29.GELANG

6.8K 439 26
                                    

Happy Reading.

.
.
.

"Gelang?" tanya Vano heran saat Vanya membuka kotak merah itu.

Vanya mengambil gelang itu, di kotak itu hanya ada satu gelang saja, sedangkan di kertas yang ia temui beberapa hari lalu bertuliskan lima.

Vanya mengamati gelang itu, dirinya seperti tidak asing dengan gelang ini, sepertinya dirinya pernah memiliki gelang seperti ini.

"Gelang ini," batin Vanya.

"Kenapa gue gak inget?" batin Vanya lagi.

"Lo pasti inget, tapi ada saatnya." ujar seseorang.

"Kenapa?" tanya Vano saat melihat perubahan raut wajah Vanya.

Vanya menggeleng, "Gue kaya pernah liat ni gelang." ucapnya.

Vano mengerutkan dahinya, "Yakin?" tanyanya.

"Yakin gue, tapi gue gak inget. Semuanya gelap." lelah Vanya.

Vano paham akan maksud dari gelap yang Vanya ucapkan, "Gue yakin suatu saat lo pasti inget." ujarnya.

"Liat gelangnya," pinta Vano.

Vanya memberikan gelang itu pada Vano dan diterima oleh empu, Vano mengamati gelang itu dan ia berhenti pada salah satu titik di gelang itu.

"Coba liat ini," ujar Vano.

"Apa?" tanya Vanya.

"Ada huruf, seperti D?" jawab Vano.

Vanya merampas gelang itu dan mengamati secara seksama, benar ini huruf D.

"Em, sepertinya ini adalah teka teki selanjutnya." celetuk Vanya.

"Yakin?" tanya Vano dan Vanya mengangguk.

Dug.

Vanya dan Vano serempak menoleh kearah pintu, lalu mereka berpandangan beberapa detik sebelum memeriksa suara apakah itu.

Ceklek

Saat sudah membuka pintu, tak ada seorang pun disini. Vanya melangkah maju dan melihat sekeliling takut ada seseorang.

Namun nihil tak ada satu orang pun disana kecuali mereka berdua.

"Gak ada orang." ucap Vano.

Saat Vanya ingin berbalik ia tak sengaja melihat sebuah kucing lucu, ia menghampirinya.

Vanya berjongkok dan mengambil kucing itu dan membawanya kedalam gendongannya, lalu membawanya kearah Vano.

"Ngapain lo?" tanya Vano.

"Kesian tau," jawab Vanya sembari mengelus kepala kucing lembut.

"Kucing kucing, majikan lo dimana?" tanya Vanya pada kucing itu.

Meong!

"Ha? Apa? Lo di buang? Kesian," jawab Vanya.

Vano mengamati Vanya dan bergidik stress ni anak batinnya.

"Eh bentar ni apa?" tanya Vanya dan mengambil sebuah kertas dari tali yang terikat di leher kucing itu.

"Bawa deh," Vanya memberikan kucing itu kepada Vano dan dirinya sibuk membuka kertas yang ia dapatkan dari leher kucing itu.

"Ck!"

Keluarga tanpa ikatan darah.

-D.

ALVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang