Adel merindu

326 21 0
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Jangankan 2 minggu, bahkan belum 1 hari. Benar-benar hari ini belum berlalu. Malam pertama yang Adel jalani tanpa Arsen yang senantiasa mengusap perutnya membuat Adel sama sekali gelisah.

Belum lagi sedari tadi Arsen sama sekali belum mengabarinya. Ponselnya tidak aktif. Jangankan untuk tidur, bahkan duduk saja mungkin tidak dalam beberapa jam terakhir. Adel hanya mondar-mandir sedari tadi menunggu kabar dari sang suami.

“Adel? Jam segini kok belum tidur sih? Wanita hamil itu gak boleh sering begadang tau gak sih.” Arum memiliki firasat yang tidak baik tentang putrinya. Makanya dia juga mendatangi kamar sang putri dengan waktu selarut ini.

“Gimana Adel bisa tenang Bun, Arsen belum ada ngabarin Adel dari tadi. Mustahil banget kalo jam segini mereka belum sampe. Nomornya pake gak aktif segala. Emang kemana sih ni orangnya? Nyebelin banget.”

Arum tau apa yang Adel pikirkan. Mungkin dulu dirinya juga seperti itu. Khawatir ketika pertama kali ditinggal untuk urusan yang hampir serupa. Suaminya pebisnis, jadi tidak tau juga kapan harus pergi dan dalam waktu berapa lama.

Kalau di pikir, menjadi pebisnis hampir sama seperti tentara. Bisa pergi perang kapan saja dan dengan waktu yang tidak menentu.

“Kamu istirahat aja dulu ya? Besok waktu kamu bangun, pasti udah ada kabar dari Arsen.”

“Bunda suruh Adel tenang? Istirahat? Ya pasti gak bisa lah Bun. Adel gak bakal bisa istirahat kalo belum dapet kabar dari Arsen.”

Pintu kembali terbuka, menampilan Maya di sana. Hari ini orangtua Adel dan Arsen memang sepakat untuk tinggal dulu di rumah Arsen karena Adel yang mendadak tidak ingin meninggalkan rumah ini. Mau tidak mau, mereka para orangtua yang harus mengalah dengan ibu hamil yang satu ini.

“Adel? Kenapa sayang?” Maya datang langsung memeluk Adel. Mengusap-usap punggung Adel agar wanita itu lebih tenang.

“Ma, kenapa belum ada kabar juga sih? Adel gak bisa berhenti mikirin Arsen.”

“Kamu gak boleh gitu ya sayang. Kasian anak kamu kalo kamu malah begini. Gak mau kan terjadi apa-apa sama dia? Percaya sama Arsen. Dia pasti akan kembali secepatnya. Anak mama itu pantang ingkar janji.”

Maya mendudukan Adel di pingiran tempat tidurnya. Arum ikut mendekat. Kini Adel sudah di kelilingi Arum Bundanya dan Maya mama mertuanya.
Adel menatap Bunda dan mamanya itu secara bergantian. “Ya udah kalo gitu, Adel mau tidur.”

Arum dan Maya tersenyum bahagai.
Cukup lama hingga Adel bisa memejamkan matanya. Begitu juga dengan Arum dan Maya yang tidak meninggalkan Adel sampai wanita itu benar-benar tertidur.

Tidur cukup malam ternyata tidak juga membuat Adel bangun siang. Bahkan Adel bangun bisa di katakan sangat awal. Ketika tidurnya terusik entah karena apa, Adel langsung bangun begitu saja dan kembali bersedih ketika tak ada sang suami di sampingnya.

Adel lantas duduk memeluk kedua kakinya sendiri. Adel menangis dalam sunyinya kamar ini. Sebegitu sensitifnya memang wanita hamil. Bahkan Adel tidak bisa melupakan sedikitpun tentang suaminya.

Adel berkali-kali menghembuskan nafas panjang ketika tak juga ada notif dari sang suami.

“Awas aja nanti, kamu harus di hukum karena udah ingkar janji. Adel akan marah banget kalo kamu datang. Liat aja nanti.” Adel bergumam dengan dirinya sendiri. Sungguh sesuatu yang sangat menyakitkan.

Jodoh Untuk Adel (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang