Komen banyak-banyak kalau bab selanjutnya mau di up lagi, yaaaa.
***
Elang Ganendra merupakan putra pertama dari seorang dokter spesialis kandungan. Wisesa Pranuwijaya merupakan ibunya, sedangkan ayahnya sendiri sudah lebih dulu menghadap sang pencipta ketika umur Elang masih kecil.
Memang sejak dulu, Elang tertarik sekali dengan kasus-kasus kriminal, bukan karena dia ingin melakukan kejahatan, melainkan memecahkan sebuah kasus sepertinya seru sekali. Apa lagi, pamannya bergelut di bidang hukum yang setiap Elang datang berkunjung selalu ada saja kasus menarik yang diceritakannya. Sampai pada akhirnya Elang menerima tawaran dari seseorang yang pernah ditolongnya dari perampokan yang ternyata hanya sandiwara belaka.
Prayit merupakan orang itu. Dengan cara itu pula dia merekrut para remaja-remaja pemilik keberanian juga cekatan untuk dia pilih sebagai anggota rahasia yang menjunjung tinggi integritas serta kerahasiaan yang (kalau bisa) dibawa sampai mati.
Saat kasus pertama, menjadi agen mata-mata memanglah tidak semudah yang dibayangkan, tidak seseru yang semula Elang impikan. Namun karena ketertarikan yang dimiliki Elang serta ambisi yang mendarah daging, Elang memutuskan untuk tidak mundur.
Sampai saat kasus untuk memata-matai Denny Markov seorang menteri negara yang melakukan korupsi serta bisnis gelap yang harus diberantas, Elang dipasangkan dengan tim yang lebih rahasia lagi. Tim yang mau tidak mau harus melakukan hal kotor untuk melakukan pekerjaan mereka.
Dan setelah kasus pelik itu akhirnya selesai dan Denny Markov sudah meringkuk di dalam jeruji besi, kerja sama mereka masih tetap berjalan. Namun yang Elang heran, ke dua temannya yang paling cekatan justru terlihat berbeda.
Janeta, putri semata wayang dari Prayit bersidekap menatap dingin ke arah dua lelaki yang sepertinya masih berada dalam perang dingin. Elang melirik wanita itu penuh tanda tanya.
Janeta mengangkat bahu sekilas. "Gara-gara hal bodoh yang nggak perlu," jawabnya memutar bola mata. "Cewek."
Elang menatap ngeri ke arah dua teman lelakinya yang kini saling membuang muka. Samar, dia bisa melihat memar kebiruan di wajah keduanya.
"Padahal Sofi sama Safira udah baikan, ya. Tapi lo berdua malah begini, nggak malu sama titel?" sahut satu lagi lelaki berambut gondrong pirang yang mengangkat kedua kakinya untuk selonjor di atas meja.
Elang ikut mencebik. Sejak kejadian kasus terakhir, hubungan kedua temannya itu memang sedikit dingin. Lebam-lebam di wajah mereka membuktikan bahwa meskipun kasus ini berakhir layaknya seperti yang mereka inginkan (yaitu terkurungnya Denny Markov di dalam jeruji besi) namun masih menyisakan sedikit konflik yang jarang terjadi di tim mereka.
Namun Elang belum sempat mengomentari itu tak kala pintu satu-satunya yang berada di dalam ruang rapat terbuka. Menampilkan seorang pria memakai seragam jenderal berwarna hijau dengan banyak lencana di lengan maupun dadanya. Pria berumur pertengahan lima puluh itu masih tampak gagah, garis wajahnya yang tegas membuat semua anak buahnya merasa segan. Ya, dia adalah Prayit Susanto. Kepala dari tim tanpa nama ini.
Dengan penuh wibawa pula, Prayit duduk di kursi satu-satunya yang berada di ujung meja. Melepaskan baret yang menyembunyikan kepalanya yang botak sebelum menatap satu persatu anak buahnya dalam diam.
"Seperti yang kita tahu, meskipun Denny Markov sudah berhasil diringkus dan diamankan, tapi sebagian bisnis gelapnya masih ada yang beroperasi." Khas Prayit sekali. Langsung berbicara tanpa perlu repot berbasa-basi. Kemudian, dia membuka kertas-kertas yang tadi dibawanya. "Saya mendapat beberapa laporan dari anggota lain di sana, tempatnya tepat ada di pelosok desa di daerah barat Kalimantan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] 🌹🌹🌹 *** Briona Anindyaswari sangat menyukai bunga. Mawar dan sejenisnya, dan yang berwarna putih yang lebih spesifiknya. Dalam nuraninya yang paling naif, dia kira pernikahannya bersama Kama Nareswara akan seperti mawar, ber...