Langit senja telah nampak, burung burung terbang mengikuti arah angin.
Bi Inah baru saja menyetrika dan merapikan pakaian Atha, kemudian Ia menaiki tangga untuk menyimpannya di kamar.
Suara klakson mobil berbunyi, menandakan bahwa CEO muda itu telah pulang.
"Neng, bisa bantu bibi bukain pintu ya, den Atha kayanya udah pulang" pintanya tak terlihat memerintah.
"Siap Bii," jawabnya tak masalah.
Alya dengan segera membuka pintu, dan mendapati Atha yang hendak memegang gagang pintu.
"Eh, halo nona" sapanya dengan ceria.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh" dengan nada menyindir.
Laki laki yang ada dihadapannya pun merasa malu. Sepertinya Ia harus memperbaiki kebiasaannya itu.
"Bi Inah kemana?"
"Lagi nyimpan baju ke kamar Kakak"
"Kalo gitu, nona bisa beliin Aku bubur ga kedepan? nanti biasanya suka ada Mang Udin keliling"
"Boleh, mau request apa?"
Atha tersenyum, "Biasa aja campur, belinya tiga ya"
"Ga kebanyakan?" Alya heran.
"Kan buat Nona sama Bi Inah juga"
Alya mengangguk tanpa memberi komentar.
"Nanti Aku nyusul, mau ganti baju dulu"
Jemari Alya membentuk simbol 'Ok' sebagai jawaban. Ia pun pergi keluar.
Melihat jalanan yang masih lenggang, hanya seekor kucing yang berlalu lalang, Alya berinsiatif untuk bermain bersamanya.
Setelah beberapa menit, suara pukulan mangkuk terdengar, Mang Udin tengah berjalan mendorong gerobaknya.
Nah itu dia. Batinnya.
Sebuah tangan menghadang langkah Alya, ketika Mang Udin tinggal beberapa langkah lagi didepannya.
"Jadi, lo yang namanya Alya?"
Tanya seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut ikal, mengenakan kaos oblong dan celana pendek setelan basket.
Alya terperanjat.
"I..iya," jawabnya dengan nada tercekat.
"Cantik juga ternyata" gumam laki-laki itu.
Tanpa basa basi, tangan Alya ditarik untuk bersalaman dengannya.
"Kenalin gue Johan"
Dengan senyum yang menyeringai, ia tidak memalingkan tatapannya pada Alya.
"Maaf, tapi Aku mau beli bubur" berusaha melepaskan diri.
Johan menarik tangan Alya untuk mendekatinya.
"Jangan sok jual mahal, didepan gue" bisiknya.
Rasa takut menjalar ditubuh Alya.
"Lepasin!!"
Johan justru mengeratkan pegangannya, berusaha agar Alya tidak kabur.
"Gue ga bakal lepasin lo,"
Plak!!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan johan, suatu kesalahan besar yang telah dilakukan Alya karena menyulut emosi preman komplek itu.
Tanpa pikir panjang, Johan membalasnya dengan memegang keras dagu Alya.
"Sok suci banget jadi cewek!!" ujar Johan dengan emosi yang meluap.
Alya merintih kesakitan, kali ini tidak ada yang bisa menolongnya, Mang Udin si tukang bubur ternyata menghilang entah kemana.
Dengan penuh keberanian, akhirnya Alya menendang perut Johan.
Johan terpental hingga secara tak sadar Ia melepaskan pegangannya, Alya tidak menyia-nyiakan waktu, Ia mengambil seribu langkah untuk kabur.
"Woy!! Jangan kabur lo" ancam Johan.
Johan berlari mengejar Alya. Dengan nafas tersenggal, Alya berusaha mencapai rumah Atha, walaupun badannya terasa bergemetar.
Brugh!!
Ia menabrak seorang laki-laki yang tiada lain adalah Atha.
"Ayaa!! Kamu gapapa?"
Panik, itu yang dirasakan Atha, ketika melihat gadis yang didapatinya menangis sesenggukan.
"Kamu diem disitu, jangan kemana-mana tetap dibelakang" perintahnya.
Atha menajamkan matanya melihat sosok yang sedari tadi mengikuti Alya.
"Cih, Anak ingusan, mau coba ngejago di komplek" Atha berlari menghampiri Johan, dengan tangan mengepal.
Terjadilah aksi perkelahian diantara keduanya. Terlihat Johan tidak dapat menghindari serangan dari Atha yang bertubi-tubi.
"Berani beraninya lo sentuh Alya!!"
Pukulan Atha semakin menjadi jadi, membuat Alya semakin khawatir hingga Ia meminta bantuan warga komplek untuk meleraikannya.
***
Atha tiba dirumah bersama Alya, terlihat mereka sangat rikuh dan capek.
"Nona, kau tidak apa-apa kan?" penuh khawatir.
Alya menggeleng walau sebenarnya ia tahu tangan kanannya memar akibat cengkraman Johan yang begitu kasar.
"Makasih ya Ka Atha" sahutnya dengan pelan.
"Never mind, justru Aku yang minta maaf karena terlambat datang" balasnya penuh penyesalan.
Alya duduk meratapi kejadian yang telah menimpanya. Ia merasa sangat sedih, ingin sekali Ia bertemu dengan Ka Syifa dan menceritakan semuanya.
Di sisi lain, Atha datang membawa es batu dan handuk untuk mengopres tangan Alya. Ia tahu Alya tidak ingin merepotkannya hingga Ia pun berbohong.
"Ulurkan tanganmu Nona" perintah Atha.
"Ini perintah" sambungnya.
Alya pun mengulurkan tangannya, dengan penuh hati hati Atha mengompres tangan Alya. Ia merasa bersalah membuat gadis yang ada dihadapannya mengalami hal yang berbahaya.
"Nona jangan sedih, mulai detik ini sampai seterusnya, Aku janji si preman komplek ga bakal nongol lagi" tuturnya serius.
Alya mengangguk pelan, "Ka Atha gapapa juga kan?"
"Ya, aku baik-baik aja" ujarnya.
"Sekarang lebih baik nona istirahat, nanti Aku suruh Bi Inah buat bawa makanan sama obatnya" tersenyum hangat.
Atha mencoba membantu Alya berdiri, namun Alya menolaknya dengan halus.
🌷🌸🌷
Selalu tinggalkan jejak ya readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something to be a Special ✅
SpiritualRank 🎖️ #1 in Alhambra 13 Agustus 2021 #3 in Alhambra 15 Desember 2019 #3 in Muslim 20 Agustus 2021 #4 in Easy 16 September 2019 #6 in Special 13 Agustus 2021 Tidak sama. Hal yang sejak kecil selalu dirasakan oleh perempuan bernama Alya, karena dir...