32 | Cause I Envy

79 15 6
                                    

Mungkin Aku sudah lupa
Jika itu perihal kenangan,
Namun untuk perihal rasa
Kurasa tidak.

~STBAS~

Selepas dari pondok, Atha mengajak Hasta untuk makan di sebuah restoran. Ia melajukan mobilnya dengan cepat melewati jalanan yang begitu padat akan kendaraan roda dua dan juga roda empat. Sebenarnya, itu sudah tidak aneh, bagi ibu kota Jakarta. Ketika mobilnya berhenti tepat di dekat sebuah bangunan karena macet, tidak sengaja bola matanya menangkap pemandangan yang tidak asing lagi. Dimana seorang pria tengah bermain piano bersama seorang perempuan yang menemaninya.


Ya, Itu Alya dan Dirga.

Terlihat begitu jelas dari selapis kaca bening yang melapisi bangunan tersebut. Mereka terlihat begitu bahagia, saling tertawa dan melepas senyum. Jika dilihat, cuaca memang baik baik saja. Tapi tidak bagi hati Atha. Sepertinya tungku api menyala, hingga udara di sekitar terasa panas.

"Ck, dasar manusia tempatnya salah" ujar Atha sembari memalingkan muka.

Hasta menoleh "Kenapa Tha?"

Hasta-pun tak sengaja menangkap pemandangan tersebut, Ia paham betul apa yang dirasakan temannya.

"Yang sabar Tha, husnuzdon aja, mungkin mereka itu sebenarnya punya ikatan darah" ucapnya menenangkan.

"Darimana Lo tau ?" celetuk Atha.

"Yaa, bisa jadikan"

Atha mendengus kesal, Ia menaikkan volume AC agar udara terasa lebih sejuk.

"Cemburu nih haha" sahut Hasta.

Atha melajukan mobilnya ketika macet telah reda. Ia berharap semoga yang dilihatnya tadi itu adalah kesalahan.Walaupun pada kenyataannya tidak sama sekali.

Sesampainya di restoran, suasananya begitu ramai akan pelanggan. Atha sedikit risih, namun Ia terlanjur memasuki restoran tersebut. Ia mengedarkan pandangannya, berharap tidak ada wartawan maupun media massa yang melihatnya. karena Ia sudah lelah berurusan dengan mereka. Tiba tiba, seorang perempuan memeluknya dari belakang.

"Hallo Honey" sapanya pada Atha.

Atha terperanjat dengan refleks Ia menghempaskan lengan yang melingkar di lehernya. Akhirnya, mereka menjadi pusat perhatian orang orang yang ada di restoran tersebut. Banyak yang bergumam dan tak menyangka melihat CEO perusahaan ternama mempunyai  kekasih seperti itu.

"Apaan apaan sih lo Aulia ?" bentak Atha.

"Ko kamu gitu sih sama Aku" rengeknya.

Atha memutar bola matanya, apalagi yang akan diperbuat oleh wanita ini.

"Ingat jaga sikap, kita udah ga punya hubungan apa-apa lagi!" bisiknya secara tegas.

Aulia justru membalasnya dengan mengulum senyum dan merasa perkataan Atha tidak penting. Namun,
dari samping seorang pria mendekat dan menyodorkan handphone pribadinya.

"Pak Atha tolong bisa jelaskan perempuan yang disamping anda ini siapa ? apakah Ia kekasih anda?"

Ternyata pria tersebut merupakan awak media yang sedari tadi membuntutinya. Atha mengusap wajahnya dengan kasar, sedangkan Aulia terlihat begitu bahagia ketika mendapat pertanyaan seperti itu.

"Aku memang.."

"Mohon maaf, Dia bukan siapa siapa saya, mungkin dia salah orang"

Belum sempat Aulia menyelesaikan kalimatnya, Atha memotong pembicaraan.

"Kalau begitu ada hubungan apa anda dengan dia ? "

"Saya sudah tegaskan tidak ada hubungan apa-apa antara saya dengan perempuan ini! Saya tidak mengenalnya" jawab Atha kesal lalu melangkahkan kaki untuk pergi menghindari.

"Tapi pak tunggu, siapa kekasih anda sebenarnya ?"

Hasta pun memberhentikan awak media tersebut, dan menyusul Atha.
Sedangkan Aulia kecewa dan malu karena orang orang di sekelilingnya menertawakan dan mencibir dirinya.

Lihat saja nanti, kamu akan menyesal. batinnya.

***

Ia berjalan dengan begitu frustasi di tepi jalan, setelah peristiwa yang menimpanya tadi di restoran. Banyak cara telah Ia lakukan untuk bisa kembali dekat dengan Gibran, namun hasilnya nihil. Selalu saja Ia mendapatkan kegagalan dan juga malu. Di tengah jalan tak sengaja seorang anak kecil yang memegangi es krim berlarian dan mengenai pakaian Aulia. Kekesalannya semakin bertambah, melihat pakaiannya menjadi kotor.

"Hey! kalau jalan lihat-lihat dong!" bentak Aulia.

Anak merundung lalu kabur meninggalkan Aulia yang kesal dibuatnya. Ia berusaha menghapus ceceran es kirim di bajunya menggunakan tisu, namun tetap saja berbekas.

"Aggh! sial banget sih gue hari ini" gerutunya.

Tiing.
Sebuah pesan pun muncul.

My lovely Gibran

Ini terakhir kali lo ngelakuin hal-hal aneh ke gue. Lo ga cape ?
Lebih baik lo introspeksi diri dan belajar dari kesalahan yang lo perbuat.  Jangan salah paham dengan apapun yang gue lakuin waktu itu. Selebihnya gue berharap lo bisa berubah, dan jangan pernah ngusik kehidupan gue lagi.


Terpuruk.

Itu yang Aulia rasakan. Ia menangis begitu keras tak menghiraukan orang-orang di sekelilingnya. Ia berjongkok meratapi pesan tersebut.
Ketika pandangannya terangkat, tak sengaja Ia melihat Alya yang keluar dari sebuah toko alat musik bersama seorang pria.

"Ini semua gara gara si cewek sok alim itu, gue gak terima!" ujarnya.

Tanpa berpikir panjang, Ia pun segera menghampiri Alya.

🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang