28.BANDUNG

7.4K 453 17
                                    

Happy Reading.
.
.
.

"Lo beneran mau ke Bandung nanti?" tanya Lia entah untuk yang keberapa kalinya.

Vanya bertekat untuk pergi ke Bandung sendiri, ia harus segera menyelesaikan teka teki ini.

Vanya menghela nafas pelan lalu mengangguk, "Iya gue harus kesana." jawab Vanya.

"Tunggu gue sembuh, nanti gue temenin." ujar Diandra.

Vanya menggeleng, "Gue sendiri," tolaknya.

"Lo gak sendiri." ujar Kenzo yang baru datang dengan yang lain.

Vanya dkk mengerutkan dahinya, "Maksudnya?" tanya Nisa.

"Salah satu dari kami akan ikut sama lo," jawab Farrel.

Vanya menggeleng, "Gak, gak! Gue bisa sendiri." tolak Vanya.

Kevan berjalan menuju Vanya lalu duduk disebelahnya, "Lo pilih siapa yang harus ikut sama lo," ucap Kevan.

"Gak! Gue bisa sendiri." kekeh Vanya.

"Oke Vano yang nemenin lo." putus Kevan.

Vanya mendelik, apa apaan ini? Orang dia bisa sendiri kenapa harus ditemani? Dengan Vano lagi!

"Gak gak gak!" tolak Vanya.

"Enggak berarti iya," sahut Teguh.

"Ish!"

~~~

Sore ini Vanya dan Vano sudah bersiap, tadi setelah acara merajuk mau tak mau Vanya mengiyakan bahwa ia akan ke Bandung bersama Vano.

"Berapa hari?" tanya Kayla.

"Lusa pulang," jawab Vanya.

"Titip adek gue." pesan Kevan dan diangguki Vano.

"Udah?" tanya Vano.

"Gue duluan." ujar Vanya dan masuk kedalam mobil Vano.

"Hati-hati, kalo udah sampai kabarin!" ucap Lia.

Vanya tersenyum dan menutup kaca mobil, dan mobil yang Vanya dan Vano tumpangi mulai menjauh.

"Gue tau Vanya kuat," celetuk Vita.

"Maksud lo?" tanya Kenzo tak paham.

"Dia akan kembali membawa sesuatu yang kalian cari selama ini." jawab Vita.

Mereka mengerutkan dahinya, "Apa?" tanya Arga.

Bukannya menjawab Vita malah tersenyum, "Ayo masuk. Kasihan Diandra sendiri," ujar Vita dan melangkahkan kalinya kembali menuju ruang rawat Diandra.

"Vita kenapa?" tanya Nisa.

"Gue rasa dia tau sesuatu," celetuk Tegar.

.
.
.

Bosan, itulah yang Vanya rasakan sekarang, berada satu mobil dengan Vano itu tidaklah menyenangkan! Lebih baik ia sendiri dari pada bersama laki-laki kutub seperti Vano.

Vanya sesekali memainkan ponselnya agar mengurangi rasa bosan, namun tak urung ia tetap merasakan bosan.

Tak ada yang memulai percakapan, keadaan saat ini hening, hanya terdengar suara kendaraan lainnya.

ALVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang