ngidamnya ibu hamil

272 14 0
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Karena setelah sholat maghrib Adel kembali tertidur, Adel tidak tau jika suaminya ini sudah datang. Sedari tadi Arsen malah hanya memandangi Adel yang tertidur dengan pulas di atas sajadah, masih menggunakan mukena seperti itu membuat Adel terihat sangat damai.

Baru saja Arsen ingin memindahkan Adel ke tempat tidur agar badanya tidak sakit karena tertidur dengan posisi yang seperti itu, Adel malah terbangun.

“Mas, kenapa disini? Udah datang? Kapan datangnya? Ehee, maaf Adel malah ketiduran tadi.”

“Kenapa ketiduran di sini? Capek emang?”

Adel menggeleng. “Enggak kok, cuman enak aja kayaknya tadi. Sebenarnya Adel sering tau ketiduran abis sholat gini. Rasanya enak aja sih damai gitu.”

Arsen mengacak puncak kepala Adel gemas. Arsen juga sudah ikut duduk di sajadah itu. Kini mereka sudah duduk di atas sajadah yang sama dengan jarak yang sangat dekat.

“Ula itu artinya apa?” tanya Arsen tiba-tiba.

Pertanyaan Arsen itu membuat Adel mikir. “Ula?” Ulang Adel dengan kata yang baru saja Arsen sebutkan.

“Iya Ula. Nama anak kita yang kamu sebutkan tadi pagi.”

Adel tidak percaya jika Arsen masih mengingat itu. Karena sebenarnya, Adel juga hanya mengatakanya asal tadi pagi. Makanya sekarang juga dirinya sudah lupa dengan yang dikatakanya sendiri.

“Sebenarnya itu asal tau gak si mas. Adel asal ceplos aja tadi. Yakali itu beneran nama anak kita sedangkan kita belum tau juga anak kita ini laki atau perempuan.”

“Lagian namanya kampung banget, masa iya bagusan nama orangtuanya daripada nama anaknya.”

“Tapi namanya bagus, saya suka.”

“Hmm?” Adel tidak percaya Arsen mengatakan itu.

Sebenarnya Adel juga heran setiap apa yang dirinya katakan, Arsen seakan tau dan ambil pusing tentang itu semua. Arsen terlalu memperhatikanya, termasuk detile kecil darinya sekalipun. Membuat Adel senang tentu saja, namun juga sedikit merasa tak nyaman.

“Iya namanya bagus dan saya suka. Kalo kamu gak punya arti, saya bisa bikin arti sekarang juga.”

“Apa?”

Arsen berpikir sejenak memikirkan arti apa yang cocok dan pas untuk nama itu. Tidak terlalu berlebihan, namun tetap biasa saja dan tentunya bisa diterima.

“Artinya itu…” Arsen menggantung ucapapanya membuat Adel menunggu dengan penasaran.

“U love Arsen and U love Adel.”

“Maksudnya?” Otak Adel tidak dapat bekerja dengan baik sepertinya. Sehingga tidak menerima pesan Arsen dengan baik pula.

“U huruf awalnya biarkan jadi singkatan U yang artinya itu You. L itu berarti love. Sedangkan A itu untuk awalan nama kita berdua. Jadi kalo saya yang bilang, U love Arsen yang artinya kamu mencintai Arsen(saya). Kalau kamu yang bilang, berarti U love Adel yang artinya kamu mencintai Adel(kamu). Jadilah kalau di singat itu ULA.”

Memang agak rumit, namun Adel sedikit bisa memahaminya sekarang. Semoga besok dirinya tidak melupakan teori rumit yang baru saja Arsen katakan padanya. Maklum saja, Adel biasanya malas mengingat sesuatu yang dari awal sudah membuat dirinya sendiri pusing atau tidak menemukan titik terang.

“Arti yang bagus.” Ucap Adel karena tidak ingin membuat suaminya kecewa. Adel rasa, Arsen sudah memikirkan arti ini dari tadi. Entah berusaha mencocokan atau memang benar-benar cocok.

Arsen malah merebahkan kepalanya di paha Adel. “Artinya aneh ya? Pasti artinya gak jelas banget kan?”

“Mas, kok malah rebahan di situ sih?” Arsen tidak menggubris apa yang Adel Katakan.

“Mas.”

“Mas sebenarnya…” Adel menggantung ucapanya membuat Arsen mendongak melihat wajah sang istri untuk menunggu jawaban selanjutnya.

“Sebenarnya Adel laper.”

“Lagi?” Tanya Arsen tak percaya. Karena yang Arsen tau, Adel sudah makan cukup banyak hari ini. Dimulai dari menu nasi tadi siang hingga bakso dan siomay tadi sore. Adel yang mengatakanya terlalu banyak, tapi dirinya justru terus makan apa yang sudah Bundanya itu sediakan.

“Kenapa? Adel udah mulai gendut ya sekarang? Adel udah gak cantik lagi? Kamu mau berpaling ya mas?” Adel mulai kembali ke dirinya yang sensitf karena suatu hal. Padahal Arsen hanya mengatakan satu kata, tapi Adel membalasnya dengan berbagai macam kata.

“Gak gitu sayang.” Arsen langsung bangun melihat perubahan raut wajah istrinya. “Yaudah, ayo turun. Kita makan sekarang.”

“Gak deh, gak usah. Gak jadi laper terus gak jadi pengen makan.”

“Ya gak usah makan, temenin saya aja mau ya? Saya belum makan dari siang. Karena saya pikir mau makan di rumah sama kamu karena kamu udah chat saya tadi. Laper banget.” Arsen berpura-pura memegangi perutnya. “Saya sengaja gak makan demi bisa makan sama kamu.”

Adel tak menjawab, tapi dirinya beranjak untuk berdiri yang membuat Arsen tersenyum senang.

“Yaudah ayo.”

“Iya-iya sabar.” Arsen ikut berdiri. Memandang gemas pada istrinya.

“Gak usah cemberut gitu. Mau gimanapun berubahnya, saya bakalan tetap sayang sama kamu. Saya dan kamu udah menjadi kita. Salah satu takdir yang tidak pernah saya sesali sampai kapanpun. Bahkan ketika ini bisa di ulang, kamu tetap yang saya pilih.”

Adel diam-diam mengulum senyumnya. Adel sendiri tidak tau, kenapa selalu bisa dengan mudah termakan rayuan gobal suaminya itu. Namun bisa Adel apresiasi, bahwa setiap kalimat mutiara yang Arsen keluarkan, itu bukanlah kalimat yang biasa orang lain juga gunakan.

Hal itu juga membuat Adel selalu terkejut, karena selalu pertama kalinya mendengar kalimat-kalimat itu. Dengan kata lain, gombalan Arsen itu adalah gombalan yang berkelas.

Adel sudah makan dua mangkuk bakso, dan sekarang Arsen masih membawa sepiring siomay sambil menontol acara TV. Membuat semua orang menatap terheran-heran dengan nafsu makan Adel hari ini yang sangat berbeda dari biasanya.

“Sebenarnya Adel masih pengen sesuatu.”

“HAH?!” Ucapan Adel barusan langsung disambut dengan keterkejutan oleh kedua orangtua, Cecil, bahkan Arsen suaminya.

“Mau apa lagi sih lo? Kayak udah sebulan gak makan aja liat nafsu makan lo yang semua di libas abis gini.” Cecil memandang geram pada adiknya itu. Sodara satu-satunya, namun nyatanya mereka berdua memanglah tidak pernah terlihat akur.

“Bun, besok bikinin Adel sate yah? Kayaknya belum lengkap aja kalo gak ada satenya.” Tanpa menghiraukan apa yang Cecil Katakan padanya, Adel jutsru memilih request makanan lagi pada sang bunda.

Tidak ada yang bisa Arum lakukan tentunya selain tersenyum menanggapi permintaan sang putri. Bukan permintaan yang sulit, jadi Arum masih bisa mneyanggupi itu semua.

Sepertinya, Adel sekarang memang sedang masa-masanya ngidam. Selagi itu tidak melampau batas, rasanya tidak ada salahnya jika semua itu di turuti.

“Mas, Adel pengen sesuatu boleh?” Nada Adel sudah berbeda membuat tidak hanya Arsen yang was-was, namun semua orang yang ada di ruangan itu harap-harap cemas dengan apa yang akan Adel katakan.

“Apa?”

Pengen pelihara sapi boleh?”

...

11 Agustus 2021

Ada kalanya, kenyataan memang tak seindah yang kita inginkan.

Follow sebelum baca.
Jangan lupa vote dan coment bagaimana ceritanya.

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang