SEMESTA ONENDANA

303 18 0
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Memasuki hari ketiga, setelah sebelumnya teman-teman Adel yang datang justru hanya ngerusuh tanpa membuatnya lebih tenang sedikitpun.

Hari ini, Adel sudah lebih bahagia meski rasa kesalnya sebenarnya juga belum terobati dengan baik.

Ponsel Adel bunyi disaat Adel sedang kesal dengan ketiga sahabatnya. Adel langsung menjauh dari ketiganya begitu saja saat melihat nama special yang diberikan untuk sang suami di sana.

Inzaghi si calling...

Adel langsung mengakat dengan wajah yang kesal. Benar-benar wajah tidak bersahabat yang ditunjukanya pertama kali.

"Kenapa baru ngabarin sekarang sih? Dari semalam kemana aja di tungguin juga. Segitu gak pentingnya eman? Kan udah janji mau selalu ngabarin."

Bukanya menjawab apa yang Adel tanyakan, Arsen mengatakan hal yang lain. "Assalamualaikum istriku. Gimana disana? Sehat-sehat aja kan? Jangan lupa ada sesuatu yang harus kamu jaga di dalam perut sana."

Adel yang ingin marah rasanya jadi tidak bisa mendengar sang suami mengatakan hal seperti itu. "Waalaikumsalam." Jawabnya singkat. Antara malu dan kesal, Adel jadi tidak tau harus menjawab apa lagi.

"Maaf. Begitu saya sampai kemarin, saya langsung menghadiri sebuah pertemuan penting. Maaf ya? Tapi saya memang baru memegang ponsel ini juga sekarang dan langsung menghubungi kamu."

Karena panggilan itu sudah dirubah menjadi video call beberapa saat lalu, Adel jadi salah fokus dengan siapa yang tertidur pada sofa di belakang Arsen. "Itu... itu Rion kan? Kalian satu kamar?"

"Kita baru datang ke tempat yang memang ingin kita datangi itu hari ini. Sedangkan pertemuan kemarin itu benar-benar sesuatu yang dadakan. Kita hanya kebagian satu kamar karena semuanya sudah penuh. Hari ini kita baru mau menuju hotel yang sebenarnya."

Adel mengerti sekarang. Adel mengerti jika suaminya ini benar-benar sedang bekerja di sana. Melakukan sesuatu hal yang terbaik, dan itu juga demi masa depannya dan anak-anak mereka nanti.

"Rion keliatan capek banget. Kamu juga pasti capek ya? Yaudah kamu istirahat aja dulu. Kamu gak boleh capek, harus tetap fokus di sana biar cepat pulang."

"Saya tadi tiba-tiba keinget kamu. Saya takut kamu cemas karena saya belum ada mengabari sama sekali. Saya minta maaf ya?"

"Iya mas, dimaafin." Adel yang berniat ingin marah dengan Arsen jadinya malah luluh lagi. Padahal mati-matian semalaman ia mengutuk suaminya sendiri. Karena sudah tega membuat istrinya yang tengah hamil muda ini sangat khawatir.

"Jangan mikirin saya. Jangan banyak pikiran. Saya gak mau terjadi apa-apa sama calon bayi saya dan juga ibunya."

Adel tersipu. Semakin lama telfonan dengan Arsen membuat Adel semakin ingin memeluk suaminya saat ini juga. "Cepet pulang, anaknya kangen pengen di elus papa katanya."

Arsen terkekeh di seberang sana. "Anaknya kangen? Emang dia bilangnya gimana? Yang kangen anaknya apa ibunya."

Adel mendengus kesal karena bisa-bisanya Arsen menggodanya. "Ibunya gak kangen..." Adel menjeda kalimatnya cukup lama sampai-sampai membuat Arsen mengernyitkan keningnya di seberang sana.

"Tapi?" Tanya Arsen bertanya untuk kelanjutan ucapan Adel.

"Tapi kangen banget." Jawab Adel singkat membuat mereka berdua sama-sama tersenyum.

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang