🌹🌹🌹
Briona tidak ingat sejak kapan dia begitu tergila-gila dengan mawar. Karena setiap dia melihat tanaman dengan kelopak indah juga harum semerbak yang ada di halaman belakang rumah milik Melodymembuat Briona selalu bahagia. Terlebih yang berwarna putih.
Briona suka sesuatu sederhana yang tidak mencolok, karena di panti, dia selalu tidak kebagian apapun mainan yang paling menarik dan mendapat sisa yang biasa-biasa saja. Briona tidak protes tentang itu.
Begitu juga pandangannya dengan mawar. Mawar pemilik kelopak putih tampak begitu sederhana. Jarang ada yang langsung memusatkan atensi kepada mereka. Dan Briona adalah sebaliknya.
Seperti hari sabtu pagi ini. Dia selalu menghabiskan waktu liburnya untuk mengurusi mawar-mawar di rumah kaca dengan bantuan Pak Jarot. Memupuk pot mereka satu persatu sebelum menyiramnya dengan air.
Mawar-mawar yang berguguran diberi perhatian lebih, berharap di saat kembali mekar nanti, kuntumnya akan semakin besar dan menakjubkan.
“Mbak Bri beneran ndak mau bikin Toko bunga aja? Ini mawarnya bentar lagi penuh.” Pak Jarot yang selesai memindahkan pot-pot itu dan menyusunnya ke rak yang di sediakan bertanya. Menatap sang nyonya yang kali ini berpenampilan sama kucelnya.
Briona tersenyum kecil, belum memutuskan perhatiannya pada mawar-mawar kecil yang dirinya siram. “Nanti kalau penuh tinggal bikin rumah kaca lagi, Pak.”
“Walah orang kaya ... Hobinya emang ngabis-ngabisin duit.” Pak Jarot berdecak sambil geleng-geleng kepala. “Kalau gitu, si Jali boleh lebih lama saya titipkan di sini dong, Mbak?”
Briona melirik ayam jago besar berwarna belang hitam, kuning dan putih yang berada di pojok ruangan di dekat jendela yang terbuka, terkurung kurungan ayam. Ayam itu selalu Pak Jarot titipkan di sini karena rumahnya yang cukup kecil tanpa adanya halaman. Dan Briona sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Jali selalu berkokok setiap subuh menjelang pagi, dan itu membuat rumah itu tidak terasa terlalu sepi.
“Boleh, Pak. Asal kotorannya diperhatikan, ya.” Briona tahu sekali Pak Jarot adalah orang yang rajin. Dia yang menyaksikan sendiri bagaimana setiap pagi Pak Jarot selalu menyapu bersih semua lantai yang ada di rumah kaca ini.
“Wah, siap. Tenang aja pokoknya, Mbak. Rumah kaca Mbak Bri aman kalau ada di tangan saya.”
Briona tertawa. Setidaknya, Pak Jarot adalah salah satu dari sedikit orang yang masih memperlakukannya layaknya manusia.
🌹🌹🌹
pada hari libur, selain menghabiskan waktu di rumah kaca, Briona juga sering berkunjung ke sebuah kafe kecil di dekat rumahnya. iCafe, namanya.
Sebuah kafe penyedia kopi murni yang dibuat langsung dengan biji pilihan. Rasa kopi di sini asli. Disediakan terpisah dengan krim ataupun gula. Dan Briona, selalu menghabiskan waktu sorenya di kala libur untuk duduk di sisi jendela kaca. Menatap pandangan sebuah taman komplek yang ramai oleh pejalan kaki.
Dan matanya menemukan dua siluet yang amat dirinya kenal. Kama, dengan kaus tanpa lengan berjalan sambil menggandeng tangan Aleta yang tampak berkeringat sehabis joging sore. Briona juga tahu, dua pasangan itu selalu menghabiskan waktu untuk berolahraga bersama di sana.
Namun pandangan atas dua manusia itu langsung berganti dengan setangkai mawar putih yang terulur di depan wajahnya. Melihat itu, Briona terbelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...