🌹29; Melepaskan

7.2K 730 19
                                    

🌹🌹🌹

Desa adalah kehidupan yang tidak pernah dijamah oleh Briona sebelumnya. Oleh karena itu, ketika sang Mama menyarankan tempat mantan pengasuhnya dulu ketika di panti asuhan karena ke luar negeri terlalu berlebihan hanya untuk menyendiri menurut Briona, dia menerima itu dengan senang hati.

Hidup di sini mengajarkannya bagaimana bahagianya bersosialisasi. Di mana tetangga yang lewat untuk pergi ke sawah setiap pagi pasti menyapa dengan senyum hangat nan ramah. Briona yang membantu Ayu menyirami bermacam-macam bunga di halaman rumahnya pun mampu menampilkan senyum hanya karena keramahan para petani yang hendak bekerja.

“Ini nggak langsung di pindah ke dalam aja?” tanyanya ketika mendapati mawar putih yang sudah menguncup.

Ayu mendekat. Kedua tangannya tampak kotor oleh pupuk. “Iya, Mbak. Bawa masuk aja. Kalau di luar takutnya malah dicabuti anak-anak.”

Briona mengangkat pot itu, membawanya ke rumah kaca sederhana milik keluarga Nenek Rumi yang terletak tepat di samping rumah utama. Meletakkannya pada papan kokoh untuk bergabung bersama aneka tanaman yang lain.

Dulu, ketika masih kecil, alasan Briona sangat tergila-gila dengan mawar adalah ketika melihat indah dan segarnya tumbuhan berduri itu memenuhi halaman panti asuhan mereka. Nenek Rumi yang menanaminya. Lalu anak-anak diajarkan untuk merangkai. Meski berduri, semuanya diperintahkan untuk hati-hati. Harumnya, membuat Briona terpesona.

Dan ternyata, sudah pulang ke kampungnya pun, Nenek Rumi masih menekuni hobinya. Terbukti dari banyaknya tanaman indah—bukan hanya mawar yang menghiasi rumah kaca ini.

Kata Ayu, setiap bulannya mawar-mawar atau bunga lain yang sudah mekar sempurna akan dibawa ke kota untuk diperdagangkan. Mungkin, rumah kaca kecil ini juga layak disebut sebagai penangkaran.

Ayu yang memperhatikan bagaimana Briona yang tampak semrigah ketika merawat bunga-bunganya ikut tersenyum. Dari cerita singkat yang diketahuinya melalui sang Ibu, Briona baru saja bercerai dengan sang suami. Dan memutuskan untuk menetap di rumah mereka entah sampai kapan.

Namun kepribadian Briona yang menyenangkan, meskipun Ayu tahu pasti Briona berusaha keras untuk mengakrabkan diri, membuatnya amat senang. Melalui cerita Ibu pula, dia tahu bahwa dari dulu, Briona adalah sosok yang dingin dan tidak banyak bicara. Dan Ayu merasa senang karena menjadi salah satu orang yang akrab dengan Briona.

“Mbak,” panggilnya ketika melihat wanita dengan kaus putih dan celana pendek serta rambut disanggul acak-acakan itu tanpa jijik menyentuh pupuk yang biasanya hanya Ayu saja yang sudi menyentuhnya. “Biar aku aja.”

Briona yang sudah berjongkok menoleh. “Kenapa? Saya udah biasa kok. Di rumah mawar saya malah lebih banyak dari ini.”

“Ah,” akhirnya Ayu tidak melarang lagi. Keduanya sibuk memasukkan pupuk itu ke dalam ember kecil untuk dibawa ke rumah kaca. “Tapi kata Ibuk Mbak Bri mau bawain semua mawarnya ke sini?”

Ayu memperhatikan Briona yang tampak bergumam lama, lalu mengangguk. “Di rumah nggak ada yang ngurus.”

“Suami—maksudnya mantan suami Mbak Bri nggak suka bunga?” Ayu langsung menggigit bibir ketika Briona tampak memebeku.

Lalu menggeleng. Briona mencoba tersenyum. “Mawar saya terlalu berharga kalau saya tinggalkan di sana.”

🌹🌹🌹

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang