🌹38; Briona

6.3K 644 15
                                    

🌹🌹🌹

Waktu satu hari berjalan cukup cepat, ternyata. Briona yang sepertinya baru saja memejamkan mata tidak terasa matahari mulai naik ke permukaan. Juga bus yang berhenti pada terminal bus beberapa saat kemudian.

Keduanya turun dalam hening. Tidak ada satupun di antara mereka yang berniat membuka percakapan. Tahu, bahwa inilah saatnya. Di mana tidak ada lagi kesempatan untuk kembali bertemu apa lagi bersama. Ini adalah waktu terakhir dan satu-satunya.

Keduanya duduk di bangku tunggu yang menghadap langsung ke parkiran.

“Sebentar lagi Pak Adam dan Mama menjemput.” Kama membuka suara. “Kamu akan langsung di antar ke rumah sakit.”

Briona yang masih menatap lurus ke depan mengangguk. Tidak berniat menjawab apapun karena takut dirinya semakin tidak ingin membiarkan pria itu pergi.

Dan Kama yang sadar akan hal itu tersenyum maklum. Ikut menatap ke depan dan berharap mobil milik keluarganya akan tiba sedikit lebih lama. Dia masih ingin menikmati detik demi detik momen bersama Briona. Lucu sekali. Padahal dulu, di saat seharusnya dia mempunyai waktu sepuasnya, malah dia sia-siakan.

“Kamu harus sembuh, Bri. Jangan sakit. Temukan sendiri kebahagiaan yang kamu impikan. Aku berharap sekali,” ucap Kama. Dadanya luar biasa sesak sampai kalimatnya tak terkondisi.

Briona tak kunjung menjawab. Dan Kamapun tidak mengeluarkan suara lagi. Keduanya duduk dalam hening penuh kesedihan sampai sebuah mobil Alphard hitam milik Melody terlihat memasuki area parkir.

Kama langsung berdiri. Diikuti Briona yang memasang wajah tegang. Mengambil kesempatan terakhir, Kama memegang pundak Briona demi bisa menatap wajahnya.

“Ingat Bri, lain kali, jangan ikuti perintah Mama kalau itu bersinggungan dengan apa yang kamu inginkan. Kebahagiaanmu ada di tanganmu, bukan orang lain.” Kama hanya ingin menyampaikan itu, untuk terakhir kali.

Briona yang matanya memerah mengangguk cepat. Sampai seruan Melody yang menyuruhnya cepat masuk terdengar,

“Mas Kama nggak ikut?” tanyanya.

Kama menggeleng. Kemudian membantu Pak Adam memasukkan koper milik Briona Briona ke bagasi mobil. Sang Mama enggan menatap wajahnya, masih marah rupanya.

Briona naik dengan ragu ketika Kama membuka pintu penumpang dan mempersilakannya untuk masuk. Elusan kilat di puncak kepala terasa sesaat sebelum pria itu menutup pintu mobil.

Mata Briona yang memerah mulai terasa panas. Dia segera memalingkan wajah agar tidak menangis saat dan takut Mama mengkhawatirkannya.

Sampai mobil yang dikendarai Pak Adam melaju, juga pelukan sang Mama yang melingkupi kemudian. Sekuat tenaga, Briona menahan tangisnya.

🌹🌹🌹

Briona langsung dibawa ke rumah sakit saat itu juga. Diberi perawatan intensif di dalam kamar VIP sebelum masuk ke ruang operasi.

“Memang kejam lo, ya. Berangkat diem-diem tanpa ngasih tau apa-apa. Lo sebenernya nganggap gue temen nggak sih, Bri?” Seperti biasa pula, Dara dan raungan dramatisnya mulai menghujami telinga Briona.

“Kalau ngasih tau pasti lo langsung nyusulin.”

Dara mendengus. Tentu saja. Apa lagi setelah mengetahui kalau Briona sedang sakit. Mana tahan dia ongkang-ongkang di rumah sambil menunggu Briona pulang dengan sendirinya.

“Tapi untunglah akhirnya lo mau pisah sama tuh kutil badak. Itu artinya pikiran lo udah terbuka, Bri. Hati lo udah tersucikan.”

Dara mengupas apel yang dia temukan dari nakas yang berada di ranjang Briona. Ini ruang rawat kelas VIP, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk makan gratis di kamar ini. Lihat saja, setumpuk buah-buahan yang segar dan menggiurkan seperti mengundang untuk dinikmati.

“Ngomong-ngomong, Aleta nggak jadi dipecat. Dia dipindahkan ke kantor cabang yang dideket Senayan. Orang-orang pada penasaran kenapa dia tiba-tiba dipindahin barengan sama keluarnya si Kama,” kata Dara sambil memakan apel yang sudah dia kupas bersih. “Hmm, manis—mulailah orang-orang kantor berspekulasi yang tidak-tidak tapi benar itu. Rumor kalau Kama selingkuh sama Aleta masih jadi perbincangan panas.”

“Itu bukan rumor.” Briona mengoreksi.

Dara menjentikkan jari. “Nah makanya itu! Lo tau nggak sih, seberapa gatelnya gue pengin banget mengkonfirmasi kebenaran biar si pengkhianat dan si murahan ini dapet sangsi sosial? Tapi tetap nggak bisa mengingat Bos besar pasti murka kalau gue apa-apain anaknya.” Bos besar yang dimaksud adalah Rajendra, Ayah dari Kama maupun Briona.

Mendengar rentetan kalimat dari Dara, Briona langsung membuang muka. Menatap jauh ke luar jendela yang berada tepat di samping tempat tidurnya.

Ya, dia sudah mengambil langkah yang benar. Meninggalkan seorang pria yang telah melukainya berulang kali merupakan pilihan yang tepat.

Dan Dara yang menyadari ada perubahan dari raut Briona menghela napas. Meletakkan potongan apel yang belum dimakannya kembali ke atas nakas.

“Lo tau kenapa Tante Melody ngotot minta Kama menikah sama Lo, Bri?” Dara berbisik. Sedikit membungkuk dengan melipat kedua lengannya di atas kasur yang kini Briona tiduri.

Sedangkan Briona langsung menoleh. Menatap Dara bingung. Namun kemudian, matanya berkaca. Pikirannya ruwet akhir-akhir ini sampai tidak memikirkan dari mana Mama tahu jika dirinya sedang sakit.

“Mama ngasih tahu Tante Melody semuanya. Maaf banget, gue juga baru tau. Itu sebabnya, Tante memaksa kalian menikah karena meskipun terlambat, seenggaknya dia sudah membuat Kama bertanggung jawab.” Lalu dielusnya kepala Briona sekilas. “Mungkin, Tante nggak tau kenapa akhirnya bisa begini.”

Sesak menerpa Briona seketika. Jadi ... Selama ini kedua orang tuanya sudah tahu? Tapi kenapa diam saja? Apa takut kalau Briona kembali trauma jika membahasnya?

Seharusnya dari awal Briona sudah curiga kenapa Mama tiba-tiba memintanya menikah dengan Kama. Sampai memohong dan berlutut segala, jadi ini alasannya.

Ya, seharsunya sejak Kama datang ke rumah Rumi dan mengutarakan semuanya Briona sudah menduga, bahwa pria itupun mengetahui semuanya dari Mama.

🌹🌹🌹

Dua part menuju ending. Akankah sesuai dengan ekspetasi kalian?

Yang mau baca duluan bisa ke Karyakarsa. Di sana udah end, yaaa.

Vidia,
13 Oktober 2021.

Second Chance [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang