🌹8; Setelah Semuanya

5.6K 662 34
                                    

🌹🌹🌹

Masih dalam masa periode bulanan, Briona masih terbaring di atas kasurnya. Padahal, ini sudah hari kedua. Namun sepertinya rasa keram dan nyeri itu belum mau reda. Dan ya, terpaksa dia harus kembali absen dari kantornya.

Ini masih pukul sembilan pagi. Briona belum beranjak apa lagi mandi. Dia hanya mencium samar-samar sup hangat yang mungkin tadi dibawakan Sarah. Dan saat tidurnya diganggu oleh suara dering ponsel yang tidak sengaja dia letakkan di bawah bantal, Briona mengerang.

Rasa sakit pada perutnya memang tidak akan terasa jika dia terlelap, tapi untuk tidur nyenyak saja, dia kesusahan. Dan di saat mimpi sudah di bayang-bayang, dering telepon menyebalkan itu malah terdengar.

“Halo.” Dengan suara parau yang terdengar kesal, dia menempelkan telepon itu pada telinga.

“Tamu bulanan?” Lelaki di seberang bertanya. Ya, Elang. Dia memang sudah hapal sekali kapan tamu bulanan Briona datang.

“Ini udah hari kedua, tapi masih sakit.” Briona tengkurap sambil memejamkan mata. Nada bicaranya berubah merengek.

Butuh kopi hangat?” tawar Elang. “Kama udah berangkat, kan? Kebetulan aku lagi ada di Cafe.

“Ngapain kamu tanya Mas Kama segala? Kita nggak lagi selingkuh deh, kayaknya.”

Suara kekehan Elang terdengar. Dia hanya menggoda saja. Briona tidak mau Elang menginjakkan kaki selangkahpun di rumah Kama. Entah untuk alasan apa.

“Udah makan?” Elang mengganti pertanyaan.

Sementara Briona melirik pada mangkuk sup yang sudah tidak mengepul lagi. “Belum,” jawabnya jujur.

Makan.”

“Nggak lapar.”

“Kalau gitu aku ke sana sekarang.”

“Elang!” Teriakan Briona berubah panik. Dia bangkit segera dan langsung merasakan perut bagian bawahnya seperti dihantam batu.

Elang yang mendengar ringisan langsung menghepa napas. “Makanya makan, ya. Kamu lagi pengin apa, nanti aku pesanin.

Sepertinya kalimat itu terdengar familiar. Diucapkan dengan nada lembut yang sama, juga orang yang sama. Senyum kecil terbit di bibir Briona. Dia senang sekali diperhatikan. “Aku makan masakannya Sarah aja.”

Dan setelah mengucapkan itu, panggilan suara langsung berubah menjadi permintaan face call. Tabiat Elang yang keras kepala, sebelum dia memastikan Briona benar-benar menelan makanannya, dia akan terus mencecar.

Briona hanya bisa menghela napas lalu menarik ikon hijau. Muncul wajah tampan Elang yang terlihat dari jarak dekat. Pria itu seperti sedang berjalan, lalu membuka pintu.

Hai,” sapanya.

“Mau ke mana?” tanya Briona saat Elang bergerak masuk ke dalam mobil.

Katanya mau makan.” Dia mengalihkan pembicaraan. “Mana aku liat.

Briona memutar bola mata malas. Sebelum beranjak lalu meringis menahan nyeri di perut, dan mengambil mangkuk beserta nampannya dari atas nakas.

Sakit banget, ya?” Elang bertanya sambil memperhatikan. Mobil yang dinaikinya tidak bergerak sama sekali. “Enggak mau ke dokter aja? Kayaknya, sejak waktu itu ....” Kelopak matanya tiba-tiba meredup. Tenggorokannya tercekat saat melihat Briona yang terdiam di seberang sana. “Perut kamu ... Jadi sering sakit.

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang