28 | Slice of truth 2

72 14 2
                                    

Bagaikan Hujan ditengah hari,
Begitu terang
Namun, Basah.

~STBAS~

Mereka duduk di kursi taman dengan suasana yang canggung, ini kali pertamanya Alya berbicara dengan sosok perempuan yang tidak Ia kenal.

"By the way, kenalin dulu, namaku Aulia Pinandhita, kalau kamu ?"

"Alya" singkatnya.

"Okay, gak papa kan kita ngobrol disini" memulai pembicaraan.

Alya mengangguk tidak masalah.

"Katanya kamu liburan ke Spanyol ya sama Gibran ? kayanya seru banget, sayang tapi aku ga ikut"

"Iya, itu karena pekerjaan juga Ka" balas Alya.

"Oh ya ? kamu kerja apaan ? umur kamu masih mudah, kamu ga di apa-apain kan sama Gibran ?" terlihat khawatir.

"Ngga Ka, itu kaitannya sama panti" Alya sungkan untuk menjawab.

"Ga perlu sungkan Alya, Aku udah tau semuanya. Sampai kamu ditinggal oleh Gibran di Spanyol"

Alya mengernyitkan dahinya, Kenapa Aulia bisa tahu ?.

"Calm down Alya, Aku bukan lagi ginterogasi kamu, justru aku yang akan memberikan kamu sebuah fakta"

"Maksudnya ?"

"Sebenarnya, Gibran itu ninggalin kamu karena Ia khawatir dan mau ketemu sama Aku di Jakarta. I know, itu terdengar berlebihan, but kami memang sepasang kekasih"

Alya terperangah mendengar kata akhir dari wanita bertubuh ramping tersebut.

"Terlebih, Aku sekarang lagi mengandung anaknya Gibran. Oleh karena itu, waktu, jarak dan juga pekerjaan memang sangat memisahkan kita" imbuhnya.

Kecewa, itulah yang Alya rasakan.

Lantas, untuk apa waktu itu Atha menyatakan perasaannya ?.

"Aku sangat khawatir, takutnya Gibran melakukan hal-hal yang sedikit melenceng. Karena, ada saja wanita-wanita diluar sana yang ingin mengisi hatinya. Menurutku sih gapapa, jika hanya singgah, asalkan jangan menetap saja. Bukan begitu Alya ? atau kamu termasuk wanita itu ?" sambung Aulia dengan tatapan yang tajam.

Alya mengepalkan tangannya begitu erat.

"Maaf! Aku bukan wanita seperti itu!" jawabnya dengan lantang.

"Benarkah ? tapi iya juga sih penampilan kamu aja alim banget, masa iya Gibran suka tipe yang kaya gini" tertawa.

Kini, dada Alya merasa sesak dan nafasnya tidak beraturan. Dirinya merasa dipermalukan oleh wanita tersebut.

"Tapi, Atha sampe ngasih kamu bunga ya. Hati-hati takutnya kamu jadi korban ?" tambah Aulia.

Korban ??.

"CUKUP AULIA!! jaga bicaramu, Aku bukan korban ataupun pelaku dari semua ini. Aku dan ka Atha hanya sekedar perihal pekerjaan saja, tidak lebih. Jika kamu merasa tersaingi, itu sangat salah. Karena Aku dengan Ka Atha tidak ada hubungan apa apa" dengan Emosi memuncak.

Aulia tersenyum lalu bertepuk tangan.

"Wah..wah, Kamu pintar bicara juga ya, tapi sayang, attitudenya ga bisa di jaga. Kurang didikan orang tua kah?atau kurang duduk di bangku sekolah ?" seraya tertawa receh.

"Jangan asal ya kalau bicara, kamu sendiri yang tidak punya adab, berbicara sembarangan di depan orang lain. Aku tidak kekurangan didikan orang tua, justru Aku mendapatkan perhatian lebih dari mereka. Kamu memang lebih tua, tapi sayang kamu sendiri yang telah melampaui batas, maka Aku tidak bisa tinggal diam" beranjak dari tempat duduknya

Mata Alya memerah, Ia sudah tak tahan meluapkan semua amarahnya.

"Dan, ya jika memang kamu memiliki hubungan dengan Ka Atha, kenapa Ia mencampakkanmu ?" sekarang Alya balik menyindir, membuat Alya mendengus kesal.

"Jika kamu merasa syirik kepadaku, ambil saja bucket bunga ini, aku tidak perlu"

Ia melemparkannya ke samping Aulia. Lalu pergi meninggalkan nya. Sedari tadi matanya memang telah berkaca kaca, apalagi setelah mendengar kata orang tua.

Hatinya rapuh.

***

Atha sedari tadi menunggu akhir dari pembicaraan yang dilakukan oleh Alya dan Aulia. Ketika melihat Alya yang sedang berjalan menghampirinya, Ia berusaha mencekal tangannya.

"JANGAN SENTUH AKU!" bentak Alya pada Atha, lalu berlari dan mencoba mencari taksi.

"Nonaaa! tunggu Nonaa!"

Panggil Atha berusaha mengejarnya. Namun, untungnya Dirga sampai tepat pada waktunya. Ia melihat Alya dengan wajah yang penuh tangis.

"Alyaa! kamu kenapa ?" cemasnya.

Sudut pandang Dirga beralih pada Atha yang mencoba mendekati Alya.

"Mundur Lo! jangan pernah deketin Alya lagi!" cegah Dirga seraya mendorong mendorong Atha.

"Awas Lo! Gue mau ngomong sama Alya!" ucapnya melawan.

Sedangkan Alya telah duduk didalam mobil, dan ingin segera meninggalkan tempat tersebut.

"Gue ga akan biarin Lo deketin Alya! Ingat itu!" ancam Dirga lalu pergi menaiki mobil.

"Terserah! Gue cuman mau bilang apapun yang dikatakan Aulia itu semua tidak benar Alyaa!" teriaknya dengan harap Alya mendengarnya.

***

Kini, Alya hanya bisa menangisi semua rentetan alur ini.

Hiks..Hiks..Ayah..Ibu..
Aku ingin pulang...

Ayah..Ibu...

Dua kata yang tidak pernah lepas dari ucapannya, ketika berada di sela isak tangisnya.

La Tahzan Ayaa, Innalloha Ma'ana. batinnya.

🌷🌸🌷


Jangan lupa vomentnya readerss.

Salam hangat Author..✨💙

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang