kecerobohan Adel?

289 13 0
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Malam ini, Arsen maupun Adel sama-sama sudah merebahkan badanya di atas tempat tidur. namun keduanya sama-sama belum bisa memejamkan mata. Saling memandang langit-langit kamar yang terlihat polos.

Beberapa detik kemudian, Adel dan Arsen sama-sama berbalik.

“Kenapa?” Tanya Arsen lebih dahulu.

“Gak bisa tidur.” Jawab Adel jujur.

“Sama, saya juga gak bisa tidur.” Ucap Arsen juga.

“Mas, besok pasti kerja ya?”

Arsen menatap istrinya. Membawa Adel kedalam pelukanya. “Kenapa emang?”

“Mau ketemu Esta lagi, mau gak temenin?”

“Besok saya kerja, lusa juga gak bisa.”

Adel mengerti, dirinya tidak bisa terus-terusan mempersulit sang suami. Adel juga harus bisa bersikap dewasa. Sikap yang ada pada dirinya sebelum menikah.

“Gak pa-pa sih, berarti kita bisa lain kali aja kesana. Kita jengukin Esta. Siapa tau mbak Elin beneran mau adopsi anak, kenapa gak Esta aja? adel suka tau sama dia. Kalo akhirnya dia jadi keponakan Adel pasti jadinya seru banget.”

Arsen mengelus-elus puncak kepala Adel. “Iya nanti kita kesana ya. Tunggu saya ada waktu luang. Tapi kalo untuk satu dua hari ini saya belum bisa.”

“Mas kalo anak kita laki-laki kamu yang kasih nama ya?”

“Kalo perempuan kamu?”

Adel mengangguk sepakat. "Lebih bagus lagi mungkin jika anaknya kembar laki-perempuan. Pasti akan lebih menyenangkan."

“Udah sekarang tidur.” Arsen tak melepas Adel dalam dekapanya. Arsen mulai memejamkan mata dalam posisi seperti itu. Mungkin adalah posisi yang tidak nyaman, namun sebenarnya adalah posisi yang sama-sama Arsen maupun Adel sukai.

Selama menikah, tidak hanya Adel yang telah berubah. Karena nyatanya, perubahan besar juga terjadi pada Arsen. Tentu semua orang juga menyadari hal itu.

Arsen sudah bersiap rapi dengan pakaian kantor. Di depan sudah ada Rion yang menjemput. Hari ini banyak agenda yang haru di jalankanya.

Adel mengantarkan sang suami sampai ke depan rumah.

“Saya berangkat dulu. Baik-baik di rumah.” Arsen sudah ingin pergi, namun Adel menahanya.

“Mas, mas, ada yang kelupaan.”

Arsen berpikir sejenak, “Apa?”

Adel meraih tangan kanan sang suami dan mencium pucuk tangan itu.

Setelahnya Arsen langsung ingin berangkat lagi sebelum Adel kembali menghentikan langkahnya.

“Mas, ada lagi yang lupa.”

“Apa lagi?” Jawab Arsen sudah mulai kesal.

Adel menunjuk keningnya sendiri, “Kamu yang belum pamitan sama Adel. Belum pamitan juga sama baby Ula.”

“Baby Ula?” Arsen mengernyitkan keningnya tak mengerti. “Siapa Ula?”

“Calon anak kita lah mas, siapa lagi.”

Arsen tak berkomentar lebih. Membiarkan saja apa yang istrinya itu inginkan. “Harus banget?”

“Ya harus lah mas, kata orang-orang dulu itu, biar kerjanya makin lancar dan berkah kalo udah dapat restu dari istri dan anak.”

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang