19 | Bunga yang Gugur

115 23 27
                                    

Yang paling Aku tidak suka,
Ketika bunga-bunga berjatuhan, Gugur.

~STBAS~

Ia mengacak rambutnya dengan asal, bisa-bisanya Nursa -Ibu Atha- juga ikut dalam permainan konyol Aulia. Mungkin karena dia tidak pernah tahu bahwa dirinya telah berpisah dengan model cantik itu. Atha memang sempat menghubungi Nursa ketika perdebatannya selesai, dan ternyata benar kondisi ibunya itu baik-baik saja bahkan bisa dibilang sehat wal-afiat.

"Gue gak ngerti sama lo" timpal Hasta.

Atha memincingkan matanya, tidak mengerti maksud dari pernyataan sahabatnya.

"Kenapa lo ninggalin Alya di Spanyol?" Imbuhnya.

Atha menekan dahinya, mengira Hasta dapat menyimpulkan kejadian sebelumnya.

"Dia itu beda dari yang lain bro, lo jangan samain dia sama yang lain. Gue tau cara lo buat ngehindarin banyak cewek, tapi gak gini juga Ta!" sedikit membentak.

"Kalo lo gak bisa bahagiain dia! Gue siap" sambungnya tegas.

Atha menatap tajam "Lo salah paham Has! Gue gak ada maksud ngehindarin dia, dan Gue gak mungkin ngehindarin dia."

"Terus ?"

"Ini semua gara-gara Aulia"

"Ck, udah basi Ta"

"Gue serius Has, waktu di Spanyol gue dapet telepon dari pihak rumah sakit.

Apa benar ini dengan Pak Gibran?

Iya Benar, dengan saya sendiri

Maaf, Ibu anda yang bernama Nursa mengalami kecelakaan, dan sekarang koma di Rumah sakit

Apaaa!!!

Tututuu

"Gue gak tau harus gimana lagi Has, pikiran Gue kalap dan langsung balik ke Indonesia. Gue lupa Alya sendirian disana" jelasnya penuh penyesalan.

"Tapi Lo harus tau, Alya nelpon lo berkali-kali dan nelpon Gue buat nanyain keberadaan Lo."

Tangannya mengepal, mendapati handphonennya dalam mode hening.

"Lo harus tanggung jawab Ta, kalo ngga Gue bakal rebut Alya dari Lo"

Satu pukulan berhasil mendarat di pipi kanan Hasta. Ia tak mengira sahabatnya akan mengatakan hal tersebut.

"Sejak kapan lo suka sama Alya?"

"Sejak pandangan pertama Ta," dengan senyum menyeringai Ia menghapus darah yang menempel di sudut bibirnya.

"Lo ngga seiman sama Alya"

"Gue bakal pindah agama buat Dia"

"Sekarang LO RIVAL GUE!" tukasnya.

Atha tidak memedulikan orang-orang di sekitar yang melihat kelakuannya di parkiran. Pertama kalinya persahabatan mereka retak karena seorang gadis muda yang belum jelas identitasnya. Saat ini menemukan Alya merupakan sayembara bagi mereka berdua, yang menemukan berarti yang mendapatkan.

***

Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar begitu merdu, tiap lafadz-nya membentuk rangkaian surat Ar-rahman. Hatinya tersentuh ketika bacaannya terhenti pada kalimat.

'Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban'

Maka nikmat Alloh yang manakah yang kau dustakan ?

Tetes demi tetes air mata membasahi pipi yang masih sembab itu. Sudah tiga hari semenjak kepergian Ayahnya, Ia masih diliputi dengan rasa duka. Sempat berpikir kenapa Alloh begitu tidak adil mengambil kado terindahnya itu. Alya merapalkan kalimat istighfar, karena telah menyalahi takdir Tuhan.

Ketukan pintu terdengar, sesegera mungkin Ia menyeka air matanya. Perlahan pintu terbuka, menampakkan pria berpakaian casual dengan secarik kertas ditangannya.

"Ka Dirga" lirihnya.

Di sebuah perumahan peninggalan Pak An'am itulah, mereka tinggal bersama dengan keluarga besar Alya yang notabenenya asli keturunan Aceh. Pandangan Dirga terpaku pada wajah pucat berbalut khimar berwarna soft pink milik Alya. Sepertinya Ia merasa khawatir dengan kesehatan gadis tersebut.

"Alya, ini ada surat dari Ayahmu" sahutnya sambil duduk berdampingan.

Ia membuka lipatan kertas tersebut lalu membacanya.

Assalamualaikum, putriku..

Lama tak jumpa ya, Ayah sangat merindukanmu. Sebelumya Ayah minta maaf, bukan maksud Ayah untuk menelantarkanmu di luar sana. Namun, semenjak peristiwa jatuhnya pesawat itu, Ayah kehilangan dirimu Nak. Ayah sangat bersalah karena harus membawamu dalam perjalanan itu. Ayah telah mencarimu kemana mana, namun hasilnya nihil.

Selama 12 tahun ini, Ayah benar-benar merasa kehilangan. Hanya bisa berdoa dan berharap bisa bertemu denganmu Nak. Tetapi seiring berjalannya waktu, Ayah merasa bersyukur karena dapat bertemu dengan Dirga. Ia pria baik baik Nak, Ayah yakin kepadanya. Ketika Ayah sudah tiada, tanggung jawab sepenuhnya Ayah berikan kepada Dirga.

Ibumu pula sepertinya setuju dengan keputusan Ayah. Ia selalu menyayangimu jauh sebelum kamu lahir. Jadilah wanita sholehah dan kuat seperti Ibumu. Ayah akan bertemu dengan Ibu, di Syurga-Nya.

An'am Khoirul Usman

Tangisnya tak terbendung, Ia benar-benar menyesal tidak dapat mengingat serpihan memorinya di masa lalu. Saat kecil Ia hanya mengingat kepulan asap yang besar dan luka-luka yang menempel di seluruh tubuh. Setelah itu, Ia berlari dan menemukan panti asuhan yang bertuliskan Yayasan Bunga Lestari.

Alya meraba pelipisnya yang dirasa sakit, sepertinya ingatannya mencoba untuk merekam ulang adegan di masa kecilnya itu. Tentu saja ini tidak baik, karena membuat kesadarannya tidak seimbang.

"Kamu gapapa Alya?" cemas Dirga.

Sekuat tenaga Ia menggelengkan kepalanya, namun rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi.

"Sakit Ka.." rintihnya.

"Sebaiknya kamu istirahat, nanti Aku bawakan obat agar kepalamu tidak sakit lagi" imbuhnya lalu membaringkan Alya.

Iba sedari tadi meliputi hati pria tersebut, tidak tega melihat gadis malang itu mengalami berbagai peristiwa yang begitu menyedihkan. Kini Ia tidak ingin meninggalkan Alya sendirian, sebisa mungkin Ia akan selalu bersamanya.

Dirga meninggalkan kamar Alya, sepertinya membutuhkan waktu setelah kondisinya membaik Ia akan menceritakan masa kecil gadis itu. Akan tetapi Ia penasaran mengapa Alya bisa berada di luar negeri waktu itu, dan apa saja yang telah terjadi kepadanya.

🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang