🌹🌹🌹
Kama menyadari dengan amat sangat, bahwa kesalahannya di masa lalu begitu bejat dan tak termaafkan. Di mana hari dia bangun dengan Briona yang tanpa busana di sampingnya, di saat itu pula dia sadar, bahwa dirinya memang benar-benar bajingan.
Bagaimana mungkin seorang Kama yang sudah menganggap Briona sebagai adik kandungnya sendiri bisa sedemikian berhasrat dan berakhir fatal? Dia sadar dari lama, sebenarnya. Sejak ciuman pertama mereka, dilanjutkan dengan kontak fisik lain di hari-hari berikutnya, ada yang salah dari perasaannya.
Karena sejak saat itu, dia tidak bisa lagi memandang Briona sebagai adik, melainkan seorang wanita. Dan dengan tidak tahu diri, setelah kesalahan super fatal yang bisa saja menghancurkan masa depan mereka, Kama masih bisa mendamba.
Pikirannya sulit dikontrol. Berbagai adegan kotor dan imajinasi tidak terduga selalu hadir setiap malam. Bayangan tubuh dan suara Briona menyelimuti dengan tidak tahu diri. Kama menikmatinya, tapi juga takut kembali hilang kendali.
Karena bagaimanapun, itu adalah pengalaman pertamanya. Meskipun doyan gonta-ganti pacar, namun untuk hal seintim itu, dia memulainya dengan Briona seorang. Tidak ada cara untuk membendung hasrat yang selalu menyeruak setiap kali dia berpas-pasan dengan gadis itu selain membuat Briona membencinya setengah mati. Itu lebih baik dari pada Briona menurut saja kala Kama mengajaknya berbuat hal gila.
Kerenggangan itu tercipta sampai tujuh tahun lamanya. Sampai Briona lulus dari sekolah menengah atas dan memilih keluar dari rumah mereka untuk melanjutkan kuliah dan hidup mandiri. Juga sampai Kama menemukan Aleta. Gadis manis yang menjabat sekretarisnya itu seolah menjadi penetral dalam tubuh Kama.
Setelah mengenal Aleta, tidak ada lagi bayangan bayangan kotor, atau pikiran kurang ajar atas Briona. Dunianya teralihkan dengan segala sifat Aleta yang polos dan menggemaskan. Dan Kama jatuh hati tentu saja. Di tambah, tidak ada satupun dari gerak-gerik Aleta yang memancing hasrat Kama layaknya Briona.
Untuk gadis sepolos dan seceria Aleta, mana berani Kama menodainya. Kama akan menjaganya, mau tubuh ataupun senyuman Aleta. Setidaknya, dengan adanya kebaradaan Aleta, pikirannya yang biasa melanglang buana ke arah Briona menjadi tersamarkan.
Sampai pada akhirnya Mama datang dan memintanya untuk melamar Briona. Kama marah seketika. Merasa semua hal yang dia susun dan dia atasi selama ini hancur sudah. Upayanya menyiapkan masa depan bersama Aleta sia-sia hanya karena satu permintaan dari Mama.
Perasaan benci dan muak entah harus dia lampiaskan ke siapa. Melihat Briona hanya membuatnya merasa bersalah dan selalu teringat dengan masa lalu. Kama tidak bisa hidup dengannya karena dia merasa benci, dengan Briona ataupun kepada dirinya sendiri.
Dan di sore berhujan ini, Kama terjebak kemacetan. Mobilnya berhenti untuk beberapa saat, sedangkan pandangannya mengarah ke luar jendela. Meskipun sedikit kabur akibat percikan air, namun Kama hapal sekali dengan dua siluet yang sedang berjalan bersama di bawah payung, di atas trotoar.
Briona dan Elang.
Senyum miring terbit di bibir Kama seketika. Romantis sekali.
"Kalau sudah punya lelaki lain yang kamu cintai, kenapa harus terima permintaan Mama, Bri?" gumamnya kemudian.
Terkadang, dia benci sekali dengan sifat penurut Briona. Seandainya saja bersikeras menolak, setidaknya mereka sama-sama tidak akan terjebak dalam situasi menyakitkan seperti ini, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...