untuk mendapat perhatian darinya. Kalau diingat-ingat lagi, itu perbuatan yang konyol sekali.
Kemudian perhatiannya tertuju pada salah satu pot berisi mawar yang tampaknya sangat istimewa. diletakkan sendirian di sudut rumah kaca. Sesekali pula Kama melihat Briona yang kerap tersenyum ketika menatap mawar ini. Namun saat Kama melihat dengan lebih jelas, sepertinya tidak ada yang berbeda dengan mawar yang lain. Sama-sama berwarna putih, monoton, dan biasa sekali. Semuanya sama saja selain potnya yang memang lebih besar berbahan kaca, juga ... Kama menunduk, memperhatikan ukiran kecil bergambar seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Elang.
Ahh, dia mengerti kenapa bunga ini menjadi sangat istimewa di mata Briona. Karena ada burungnya, ternyata. Meskipun ukiran itu tampak antik dan artistik sekali, namun entah kenapa Kama justru membencinya. Entah karena dia yang selalu muak setiap melihat pasangan yang terlalu berlebihan mengekspresikan perasaan mereka, atau justru karena ukiran itu sendiri yang bergambar elang. Entahlah, dia merasa konyol saat memikirkan itu.
Tubuh Kama kembali menegak saat mendengar pintu kaca di belakangnya kembali dibuka. Dia menoleh, menemukan sosok pria paruh baya yang dia kenali namanya sebagai Pak Jarot. Sosok yang dipercaya Briona untuk menjaga dan merawat mawar-mawarnya.
"Eh, Mas Kama di sini?" sapanya setelah masuk dengan membawa seekor ayam jantan besar digendongan.
Kama mengangguk singkat. Kembali mengalihkan perhatiannya pada mawar berpot 'istimewa' itu. Sedangkan Pak Jarot yang menyadari ke mana arah mata Kama mendekat.
"Ini mawar yang sangat disayang Mbak Bri, Mas," jelasnya dengan sangat berbaik hati. "Yang pertama kali disiram, dipupuk, sama diperhatikan."
Kama bersidekap, "Padahal saya nggak lihat apa bedanya dari mawar yang lain."
Pak Jarot tertawa dengan suaranya yang keras. "Kata Mbak Bri, ini adalah mawar pertama yang berhasil berbunga saat dirawat temannya. Saya ingat sekali waktu Mbak Bri pulang bawa mawar ini sambil tersenyum lebar."
Kama tersenyum kecut, jelas dia tahu betul siapa 'teman' yang baru saja disebut oleh Pak Jarot.
🌹🌹🌹
Btw, Kama, emang kamu punya hak buat benci potnya Bri ya? 😂
Vidia,
29 Agustus 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...