🌹22; Elang

4.3K 611 36
                                    

🌹🌹🌹

Sebenarnya, Elang memaksa Briona bercerai dengan Kama, bukan karena atas perasaannya saja. Dia mencintai Briona, itu benar a.danya. Namun seandainya Briona menunjukkan kebahagiaan, tidak menjalani pernikahan dengan keterpaksaan, dan memulai pernikahan layaknya seorang pasangan, Elang akan dengan senang hati merelakan.

Kebahagiaan Briona adalah poin pentingnya. Wanita itu sudah menderita bahkan saat ketika remaja, dan ketika harus menjalani hidup dengan pasangan yang seharusnya sehidup sematinya pun, dia tidak lagi punya pilihan. Pun ketika tahu bahwa seseorang itu adalah pria yang sama dengan pria yang dulu pernah menyakitinya sedemikian rupa.

Elang dibuat murka. Apa lagi ketika tahu bahwa setelah menikah, Briona sama sekali tidak pernah diperlakukan dengan benar. Kama masih menjalin hubungan dengan wanita lain, dan puncaknya, lelaki tidak tahu diri itu justru sedang menyusun rencana untuk mengkambinghitamkan Briona. Briona yang bercerita tadi, ketika Elang meminta alasan apa yang membuat Briona menjadi sangat yakin.

Dan sebenarnya, tidak perlu lagi mencari-cari bukti, karena Elang sudah melakukannya sejak lama untuk berjaga-jaga seandainya hal seperti ini akan terjadi.

Di atas meja, sudah terpapar ratusan lembar foto Kama bersama si selingkuhan. Diambil dari jarak yang mumpuni oleh Elang sehingga wajah keduanya terlihat sangat jelas menunjukkan romansa yang tidak akan bisa ditampik lagi. Dengan ini, setidaknya Kama sudah kalah satu langkah lebih jauh darinya.

“Udah tujuh tahun, tapi lo masih berpusat ke satu cewek yang sama.” Suara meremehkan itu datang dari seorang pria berambut pirang panjang dengan penampilan urakan. Menatap remeh pada foto-foto yang terpampang di atas meja kerja milik Elang.

“Lo nggak pernah jatuh cinta,” jawab Elang acuh tak acuh. Dia sibuk dengan laptopnya untuk mencari bukti lain yang sudah lama sekali dia kumpulkan.

“Cinta hanya akan bikin lo bodoh. Lo nggak inget apa yang terjadi sama teman kita setelah jatuh cinta sama targetnya?”

Bibir Elang mengukir senyum miring, “Hidup bahagia. Bahkan mereka udah menikah di Spanyol.”

Mendengus, si pria berambut pirang memutar bola mata. “Sebelum itu, dia bahkan hampir menggagalkan rencana kita untuk melumpuhkan Denny Markov.”

“Tapi ternyata berhasil.” Lalu mengangkat kepala. “Lalu apa korelasinya jatuh cinta dengan penangkapan Denny Markov, Fabian? Gue nggak nemu benang merahnya.”

“Korelasinya, lo sama Alvaro yang sama-sama jadi budak wanita. Dia berhasil diperbudak sama targetnya sendiri, sedangkan elo sama bini orang,” sahut pria bernama Fabian itu dengan gemas. Dia merasa heran dengan sifat teman-temannya yang mendadak menjadi super bodoh sejak mengenal wanita. “Padahal Briona sama sekali nggak melirik lo sama sekali sejak dulu.”

“Tapi kami pernah pacaran.” Elang menyangkal.

“Berapa tahun gue tanya,” nada sarkastis Fabian memancing dengusan Elang. “Paling cuma seminggu, itu juga gue yakin elo yang maksa. Setelah sadar kalau dia nggak punya perasaan sama sekali ke elo, langsung diputusin.” Kepala Fabian menggeleng dramatis.

“Elo mata-matain gue?” Mata Elang menyipit penuh tuduhan. Temannya itu seorang mata-mata yang handal, tidak heran jika dia mengetahui secara detail semua yang pernah Elang lakukan di masa lampau.

“Hal begitu mah nggak perlu gue intai, udah ketebak.” Fabian berdecak. Dia berdiri dari sofa dan bergerak meraih jaket lusuhnya. “Gue cabut.”

Penampilan bak gelandangan juga tampang garang itu tidak bisa menjadi tolak ukur, tidak ada yang menyangka jika pria yang lebih cocok disandingkan dengan preman pasar itu adalah anggota terbaik dari badan intelejen. Penampilannya bisa menipu sekali.

Jika Fabian bersembunyi di balik wajahnya yang garang bak preman dengan identitas yang dirahasiakan, Elang tidak perlu semua itu. Dia bebas mengumbar identitasnya sesuka hati, pun keluarganya jelas asal usulnya. Hanya saja, pekerjaannya yang lain selain menjadi pemilik kedai kopi, dia memilih merahasiakannya setengah mati. Di dunia ini, hanya sang Mama yang tahu. Bukan Dara, atau siapapun.

🌹🌹🌹

Masa remaja Elang memang tergolong sempurna. Meski harus kehilangan sang papa saat umurnya masih menginjak usia kedua, dia masih memiliki sang mama yang baik hatinya. Menjadi super hero dan penyelamatnya dalam keadaan apapun, bahkan saat Elang beranjak dewasa.

Di usianya yang ke dua puluh, Elang masuk ke STIN, sekolah khusus intelejen yang tidak bisa sekonyong-konyong masuk sesuka hati. Anak-anak di dalam sana merupakan pilihan. Dan Elang yang saat itu tidak sengaja menolong seorang kakek tua yang hampir kena copet, langsung menjadi target seorang anggota senior, itu awal mulanya.

Di sana, dia belajar banyak hal. Ketelitian, ketangguhan, kerahasiaan, semuanya. Teman-temannya memiliki banyak sekali kepribadian, dan mereka dipaksa bersembunyi di dalam kepribadian lain yang sudah ditentukan. Menurut Elang, itu menyenangkan.

Sampai kemudian kemampuannya sudah terasah sedemikian rupa. Juga berada di tim-tim berbeda yang kesolidannya tidak usah ditanya.

Terakhir kali, dia berada di tim yang sama dengan Fabian. Mengungkap bisnis gelas serta kasus korupsi yang dilakukan oleh menteri keuangan, Denny Markov. Elang memang tidak banyak terlibat, namun akses atas rekening bank serta bukti-bukti digital yang valid milik sang menteri sudah dengan mudah dia kantongi.

Elang merupakan salah satu anggota badan intelejen, jika sekelas Denny saja bisa dengan mudah dia taklukan, apalagi hanya mengumpulkan bukti perselingkuhan seseorang. Tinggal menjentikkan jari, semua bukti ada di tangan.

Briona sampai heran sendiri. Belum genap dua puluh empat jam dirinya meminta bantuan Elang, pria itu sudah menghubunginya lagi. Memaparkan seluruh foto yang dia ambil dari waktu ke waktu sampai membuat Briona membelalak tidak percaya.

“Secepat ini?” tanyanya menatap ke arah pria yang sedang menopang dagu pada meja iCafe.

Elang mengangguk. “Aku udah mengumpulkannya dari lama. Untuk jaga-jaga jika kamu meminta.”

Tangan Briona meraih satu foto yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Foto Kama dan Aleta, yang dia tahu berada di depan perumahan milik Aleta. Berciuman di bawah malam. Dia yakin sekali, tidak butuh bayak foto, yang satu ini saja sudah cukup menjadi bukti.

“Kamu mau langsung aku antar ke rumah Tante Melody?” Elang kembali bertanya.

Sedangkan Briona terkesiap di tempatnya. Dia menggeleng segera. “Ini sudah malam. Besok biar aku aja yang ke sana sendiri.”

Karena Briona, masih membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri.

🌹🌹🌹

Vidia,
14 September 2021.

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang