🌹🌹🌹
Briona tidak masuk ke kantor hari ini. Setiap bulan, dia pasti akan absen selama satu sampai dua hari di saat siklus bulanannya datang. Akibat rasa nyeri di perut yang tak tertahankan, dia bahkan sampai tidak sanggup untuk beranjak dari tempat tidurnya di hari pertama.
Ini sudah biasa terjadi. Dan Sarah yang juga paham akan hal ini, pasti selalu mengantarkan sup hangat ke dalam kamar meski kadang nyonyanya tidak menyentuh sama sekali.
Dan hari ini, yang bisa Briona lakukan di pagi hari setelah mengganti pembalut adalah kembali ke tempat tidur sambil menahan nyeri. Obat pereda sudah rutin dia minum namun tetap tidak menunjukkan hasil.
Namun sepertinya, hari ini dia tidak bisa beristirahat penuh karena harus melakukan zoom meeting bersama petinggi perusahaan. Posisinya amat penting. Dan Briona tidak bisa menggunakan alasan datang bulannya untuk tidak ikut bergabung.
Maka, mau tidak mau dia harus kembali bangun dan membersihkan diri di tengah perut bagian bawahnya yang berdentam-dentam dan terasa melilit. Duduk di depan meja kerjanya dengan laptop yang sudah menyala.
Dan lima belas menit kemudian, layar laptopnya sudah di penuhi dengan enam kepala. Ada Kama selaku kepala direksi, Pak Wayan sebagai direktur keuangan, Pak Hendra yang merupakan direktur personalia, juga Dara selaku kepala manajer. Briona yang menjabat sebagai direktur utama juga tentu wajib berada di sana.
Rapat ini digelar secara bulanan. Membahas perkembangan Ciros, pemasaran, kinerja perusahaan, grafik bulanan, dan tentu, pengeluaran serta pemasukan yang di dapatkan. Sejauh ini, hasilnya cukup memuaskan meski hanya naik beberapa persen dari bulan sebelumnya. Namun Ciros sudah sepesat ini.
Dan ketika para wajah itu akhirnya undur satu persatu menampilkan layar hitam, Briona tidak tahu kenapa Kama malah membiarkan layarnya tetap menyala. Pria itu bergeming di tempatnya dengan mata yang seolah meneliti Briona.
Briona tidak tahan dengan tatapan itu. Dia tahu sekali Kama membencinya. Dan akan sangat tidak baik untuk hatinya jika pria itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan lagi. Untuk itu, dia yang lebih dulu mematikan layar dan menutup laptop dengan segera.
Melihat Kama masih memunculkan rasa sakit di hatinya. Rasa sakit yang sama besarnya dengan perasaan sayang yang tumbuh dari Briona untuk pria itu. Briona tidak pernah merasa terbiasa. Tidak pernah merasa baik-baik saja jika berhadapan langsung dengan Kama, meskipun dia berusaha terlihat demikian.
🌹🌹🌹
Kama menghempaskan tubuhnya pada kursi kerja sambil menyugar rambutnya ke belakang.
Briona tidak masuk ke kantor hari ini dan mereka terpaksa melangsungkan zoom meeting karena ketidak hadirannya. Dan di layar tadi, tentu Briona masih seaktif biasa jika mengeluarkan atau bahkan menanggapi pendapat. Namun wajah pucatnya tidak bisa menipu Kama. Juga sesekali gadis itu terlihat lesu dan sedikit tidak fokus membuat perasaan entah apa itu, mungkin rasa bersalah, semakin menyeruak.
Benak Kama bertanya-tanya, apa kakinya masih masih sakit sampai dia memutuskan untuk tidak masuk hari ini. Atau siklus bulanannya datang?
Kenapa Kama bisa tahu hal itu, karena Mamanya tentu saja. Melody meminta dirinya untuk mengerti mengapa dalam satu bulan, Briona harus mengambil satu atau dua harinya untuk beristirahat di rumah karena tamu bulanan yang tidak biasa.
Dan Kama benci sekali merasa khawatir seperti ini. Tidak seharusnya dia merasakannya lagi, kan? Briona sudah dewasa dan tidak lagi membutuhkan Kama untuk mempedulikannya.
Tapi kenapa dia tadi justru membiarkan laptopnya tetap menyala dan berniat menanyakan keadaannya? Dan untungnya pertanyaan bodoh itu belum sempat terlontar karena Briona yang mematikan layar terlebih dahulu.
Kama menghembuskan napas kasar sambil mengurut pangkal hidung. Membiarkan ingatan masa lalu yang menyebabkan hubungan mereka menjadi serumit ini kembali terulang.
🌹🌹🌹
Waktu itu sekitar delapan tahun lalu setelah ciuman pertama mereka, Briona tidak tahu kenapa dia bisa pasrah-pasrah saja ketika Kama memeluknya. Menautkan hangat bibirnya pada bibir Briona. Dan di saat itu, Briona seperti merasa disayang.
Briona masih tujuh belas tahun, masih menggebu-gebunya jika memendam perasaan pada seseorang. Dan bagaimana rasanya, setelah sekian lama menanti dan merindukan, pria itu akhirnya datang dan memberimu kecupan?
Sejak saat itu pula, hubungannya dengan Kama yang awalnya beku layaknya es batu, berubah. Mereka tidak lagi diam-diaman yang seolah hanya tahu nama. Kini, setiap Mama dan Papa tidak ada, mereka bahkan sudah berani berpelukan sambil menonton TV di sofa.
Kama sering kali melontarkan candaan dan Briona mengimbanginya dengan tawa.
Hubungan sembunyi-sembunyi ini mereka lakukan sampai satu tahun lamanya. Sampai umur Kama berubah ke dua satu, dan umur Briona berubah ke delapan belas.
Sampai ... pada malam itu.
Malam di mana rumah sepi dan tidak orang sama sekali. Keduanya masih melakukan kegiatan yang sama, berbaring di sofa besar ruang tengah sambil sesekali saling mengecup.Namun sepertinya suasana gelap juga dingin karena derasnya hujan membuat keadaan sedikit berbeda. Ada gelenyar aneh yang dirasakan keduanya. Ada rasa penasaran yang menyeruak untuk dituntaskan.
Dan saat bibir mereka kembali bertemu, Kama tidak segera melepaskannya. Melainkan menguak bibir itu dengan ciuman yang lebih dalam.
Lenguhan Briona tidak membuat suasana menjadi lebih baik. Dan Kama yang sudah tertutup dengan hasrat menggila meraih remot televisi dan memencet salah satu tombol sampai layar menjadi gelap. Menyisakan keheningan yang menyesakkan.
Dan Briona kembali memejam saat wajah pria di depannya kembali mendekat. Perasaannya tidak bisa lagi dijelaskan. Napasnya memberat ketikan jemari Kama menjamah satu persatu bagian tubuhnya.
Dan ya ... Malam itu menjadi malam yang penuh madu. Manis dan membahagiakan.
Sebelum keesokan harinya ... Berubah menjadi hari yang penuh racun. Pahit dan menyengsarakan.
🌹🌹🌹
Kangen nggak sama Bri? Masih sabar nggak nunggu Kama kena karma? Hehe.
Komen dan vote nya ditunggu yaaaa.
Vidia,
18 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romansa[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...