27.BAHAYA (?)

7.9K 460 29
                                    

Happy Reading.
.
.
.

"AWASS!"

Jleb!

"DIANDRA!!"

"Heh, lo gak papa?" tanya Tegar dan menaruh kepala Diandra keatas pahanya.

Dilihat pisau itu menacap pada punggung Diandra, sebagian tubuh Diandra sudah berlumuran darah.

Sedangkan Diandra sendiri masih diam terkejut dengan kejadian yang baru saja ia alami, Tegar terus saja menepuk-nepuk pelan pipi Diandra agar sang empu sadar.

Icha sudah dibawa masuk oleh pekerja dirumah Vano.

"Diandra!" ujar Vanya dan membantu menyadarkan Diandra.

"Are you okay?" tanya Vanya.

Diandra mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan, "G-gue gapapa." jawab Diandra.

"Darah makin banyak." beritahu Farrel.

"Kita gak bisa asal cabut gitu aja." ujar Kevan.

"Masuk mobil kita kerumah sakit." tanpa ba-bi-bu Tegar membawa Diandra kedalam mobil Vanya dengan cara membopongnya.

"Kalian duluan kita ikuti dari belakang," ujar Kevan dan diangguki mereka.

Dalam perjalanan, Diandra terus saja mempertahankan kesadarannya, sesekali ia memejamkan matanya namun ia buka kembali, darah sudah bayak yang keluar, bibir pucat, mata sayu, tubuh lemas.

Walaupun dirinya sering mendapatkan pukulan maupun tusukan sekalipun, Diandra tetaplah seorang wanita yang akan tetap merasakan rasa sakit.

"Bertahan sebentar," ujar Vanya dan semakin meningkatkan kecepatan kendaraan.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di Jakarta hospital, Stella memanggil suster dan diangkatlah tubuh Diandra yang sudah tak sadarkan diri.

Mereka membawa Diandra ke UGD disusul Vanya dkk beserta Vano dkk.

"Maaf kalian bisa menunggu diluar," ujar suster itu dan masuk ke dalam ruangan tak lupa menutup pintu.

"Tenang lo harus tenang," ucap Kevan mencoba menenangkan Vanya.

Ia tak ingin kejadian satu tahun lalu kembali terulang, kondisi Vanya saat ini sudah dipastikan ia cemas dan stres dan itu dapat mengganggu kesehatannya.

"Tapi Diandra?"

"Sstt! Lo tenang Diandra kuat, dia gak selemah yang kita pikirkan." ujar Kevan dan memeluk tubuh Vanya.

"Lo ganti baju dulu," ujar Teguh pada saudara nya Tegar.

Pakaian yang semula putih bersih kini berubah menjadi merah karena darah Diandra.

"Nanti."

"Gar, ganti baju gak sampe sejam." ujar Teguh.

Tegar menghela nafas lalu mengangguk, "Nih!"

Kemudian lekaki itu melangkahkan kakinya untuk berganti baju.

ALVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang