sukuran

427 25 0
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

“Yah kita gak salah kan menjodohkan Adel dengan Arsen? Waktu itu Bunda sempat khawatir. Tapi sekarang Bunda jadi makin yakin kalo mereka itu gak ada apa-apa. Bunda seneng liatnya.”

Arum dan Rayyan tengah duduk berdua pada salah satu kursi di ruang tamu rumah Arsen. Sambil memperhatikan anak dan menantunya menyalami satu persatu tamu yang akan pulang.

Hari ini memang ada acara pengajian di rumah Arsen. Tujuanya hanya sekedar selamatan sebagai rasa syukur atas kehamilan Adel.

“Kita serahkan semuanya sama Allah ya Bun? Kita terus berdoa berharap yang terbaik untuk anak-anak kita. Semoga mereka bisa tetap rukun seperti ini.”

Mata Arum berkaca-kaca haru. Sebelumnya ia sedikit tidak yakin apakah pilihannya ini sudah tepat atau belum. Namun jika melihat sekarang, Arum jadi yakin bahwa pilihanya itu tidak salah. Segala sesuatu yang dimulai dari kembaikan, pasti juga akan berakhir baik.”

“Bunda? Bunda kenapa kok nangis gini?” Adel melirik tajam pada Ayahnya. “Ayah udah ngapain Bunda? Ih Bunda Adel jadi nangis gini.” Adel memeluk Bundanya sambil duduk di pinggiran kursi yang di duduki sang Bunda.

“Gak pa-pa sayang, Bunda gak kenapa-napa. Bunda Cuman terharu aja liat anak Bunda sebentar lagi akan jadi ibu. Selamat ya sayang?”

“Adel Astaghfirullah, jangan duduk di situ nanti kalo jatuh gimana?” Arsen datang langsung kaget melihat Adel yang justru duduk di pinggiran kursi. “Maaf ya Bun, Yah,” Arsen lebih dulu permisi pada mertuanya. “Adel, sini duduk yang benar kamu itu udah di suruh hati-hati tapi masih aja.”

Adel pasrah saja dituntun Arsen untuk duduk di sebrang Ayah dan Bundanya. “Iya mas suami iya. Posesif banget sih.”

Arsen ikut duduk di samping Adel setelah memastikan Adel duduk dengan baik. “Bukan posesif, itu namanya hati-hati. Ngerti gak sih?”

“Arsen benar sayang, sekarang kamu harus lebih hati-hati. Gak bisa terus bersikap seperti dulu lagi. Ingat, kamu harus menjaga dengan baik titipan Allah itu.” Pandangan Rayyan turun ke perut Adel yang masih rata itu. Seolah mengisyaratkan, Adel harus terus memperhatikanya.

Sambil mengelus perutnya, Adel berkata dengan pasrah. Tidak bisa juga melawan dua bodyguard nya jika mereka sudah bersatu. Siapa juga kalau bukan Ayah dan suaminya. “Iya Ayah iya.”

Mereka semua tersenyum senang. Kebahagiaan terpancar sekali di wajah mereka semua.

“Arsen, orangtua kamu di mana?”

“Tadi di belakang Yah, menemani mbak Elin dan mas Rio. Mbak Elin tiba-tiba sedih keingat anaknya. Terus ya gitu, papa-mama sama mas Rio coba tenangin mbak Elin.”

“Bunda turut berduka ya. Gak nyangka Elin bisa keguguran gitu. Dia pasti sedih sekali.”

“Semuanya udah takdir Bun. Sekarang kita harus bisa menghibur Elin aja biar dia bisa tabah dengan semua ini. Anak itu sudah ada di surga sekarang. Tabungan kedua orangtuanya di sana. Yang akan pertama kali menyambut kedua orangtuanya di hari akhir kelak.”

Arum mengangguk. Begitu juga dengan Adel dan Arsen.

“Ma?” Adel menyapa ketika menyadari kedua mertuanya itu berjalan menghampiri.

Bunda Arum menoleh. “May?”

Dandy dan Maya yang tak lain adalah orangtua Arsen itu langsung ikut duduk juga di kursi yang tersisa. “Duh maaf ya Rum, Ray, belum sempat nyapa tadi. Abis acara tadi Elin sedih lagi. Dia masih sangat terpukul karena kehilangan calon bayinya.”

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang