kelakuan aneh Adel

708 28 2
                                    

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Adel dapat bernafas lega melihat ayahnya baik-baik saja. Ternyata Ayahnya itu hanya kena serempet anak-anak yang main sepeda di depan komplek. Padahal tadi Adel sudah terburu-buru agar bisa segera sampai rumah.

"Bunda ih kalo ngasih kabar kenapa setengah-setengah gitu sih? Adel kan khawatir sama Ayah kirain Ayah kenapa, taunya begini."

"Maaf sayang, tadinya bunda emang mau nyuruh Adel pulang. Ayah sama Bunda ada bikin acara gitu. Eh belum sempat ngabarin, Ayah ni tadi olahraga depan rumah terus kena serempet sepeda anak-anak gitu."

"Kak Cesil mana Bun?"

"Kakak kamu lagi ada acara kantor katanya.

"Adel udah, sekarang naik ke kamar. Siap-siap untuk sholat. Terus nanti langsung turun lagi, soalnya mau ada tamu. Nanti Adel harus ikut makan siang bareng di sini." Ayahnya itu langsung memotong pembicaraan antara Bunda Adel dan Adel.

"Tamu Yah, siapa?" Tanya Adel yang memang tak bisa diam itu. Anaknya memang sangat aktif sekali.

"Udah, nanti kamu juga pasti tau. Gak ada alasan untuk balik ke kampus lagi ya?" Ayahnya sudah mewanti-wanti Adel. Maklum, anak ini jika tidak sedikit di ancam memang terkadang suka seenaknya.

"Iya Ayah. Ya udah kalo gitu, Yah, Bun, Adel ke kamar dulu ya." Setelah berpamitan, Adel langsung bergegas menuju kamarnya.

Hal yang pertama Adel lakukan adalah membuang asal tasnya dan merebahkan tubuhnya di kasur empuknya itu. Membuka dengan asal kerudung yang di pakainya itu lantas niatnya ingin memejamkan mata sebentar sebelum benar-benar bersiap. Entah kenapa, rasanya sangat lelah saja hari ini.

Namun saat baru saja Adel ingin memejamkan mata, ingatanya malah kembali pada beberapa saat lalu saat dirinya berjalan ke arah parkiran. Tak sengaja Adel menabrak seseorang,

"Maaf." Ucap Adel dan tetap melanjutkan jalanya.

Namun belum adel kembali melangkah, pergelangan tanganya sudah lebih dulu di tahan orang itu. "Adel." Membuat Adel membeku di tempatnya.

"Astaga Sam ngapain sih ngagetin aja? lepasin." Adel berusaha untuk melepaskan tanganya dari genggaman tangan Sam. "Sam lepasin." Ucap Adel lagi karena Sam bukanya melepaskan tapi justru mempererat cengkramannya.

"Permisi?" Suara orang itu yang pada akhirnya mampu membuat Sam melepaskan tanganya pada Adel.

Adel menatap orang itu diam, entahlah, Adel hanya bersyukur karena orang itu telah menyelamatkannya dari Samuel untuk kedua kalinya. Sedangkan Sam sebaliknya, Sam menatap tak suka pada orang itu.

"Ada yang bisa di bantu pak? Maaf, aulanya di sebelah sana." Ucap Adel akhirnya membuka suara atas keheningan yang terjadi beberapa saat.

Orang itu menatap penuh arti pada Sam, namun pada akhirnya ia mengubah mimik wajahnya itu menjadi santai kembali. "Ah tidak jadi, ternyata saya salah orang."

Jawaban orang itu yang seperti itu membuat Sam semakin tak suka. Namun Adel tak pikir panjang lagi dan segera pamit lebih dahulu berhubung masih ada orang itu diantara dirinya dan Samuel.

"Sam kenapa sih, makin nyeremin aja." Adel bergumam pada dirinya sendiri.

Samuel adalah anak dari jurusan teknik mesin, Adel cukup mengenal orang itu karena mereka beberapa kali memang sering dipertemukan dalam satu agenda kegiatan yang sama. Namun akhir-akhir ini, banyak isu-isu tak baik yang beredar tentang Sam membuat Adel jadi merasa sedikit takut denganya.

"Tu orang kira-kira siapa ya? Berasa kayak penyelamat gitu. Kayaknya belum pernah ketemu sih, sukur-sukur kalo bisa jadi calon imam. Mukanya agak tua," Adel menimbang-nimbang kembali, bagaimana rupa wajah orang yang ditemuinya tadi.

"Eh ralat deh, gak tua kok mukanya. Manis banget malah, walaupun gak ada senyum sih tadi. Perawakanya dewasa, cocok banget emang kalo di jadiin calon imam."

Adel terus melamun, membayangkan orang yang ditemuinya tadi. "Andai aja jodoh gue kayak tu orang. Bahagia banget deh kayaknya ya. Bisa mendadak seleb kalo kaya gitu sih."

Adel membuka ponselnya yang ternyata sudah mati. Sepertinya ia memang lupa mencarger ponselnya ini sehingga bisa sampai kehabisan daya seperti sekarang. Lantas Adel mencarger ponselnya dan ditaruh di atas nakas.

"Ayo Adel udah Adzan. Jagan lupakan perintah Ayah tadi." Adel menyemangati dirinya sendiri untuk tidak malas dan segera bergegas ke kamar mandi. Tak lupa Adel menyanggul rambutnya yang sudah berantakan itu dengan asal. Adel berpikir jika tamu yang Ayahnya maksud itu mungkin tamu yang biasa saja, jadi tidak perlu lah berdandan dengan formal.

Setelah selesai menunaikan sholat dzuhur Adel mengambil kerudung bergo talinya yang digantung di belakang pintu. Adel bersiap untuk turun ke bawah tentunya sebelum diteriaki. Ia sama sekali tak mengganti baju, Adel masih tampil dengan setelan kampusnya tadi. Kemeja baby blue dengan rok plisket warna senada dan tak lupa dengan bergo talinya yang berwana baby pink.

"Bunda!" Panggil Adel sedikit berteriak. Sebenarnya ia juga sama sekali tidak bermakud, ia juga tidak tau jika tamu yang Ayahnya maksud itu sudah berada di rumahnya sekarang.

Rasanya Adel juga baru selesai sholat Dzuhur, atau mungkin dirinya saja tadi yang kelamaan dan menunda waktu sholat? Lagi. Adel memang suka tidak tau waktu jika sudah menghayal seperti tadi.

"Adel, baru juga Bunda mau panggil. Kenapa lama sekali turunnya? Kenapa teriak-teriak juga? Astaga ini juga tadi kan Ayah bilang suruh yang rapi kenapa malah seperti ini?" Bunda datang tentu saja dengan memprotes kelakuan tak baik Adel hari ini.

"Bunda Adel gak tau kalo tamunya udah datang. Maaf." Adel mengucap kata maaf di akhir kalimat diiringi cengiran kecil khasnya.

"Yasudah ayo." Bundanya menarik Adel menuju meja makan. Yang mana disana sudah ada Ayahnya dan 3 orang yang Adel tidak tau mereka siapa, terlebih posisinya masih membelakangi Adel.

"Maaf ya May, Dan, duh Adel emang suka begitu itu anaknya."

"Gak masalah Arum, biasalah itu di rumah sendiri. Iya kan Adel? Kalo gak gitu rumah malah sepi kayak di rumah kami. Cuman ada Arsen yang sekarang juga udah sibuk dengan kegiatanya sendiri. Abangnya juga udah nikah kan, jadi udah di rumahnya sendiri juga."

"Nanti kalo mereka nikah juga kayaknya maunya juga di rumah sendiri. Lebih enak dan lebih leluasa juga." Ayahnya Adel juga ikut menyambung.

Sedangkan Adel masih tak mengerti dengan situasi macam apa ini. Situasi yang tak pernah dialami sebelumnya. Namun ia sangat bisa merasakan, seperti ada bau-bau perjodohan di sini.

Adel mencoba menegakkan pandangan. Karena sedari tadi ia memang belum melihat dengan jelas ketiga tamu orangtuanya hari ini. Ia hanya melihat dari belakang tadi jika ada dua laki-laki dan satu perempuan.

Deg.

Jantung Adel rasanya berdetak cepat ketika melihat siapa orang yang duduk di hadapanya sekarang.

"Del," Bundanya mencubit Adel di sebelahnya.

"Apa sih Bun?" Tanya Adel dengan berbisik juga.

"Matanya jangan jelalatan gitu."

Adel kicep. Apalagi semua orang tengah memandanginya sekarang. Ya Allah, Adel malu... Eh Adel seneng sih kalo di jodohin sama dia. Si tidak tau malunya Adel masih sempat-sempatnya berkata begitu dalam hati di keadaan seperti ini.

...

14 Juli 2021
Ada kalanya, kenyataan memang tak seindah yang kita inginkan.

Follow sebelum baca.
Jangan lupa vote dan coment bagaimana ceritanya.

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang