🌹🌹🌹
Sebenarnya, tidak ada alasan spesifik kenapa Kama bisa membenci Briona sedemikian rupa. Dia hanya melabeli kata ‘benci’ itu untuk mendeskripsikan perasaannya yang kecewa akibat wanita itu yang menerima permintaan Mama untuk menikah dengan Kama begitu saja, tanpa tahu arti yang sebenarnya dari kata benci yang selama ini selalu dia sebut-sebut sendiri.
Dirinya membenci Briona. Itu yang selalu dia tegaskan dalam hati, demi melindungi diri untuk tidak salah melangkah lagi. Karena Kama sadar sekali, setelah hubungan semalam yang terjadi tujuh tahun lalu, mereka sudah tidak sama lagi, sekeras apapun keduanya berniat untuk memperbaiki, tetap saja, hubungan kakak beradik itu tetap tidak bisa berjalan sesuai dengan semestinya.
Oleh karena itu, Kama mati-matian menjauhkan diri. Menghindari untuk tidak membuat Briona terluka untuk kedua kali, pun berusaha memaafkan diri sendiri. Hidupnya tujuh tahun yang lalu setelah hubungan mereka merenggang tidak lah semudah yang semua orang bayangkan.
Kama merasa bersalah setengah mati, sekaligus merasa pengecut karena meninggalkan Briona begitu saja layaknya seonggok sampah yang tidak lagi dia butuhkan. Meskipun malam itu bukan sepenuhnya kesalahannya karena Briona tidak memberi indikasi atau isyarat untuk menghentikannya sama sekali, namun tetap saja, menggauli wanita yang sudah dirinya anggap sebagai adik sendiri merupakan hal yang bejat.
Setiap melihat wajah Briona, Kama selalu diingatkan. Dia selalu merasa malu mengingat dirinya pernah kalah oleh hasratnya sendiri.
Perasaan takut dan kalut teramat sangat menghantuinya membayangkan bagaimana jadinya jika nanti Briona mengadukan hal itu kepada sang Mama. Juga ketakutan bahwa mungkin perbuatan satu malam itu bisa saja membuat Briona hamil, Kama frustrasi.
Namun dia lega ketika sebulan, dua bulan, sampai tiga bulan menunggu, Briona sama sekali tidak memberitahu apa-apa, menandakan bahwa penyatuan mereka tidak menghasilkan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Ada lagi satu alasan kenapa Kama bisa berpikir bahwa dia ‘membenci’ Briona yang dengan mudahnya menurut dengan titah mama, yaitu, Kama sangat tahu bahwa hubungan yang dimiliki wanita itu bersama sosok bernama Elang Ganendra bukanlah sebuah hubungan biasa.
Beberapa bulan sejak kejadian malam itu, tujuh tahun yang lalu, Briona mengenalkan Elang ke hadapan sang Mama sebagai kakak laki-laki dari Dara.
Dari dulu, sampai sekarang pun, Kama tahu sekali bagaimana hubungan mereka berdua. Untuk itu, dia sangat marah saat Briona menerima permintaan sang Mama di saat dia pun masih mencintai laki-laki lain.
Sifat Briona yang kadang terlalu penurut memang sering kali membuat Kama naik pitam.
“Mas,”
Kama mengerjap begitu merasakan sapuan lembut di sebelah pipinya. Wajah cantik Aleta berada tepat di hadapan wajahnya, dari dekat begini, Kama bisa melihat dengan jelas bagaimana mata gadis itu mengkhawatirkannya.
“Nggak makan siang?” Aleta kembali bertanya. Menegakkan tubuhnya demi mengintip pekerjaan sang kekasih.
Tidak ada jawaban dari Kama, namun Aleta terkekeh geli begitu pria itu menarik pinggangnya, mendudukkannya di pangkuan.
“Kenapa? Hm?” tanyanya mengusap rambut Kama, merasakan wajah pria itu tenggelam pada ceruk leher.
“Aku mencintai kamu.” Kama berbisik. Dia masih punya Aleta, seseorang yang selalu ada di saat Kama sibuk berperang melawan kemelutnya sendiri. “Aku akan secepatnya menemukan bukti yang kuat atas perselingkuhan Briona dengan Elang agar bisa segera lepas dari dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...