Ketika bel pulang tiba, Sindy dengan sigap mengeluarkan cermin andalannya dan liptint berbentuk es krim dari sakunya. Dari bangku belakang Gita sudah memprediksi gelagat temannya yang akan melancarkan sebuah aksi. Sedangkan, Alya tengah bersiap mengenakan jaket berwarna abunya itu.
"Al, kamu mau pulang bareng Ka Dirga lagi ? atau mau bareng kita ? kebetulan sekarang aku bawa motor, indy juga bawa" ajak Gita.
"Kayanya sama Ka Dirga Git, ga tau kenapa udah dari minggu kemarin aku belum dapet izin buat bareng kalian" keluhnya.
Sindy mengerling, mendengar penuturan Alya. Sepertinya pikiran Sindy tengah dipenuhi dengan siasat.
"Gapapaa ko Al, kamu bareng Ka Dirga aja" ujar Sindy.
" Yah.. ga seru nih, rencananya kan kita mau hang out bareng nyari makanan seafood gitu" wacana Gita.
"Nanti aku usahain ya Git kapan-kapan, maaf banget, aku jadi ga enak" sedih Alya.
"Tenang aja, kan masih banyak waktu. Nanti kita agendain lagi"
"Iya juga sih Ndy, gapapa Al, keep calm" ujar Gita meyakinkan Alya.
Merekapun pergi menuju parkiran, yang ternyata Dirga baru saja sampai untuk menjemput Alya. Akan tetapi, entah kenapa, mendadak Sindy teriak kesakitan sambil memegang perutnya.
"Ndy, kamu kenapa ?" cemas Alya sembari menggenggam lengan Sindy.
"Ndy, lo kenapa Ndy ?" Gita penuh khawatir.
"Lo ga kesurupan kan ?" celetuknya kembali.
Sontak saja, Sindy menepuk kepala temannya itu.
"Giit, ini kayanya beneran, bukan kesurupan" timpal Alya panik.
Dirga yang baru saja memarkirkan mobilnya, terperanjat melihat tiga pelajar yang Ia kenali tengah sibuk membopong temannya itu. Sindy yang melihat kedatangan Dirga tiba-tiba tak sadarkan diri.
"Eh.... Ndy, jangan pingsan"
"Ka Dirga, tolong bantuin" teriak Alya
"Ini kenapa Ay ?"
"Tadi, perutnya kesakitan, dan sekarang pingsan"
"Ya udah, masukin ke mobil, kita bawa ke rumah sakit"
***
Tiba disana, Dirga mulai membaringkan Sindy dan memeriksanya. Gita sedari tadi merasa aneh dengan kejadian tersebut. Sebelumnya, Ia merasa Sindy baik-baik saja bahkan terlihat begitu periang dengan bibir merahnya itu. Sepertinya ada yang tidak beres.
Sindy perlahan membuka matanya, lalu melihat sosok Gita yang melotot kearahnya.
"Giit, ga usah melotot gitu, ini kan bukan rumah hantu" celetuk Sindy.
Gita membalasnya dengan cubitan di lengan Sindy.
"Temen kamu baik-baik aja Ay, dia cuman sakit perut akibat haid" ucap Dirga.
"Tapi ga papa kan Ka ?" gusar Alya
"Gapapa nanti juga reda, minum yang anget anget aja, dan jangan konsumsi es atau yang pedes"
"Makasih ya Ka Dirga, kalau boleh Sindy mau minta nomor teleponnya, takutnya nanti kerasa lagi terus malah tambah sakit nanti mau konsultasi" pintanya tersipu malu.
"Indy!! Jangan malu-maluin iih, kenapa tadi siang lo makan pedes banya nkalau lagi haid, jangan-jangan lo sengaja ya Ndy ?" cerocos Gita yang sudah mengetahui gelagatnya dari awal.
Dirga tersenyum, melihat Sindy yang kemudian salting dan mencoba untuk membuat Gita terdiam. Alya yang melihatnya tertawa kecil, tak menyangka teman-temannya melakukan hal tersebut.
"Kamu bisa minta nomor Saya ke Alya, atau ini ada kartu identitas Saya, lengkap dengan alamat rumah dan juga nomor telepon" Dirga mulai usil.
"Makasih Ka sebelumnya, tapi kayanya ga jadi. Sindy udah baikan, jadi kayanya mau pulang aja"
Sindy beranjak, lalu bergegas menarik Gita dan berpamitan kepada Alya. Kali ini, aksinya benar-benar dibongkar oleh sahabatnya sendiri. Merekapun pergi meninggalkan Alya dan Dirga yang saling tertawa.
"Duh, ada-ada aja ya temen kamu Ay"
"Iya ya Ka, tapi setelah peristiwa ini, kayanya Sindy suka sama Ka Dirga" goda Alya.
"Sebatas suka gapapa, tapi jangan kaya gitu juga" jawabnya tersenyum
"Iyaaa Ka Dirga" tak ingin obrolannya berbuntut panjang.
"Ay, kita makan di luar yu sore ini"
"Ayo boleh Ka, mau makan dimana ?"
"Kamu mau makan apa ?"
"Seafood gitu kayanya enak atau mau makan soto juga sore-sore kayanya lebih enak" menimang-nimang
"Dua-duanya aja, biar komplit"
"Okeey Kaa" tertawa kecil
***
Alya menepuk-nepuk perutnya dengan pelan, Ia merasa bahwa beberapa seafood yang telah dimakannya benar-benar mengenyangkan. Tanpa disadari, Dirga sedang memperhatikannya seraya tersenyum.
"Udah kenyang belum ?"
"Udah ka, ini aku kayanya kekenyangan"
"Kirain mau nambah" usil Dirga
"Bisa-bisa muntah nanti" timpalnya sebal
Dirga tertawa, "Jadi, kayanya slot buat soto di perut kamu udah penuh ya ?"
"Penuh banget, nanti kayanya harus dibikin slot baru" jawab Alya tersenyum
Mereka pun beranjak untuk meninggalkan tempat tersebut, namun seorang pelayan yang sedang tergesa-gesa tidak sengaja tersandung oleh kakinya sendiri sehingga dengan cepat Dirga merangkul pundak Alya agar tidak tertabrak.
Alya sedikit kaget dan menoleh kearah Dirga. Sedangkan pelayan yang terjatuh, kemudian berdiri dan meminta maaf. Dirga hanya mengangguk lalu mendapati sorot mata Alya yang mengarah kepadanya. Ia pun melepaskan tangannya yang bertengger di pundak Alya. Sekarang, Dirga yang merasa salting dan mengajak Alya untuk melanjutkan perjalanannya.
Setibanya di halaman, Alya merasa kagum dengan pemandangan sore yang begitu indah. Ia pun mencoba untuk memotretnya sebelum masuk kedalam rumah.
"Pemandangannya aja yang dipotret ?" celetuk Dirga.
Yang kemudian dijawab oleh Alya dengan memberikan ponselnya "boleh ka, tolong potoin hehe"
Dengan senang hati, Dirga mencoba untuk memotret Alya. Dengan menggunakan fitur autofokus, Ia meng-capture Alya yang tersenyum.
"Coba lihat ka hasilnya ?" menelisik
"Bagus" singkat Dirga yang kini merasakan jantungnya berdebar.
🌷🌸🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Something to be a Special ✅
SpiritualRank 🎖️ #1 in Alhambra 13 Agustus 2021 #3 in Alhambra 15 Desember 2019 #3 in Muslim 20 Agustus 2021 #4 in Easy 16 September 2019 #6 in Special 13 Agustus 2021 Tidak sama. Hal yang sejak kecil selalu dirasakan oleh perempuan bernama Alya, karena dir...