Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.
_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_Pagi-pagi sekali, Adel sudah lebih dulu bangun. Adel memandang Arsen yang masih terlelap di sampingnya. "Tidur aja ganteng banget sih suami gue." Adel bergumam sendiri dalam hati.
Adel memperhatikan Arsen cukup lama. Rasanya sangat damai melihat Arsen seperti ini. Tidak seperti saat Arsen bangun, bisanya hanya membuat dirinya semakin naik darah.
Setelah puas memandangi wajah sang suami, Adel lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk sholat subuh. Hari ini, Adel berniat untuk membuatkan sarapan untuk sang suami.
Meski kadang Adel suka kesal, Adel selalu terus mengingat nasehat Bundanya. Bagaimanapun Arsen sudah menjadi suaminya sekarang. Dibalik sikapnya yang terus menyebalkan itu, Adel tau jika Arsen sebenarnya juga orang yang baik. Hanya Adel belum menemukan masa itu.
...
Adel turun setelah sholat subuh dan terkejut ketika melihat dua orang yang kemarin datang ke kamarnya itu sudah sibuk di dapur untuk memasak.
"Non ada yang perlu di bantu? Mau air atau makan?" Mbok Jum yang melihat istri tuanya itu langsung menyapa ramah.
"Iya atuh non, kan buat sarapan aden sama non. Untuk sarapan semua orang di rumah ini juga." Jawaban mbok Jum membuat Adel hanya bisa mengangguk pasrah.
Jika sudah begini, lalu apa yang bisa di lakukanya? Yang masak sudah ada yang membersihkan rumah sudah ada. Apa dirinya memang benar-benar sudah menjadi istri bos besar sekarang?
"Mbok, di rumah ini ada berapa orang?"
Dengan senang hati mbok Jum menjawab. Karena ia tau, istri tuanya ini memang belum banyak tau. Mbok Jum juga tau bagaimana sejarah tuanya ini menikah.
"Selain non sama den Arsen, ada mbok sama bi Minarti yang biasa bersih-bersih sama masak. Yang biasa jaga di depan itu ada mang Uur sama pak Abdel. Mereka berdua satpam yang biasanya suka gantian jaga. Terakhir ada mang Ucup, dia itu sopir. Biasanya suka antar den Arsen kemana-mana kalo lagi gak nyetri sendiri."
Adel mengangguk-angguk mengerti. Ia mulai sekarang harus bisa menyesuaikan dirinya di lingkungan baru ini.
"Biasanya den Rion juga sering tidur di sini kalo emang lagi banyak kerjaan."
Lagi. Adel hanya mengangguk. Mungkin sedikit demi sedikit ia bisa mengorek informasi dari kedua pembantu di rumah suaminya ini. Dengan begitu ia juga tak perlu gengsi bertanya pada Arsen yang menyebalkan itu.
Di tempat yang berbeda Arsen bangun dan tak melihat siapapun di sampingnya. "Kemana Adel?" Arsen melihat sekeliling. Pintu kamar mandi juga terbuka pertanda Adel tidak ada di sana.
Sebelum mencari Adel, Arsen mandi dan sholat subuh dulu. Hari sudah semakin pagi, Arsen juga tumben bangun telat. Mungkin juga karena party nya itu yang sangat melelahkan. Arsen juga bahkan tidak tau, dimana istrinya itu tidur tadi malam.
"Mbok, apa yang bisa Adel bantu." Adel bersiap membantu karena ia juga biasa membantu Bundanya di rumah. Adel memang tidak terlalu mahir memasak, tapi jika masakan-masakan yang sederhana, Adel tentu juga bisa melakukanya.
"Non duduk aja di situ, nanti den Arsen marah kalo liat non bantu. Ini sebentar lagi juga selesai kok." Minarti yang menjawab itu. Ia tidak mau dipersalahkan dengan tuanya yang sikapnya suka berubah-ubah itu.
"Tap..." Ucapan Adel terhenti dengan angglan beruang kutub yang sudah bangun.
"Adel! Ngapain di situ?" Tanya Arsen seperti biasa. Masih dengan nada dinginya itu.
"Mau bantuin siapin sarapan." Jawab Adel polos. Memang begitu adanya. Dirinya ada di dapur memang berniat untuk membuat sarapan.
"Mereka disini saya bayar untuk kerja, jadi kamu jangan sok-sokan rajin begitu. Sini kamu."
Ucapan itu membuat Adel kesal. Selalu saja membuat mood baiknya itu memburuk seketika.
"Udah non kesana aja," Mbok Jum berkata yang membuat Adel akhirnya sadar dan langsung ikut duduk bersama suaminya di meja makan.
Mereka berdua saling diam sampai makanan siap di hidangkan. Selanjutnya pun mereka makan dalam diam.
Hanya Adel yang diam-diam memperhatikan suaminya yang sudah berpakaian rapi itu sepagi ini. Sedangkan dirinya masih menggunakan setelan santai khas rumahan setelah mandi tadi. Ia tak berpikir mau pergi kemana-mana hari ini. Lagi pula, ini hitungan hari pertamanya setelah acara yang melelahkan itu. Yakali mau langsung ke kampus.
Namun sepertinya berbeda dengan Arsen. Saat melihat Arsen sudah berpakaian rapi seperti itu membuat Adel berpikir, apa Arsen mau pergi ke kantor sekarang?
"Makananya di situ, ngapain kamu ngeliatin saya?" Arsen menatap tajam Adel membuat wanita itu gelagapan sendiri. Tertangkap basah tengah memperhatikan suami sendiri tidak dosa bukan?
Setelah selesai makan, Arsen tanpa pamit langsung meninggalkan Adel yang masih diam menatap makananya. Sebenarnya Adel gugup karena Arsen. Namun sama sekali laki-laki itu tidak memperdulikannya dan malah pergi begitu saja.
"Dasar beruang kutub!" Ucap Adel pelan yang hanya bisa di dengar dirinya sendiri.
Adel yang seketika tak nafsu makan lagi itu berniat ingin menyusul suaminya saja ke kamar. Dengan kaki yang masih tertatih, jangan lupakan kaki Adel yang masih membengkak sampai sekarang.
Adel menaiki tangga dengan perlahan hingga sampailah di atas. Lalu berjalan ke kamarnya, tepat sekali saat Adel ingin membuka knop pintu itu, Arsen sudah lebih dulu membukanya mmebuat mereka saling berhadapan sekarang.
"Mau apa kamu?" Tanya Arsen pada Adel.
"Gak mau apa-apa. Mau ke kamar aja." Adel sedikit gugup namun berusaha menahanya. Ia harus bisa menahan dirinya dengan terlihat biasa saja di hadapan Arsen.
"Saya mau pergi ke kantor." Ucap Arsen pada Adel. Lalu melewati Adel yang ada di hadapanya ini begitu saja.
Adel hanya diam beberapa saat namun, "Mas tunggu." Adel menggigit bibir bawahnya sebelum berbalik.
Tepat sekali Arsen masih berada di ujung tangga, bersiap untuk menuruni satu persatu anak tangga itu. Arsen juga tampak diam beberapa saat sebelum berbalik.
Adel berjalan mendekat, meraih tangan kanan Arsen dan menciumnya lembut. "Hati-hati. Semangat kerjanya." Percayalah, Adel berusaha susah payah untuk melakukan itu. Jantungnya berdetak tak karuan sekarang.
Arsen diam, benar-benar ekspresi datar yang ditunjukanya. Setelah dirasa tak ada lagi yang ingin Adel lakukan, Arsen kembali berbalik dan melanjutkan perjalananya. Hening dan tanpa suara.
Adel mengepal kedua tanganya geram. Benar-benar tak mengerti dari mana kini suaminya ini berasal. "Setidakanya bilang kek, makasih istriku, atau balas cium kening atau apa kek yang romantis. Dasar raja beruang kutub utara." Adel kesal dan terus mengumpati suaminya dengan suara pelan.
Persetan dengan dosa yang akan di dapatinya karena mengumpat suami. Karena suami yang modelan seperti itu seharusnya tidak apa-apa jika terus di kata-katai bukan?
Bagaimana Adel tidak kesal, jika dirinya dengan susah payah ingin membuat suasana lebih damai. Namun Arsen si kutub utara itu tidak menghargainya sama sekali.
...
19 Juli 2021
Ada kalanya, kenyataan memang tak seindah yang kita inginkan.
Follow sebelum baca.
Jangan lupa vote dan coment bagaimana ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Adel (END)✅
Algemene fictie*cerita masih lengkap* Bagaimana jadinya jika tiba-tiba kita dijodohkan dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya? Seperti Adel, yang berharap kehidupan setelah perjodohannya akan berjalan baik-baik saja seperti yang biasa dilihat di laya...