41 | Kenyataan

91 13 2
                                    

Aku akan bahagia jika bisa bersamamu,
Tapi Aku akan lebih bahagia, jika melihatmu bahagia meskipun bersama yang lain

~STBAS~

Dua tahun telah berlalu, seorang perempuan yang tengah sibuk berkutat dengan laptop di kamarnya dilanda gundah gelana akan sebuah penantian. Matanya tak terlepas dari layar monitor yang menggambarkan deretan email yang telah Ia baca. Mulutnya pun bergerak seperti merapalkan sebuah doa. Ketika sebuah notifikasi muncul, dengan sigap Ia membukanya.

"Alhamdulillaaah"

Itulah kalimat pertama yang Ia ucapkan setelah membaca pesan tersebut. Tiba tiba ketukan pintu terdengar dan menampakkan sosok pria yang mengenakan jas putih masuk dan menghampirinya. Sontak saja Ia langsung menghampiri dan berdiri di hadapannya.


"Kakak tahu ?"

"Apa Ay ?"

"Aku dapat beasiswa di Universitas Harvard dan diterima di fakultas kedokteran" ucapnya histeris.

"Benarkah ?"

Ia mengangguk sempurna.

"Alhamdulillah, Ay" jawabnya.

Laki-laki tersebut merentangkan lengannya, dan menangkupkannya pada Alya. Memang benar, kini kakinya telah sembuh dari cedera parah yang menimpanya pada waktu itu.

"Kapan kamu berangkat Ay ?" melepaskan pelukannya.

"Lusa ka, insyaallah"

Terlihat sendu di wajah pria tersebut, sepertinya waktu berputar begitu cepat hingga Ia akan berpisah dengan adik kecilnya itu. Alya yang melihatnya pun mengerti lalu mengajak Dirga untuk duduk bersama.

"Kaka jangan sedih, Aku pasti sesekali akan pulang ke indonesia"

"Tapi Aku khawatir sama kamu, apa kamu bisa mandiri disana ?"

"Tentu Ka, Aku-kan udah besar bukan anak kecil lagi"

"Menurutku kamu masih anak kecil A,"

Alya mendengus kesal.

"Justru Aku yang khawatir sama Kakak, nanti kalo Aku gak ada gimana Kakak menjalani hidup. Sepertinya Ka Dirga harus mencari sosok perempuan yang akan selalu mendampingi" tuturnya dengan senyuman.

"Tapi, Aku sudah bahagia bersamamu Ay"

Alya menoleh, Ia tahu dari dulu Dirga menyimpan rasa untuknya. Ia merasa Dirga memiliki rasa sayang kepadanya melebihi rasa sayang seorang adik. Tetapi, Ia tahu Dirga memiliki sikap yang cukup bijak dan mengerti bagaimana perasaannya terhadap Dirga.

"Aku juga bahagia bisa bersama Kakak, tapi Aku akan lebih bahagia jika Kakak bisa bersama dengan orang yang Kakak cintai nantinya. bukan begitu ?" goda Alya.

"Iya kau memang benar. Apa kamu juga akan begitu Ay ?"

"Tentu Ka, kelak Aku juga akan menikah dengan seorang pria dan berkumpul bersama dirumah ini bersama keluarga Kakak"

Dirga tertawa kecil,

Sepertinya aku memang tidak ada di hatimu ya Ay. batinnya.

"Saran dariku ya, kenapa Kakak tidak coba berta'aruf aja dengan Ka Syifa ? kurasa kalian cocok"

"Kamu ini, mau jadi biro jodoh ya ?" ledeknya.

Alya tertawa lepas, ketika mendengar kata biro jodoh disematkan pada dirinya.

"Kali kali bolehlah Ka, Aku jadi biro jodoh untukmu" mengulum senyum.

Mereka pun tertawa bersama. Sepertinya memang benar, Dirga dan Alya ditakdirkan sebagai Kaka beradik tidak lebih.

Aku Bahagia Ay jika bisa bersamamu, tapi sepertinya Aku akan lebih bahagia jika melihatmu bahagia meskipun bersama yang lain. batinnya.

***

Di malam hari sebelum hari pemberangkatan, Alya terlihat tengah sibuk menyiapkan berbagai peralatan juga pakaian yang akan Ia bawa selama tinggal di Inggris. Sedangkan Dirga membantu Alya dalam menyelesaikan beberapa dokumen serta berkas-berkas penting miliknya. Ia mengecek serta memeriksa keperluan apa saja yang akan di perlukan oleh adiknya tersebut.

Setelah selesai mengemasi barang barangnya, Alya pun menghempaskan tubuhnya ke atas kasur lalu melihat handphonenya. Banyak sekali notifikasi dari teman temannya yang mengucapkan perpisahan. Ia pun membalas satu persatu pesan tersebut. Perasaan sedih memang menyelimuti dirinya sekarang, Kenapa tidak ? karena Ia telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri serta membiarkan berbagai kenangan tersimpan di memorinya.

Ia memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya secara kasar, memang begitu berat meninggalkan keluarga, sanak saudara juga adik adik kecilnya. Terbesit di hatinya untuk mengirim sebuah pesan kepada seorang laki laki yang tiba tiba terlintas di pikirannya. Sekedar mengirim kabar saja walaupun mungkin itu tidak penting.

Ia mencoba merangkai sebuah Kata, tapi beberapa kali Ia hapus kembali hingga malam pun semakin larut kelopak matanya tak sanggup menahan rasa kantuk yang luar biasa hebatnya. Akhirnya Alya terlelap, pesan pun tak kunjung tersampaikan.


🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang