Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.
_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_Rumah mewah dengan ruang tamu yang luas, demi apapun Adel menyukai ini.
Adel diam saja ketika Arsen menggendongnya sampai ke kamar. Dilihat beberapa pembantu dan penjaga Adel juga sudah pasrah. Adel hanya menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang Arsen. "Lumayan juga suami sendiri." Begitulah pikiran iseng Adel dalam hati.
Namun sesaat setelahnya Adel malah menggeleng-gelengkan kepalanya lagi mengingat apa yang ada di pikiranya tadi. Jangan sampai Arsen juga tau apa yang ada di pikiranya ini.
Arsen menurunkan Adel dan mendudukanya di tepi ranjang. "Kamu kecil-kecil ternyata berat juga ya." Lagi, Arsen kembali menggoda Adel.
"Di rumah Ayah Adel dikasih makan yang bergizi. Adel juga sebelum makan baca doa, makanya semuanya jadi daging, gak jadi tai." Adel berkata asal. Adel kesal, sebentar sikap Arsen membuatnya senang, namun sebentar sikapnya juga membuat Adel kesal sekesal-kesalnya.
Bukannya marah, Arsen malah tertawa renyah. "Bagus lah kalo kamu makan bergizi di sana, soalnya di sini kamu bakalan makan batu." Arsen berkata seperti itu sebelum meninggalkan Adel yang masih dalam kebingunganya itu seorang diri di kamar.
"Ish, suami gue gini amat sih. Gak ada romantis-romantisnya. Kirain bakalan kayak di film-film yang uwu-uwuan berdua. Lah ini apa kabar? Dasar Arsen gila." Adel berteriak sebal. Namun percuma saja, karena Arsen juga tidak bisa mendengar teriakan itu.
Adel menaikan kakinya ke atas kasur. Masa bodo dengan Arsen sekarang, yang penting ia memikirkan kakinya saja yang makin terasa ngilu sekarang. Adel jadi cemas, bagaimana party nanti kalau kondisi kakinya saja tidak bisa untuk berdiri seperti ini.
"Permisi Non, saya boleh masuk?" Suara wanita itu mengintruksi Adel dari dalam. Gerakanya yang tengah memijat kakinya itu terhenti. "Iya masuk aja." Jawab Adel dengan ragu.
Nampak dua orang wanita, yang satu agak tua namun yang satunya mungkin seumuran dengan Bundanya di rumah. Mereka berdua masing-masing membawa barang-barang Adel masuk ke kamar.
Adel hanya melihat tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Adel bingung mereka siapa dan kenapa menghampirinya? Adel sedang malas berpikir sekarang mereka ini siapa. Jadi Adel hanya tinggal menunggu saja mereka memperkenalkan dirinya.
"Saya Minarti Non, asisten rumah tangga di rumah ini. Ini mbok Jum ART juga. Katanya kaki non terkilir, mbok Jum bisa bantu urut sembari saya bantu bereskan barang-barang non di lemari."
"Makasih." Jawab Adel masih canggung.
Minarti mulai membereskan barang-barang Adel pada tempatnya. Sedangkan mbok Jum mulai ingin mengurut kaki Adel. "Permisi ya non." Mbok Jum berkata seperti itu sebelum menarik kaki kanan Adel yang terkilir. "Maaf kalo agak sakit, ini kakinya udah bengkak gini soalnya."
"Mbok, Bi, panggil Adel aja ya? Adel gak biasa di panggil begitu." Dengan sopan Adel mengatakan itu. Karena jujur, Adel tak biasa dengan panggilan yang seperti itu.
"Non istrinya den Arsen. Sudah sewajarnya dipanggil begitu."
"Tapi Adel gak... ah shhhh." Adel spontan mengaduh ketika pijitan itu tepat mengenai bagian yang paling sakit di kakinya.
"Lama-lama juga terbiasa non." Mbok Jum mulai mengemasi barang-barangnya. "Ini sebenarnya belum bisa terlalu di pake jalan, soalnya kakinya keseleo parah. Tapi kalau cuman untuk pesta nanti malam, inshaAllah bisa asal hati-hati."
Mbok Jum maupun Bi Minarti sudah pamit untuk keluar karena mereka sudah menyelesaikan pekerjaaanya masing-masing. Namun...
"Sebentar," Ucap Adel membuat kedua wanita itu menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Papa sama mama dimana?" Tanya Adel pada kedua pembatu itu.
Keduanya tampak mengerutkan keningnya, namun sesaat Minarti tampak menemukan sesuatu. "Orangtuanya mas Arsen maksudnya?" dan Adel hanya mengangguk.
"Bapak sama ibuk ya dirumahnya sendiri, ini kan rumah pribadi mas Arsen." Minarti memang tau, karena ia juga sempat menjadi pembantu di keluarga pak Dandy dan bu Maya sebelum akhirnya di boyong Arsen ke rumah barunya ini.
"Ha?" Adel melongo. Apakah telinganya ini salah dengar? Sepertinya tidak, namun untuk memastikan semuanya, Adel sekali lagi bertanya. "Ini rumah Arsen?" tak hanya Minarti, tapi mbok Jum juga ikut mengagguk.
...
Adel benar-benar tidak menyangka party ini sangat mewah. Orang yang datang pun tidak main-main. Semuanya ber jas rapi dan bergaun mahal. Kini sekarang Adel benar-benar percaya, jika suaminya ini benar-benar kaya.
Dari fakta rumah yang ternyata adalah rumah pribadi suaminya. Pesta ini dan semua tamu undanganya? Bahkan teman-temanya juga tidak ada apa-apanya dibandingkan semua orang di sini.
Adel bisa menebak, entah kapan itu, disaat nanti dirinya sudah bertemu dengan teman-temanya, Adel pasti menjadi gosip hangat di kampus. Tidak bisa di elak, jika itu pasti akan terjadi.
Sepanjang acara, Adel tak bisa lepas dari menggandeng tangan Arsen. Tau kenapa alasanya? Tentu saja karena kakinya ini yang terkilir. Jika Adel melepas gandengan tanganya dan tiba-tiba tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, tentu saja tidak lucu jika Adel jatuh di acaranya sendiri.
Banyak ucapan selamat dari orang yang Adel tidak kenal. Bahkan dari teman-temannya sendiri saja hanya bisa di hitung jari. Bukan. Ini bukan karena temanya yang sedikit, hanya saja tamunya Arsen benar-benar sangat ramai.
...
Adel akhirnya dapat bernafas lega ketika acara itu selesai. Berdiri selama 3 jam membuat kakinya mungkin saja semakin parah sekarang. Bahkan untuk berjalan sendiri ke kamar mandi saja Adel sangat kesusahan.
"Mau di bantu?" Pertanyaan dari Arsen itu langsung membuat Adel menggeleng cepat. "Gak, gak usah. Makasih."
"Kenapa? Malu? Saya kan sudah lihat semuanya. Ingat waktu itu? Saya mengambilkan baju kamu lengkap dengan dalamanya. Saya juga sudah melihat kamu tidak berjilbab, lalu apa lagi?"
Adel terbelalak kaget, "Dasar mesum." Ucap Adel singkat. Lalu Adel dengan bersusah payah berjalan menuju kamar mandi meski dengan tertatih-tatih. Membawa pakaian ganti juga masih menggunakan gaun membuat Adel memang sedikit kesusahan untuk melangkah.
Meski di rumahnya sendiri, Arsen juga tidak berniat untuk membuat dirinya dan Adel tidur di kamar yang berbeda. Karena Arsen juga berpikir ranjangnya ini besar. Jadi mereka bisa saja tidur di masing-masing sisi, asalkan masih tetap sekamar.
Di dalam kamar mandi sana, bukanya langsung membersihkan diri, Adel justru sempat untuk melamun sebentar.
"Ternyata dengan orang lain sikap Arsen juga sangat dingin, gak ada lembut-lembutnya. Sedingin es di kutub utara. Pantes aja sampe di jodohin gini, pasti gak ada yang mau sama cowok aneh kaya dia." Adel ngedumel seperti sedang mengomeli dirinya sendiri. Adel bahkan tidak sadar ketika dirinya sudah mulai memikirkan Arsen.
Saat Adel keluar dari kamar mandi, mungkin karena efek terlalu lama juga dirinya di dalam sana membuat Arsen sudah tertidur lelap di ujung ranjang.
Adel ikut membaringkan dirinya di ujung yang berbeda. Penampilan Adel tidak berbeda dari malam sebelumnya, sekarang juga Adel masih menggunakan jilbabnya. Adel belum terbiasa, dirinya juga masih malu.
Perlahan, penglihatan Adel semakin memburam. Adel memejamkan matanya dan tertidur dengan sempurna. Malam ini, mereka sudah tertidur di atas ranjang yang sama, namun mengambil kedua sisi yang berbeda.
Sampai malam ini, Arsen maupun Adel, masih menjadi dua orang asing yang memiliki egonya masing-masing.
...
19 Juli 2021
Ada kalanya, kenyataan memang tak seindah yang kita inginkan.
Follow sebelum baca.
Jangan lupa vote dan coment bagaimana ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Adel (END)✅
General Fiction*cerita masih lengkap* Bagaimana jadinya jika tiba-tiba kita dijodohkan dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya? Seperti Adel, yang berharap kehidupan setelah perjodohannya akan berjalan baik-baik saja seperti yang biasa dilihat di laya...