1 | Kita Istimewa

435 117 99
                                    

Salahkah jika hidup kita seperti ini?
Bukankah semua kehidupan,
Sudah ada yang mengaturnya?
Kita hanya perlu bersyukur pada Sang Pencipta.

~STBAS~

"Dasar anak yatim piatu, pantas aja nyuri, kurang didikan orang tua ya" cerocos seorang ibu kepada seorang anak yang menangis di hadapannya.

"kami memang yatim piatu Bu, tapi kami tidak pernah mencuri barang yang bukan milik kami" bela salah seorang anak.

Sedari tadi anak-anak itu hanya melihat toko kue dari luar, tanpa ada niatan untuk mengambil kue secara ilegal, mereka hanya berdiri sambil menghitung uang yang mereka punya.

"Alah...alasan, maling mana ada yang mau ngaku"

"Kue saya yang ada di rak luar hilang, pasti kalian yang ambilnya, terlihat dari gelagat kalian" timpalnya.

Diam, hanya itu yang bisa mereka lakukan. Apapun alasannya tidak ada yang pernah mempercayai mereka.

"Sudah sana pergi!! jangan sampai saya panggil satpam buat ngusir kalian"

langkah mereka guntai, tak tau harus berbuat apa.

Kenapa orang orang di sekelilingnya tidak pernah mempercayai mereka?

Apa karena gelar yang mereka punya?

Mereka tidak pernah menginginkan belas kasihan dari semua orang, mereka hanya ingin dianggap seperti seorang anak pada umumnya.

***

langkah mereka terhenti ketika sampai di ambang pintu, sedari tadi kevin berusaha menyeka air matanya agar tidak berbekas.

Setelah satu lontaran pertanyaan berhasil keluar dari seorang perempuan yang duduk menunggu mereka.

"Kevin, Aldo, kalian dari mana aja? kakak khawatir dari tadi"

Kevin berlari kecil menghampiri perempuan tersebut.

Ia tak kuasa menahan air mata ketika pelukannya berhasil mendarat.

"kamu kenapa kevin? Kok kamu nangis?"

"Kalian ngga berantem kan?" sangka perempuan tersebut.

Kevin menggeleng kecil.

"Selamat ulang tahun ka Alya, maaf kita ga bisa beliin kue untuk Kakak" celetuk Aldo yang membuat perempuan tersebut tersenyum manis.

"Terima kasih banyak adik adikku sayang, Kakak tidak pernah berharap lebih dari kalian. Dengan ucapan saja sudah cukup buat Kakak" sambungnya dengan senyum mengembang.

Alya tahu, kini usianya telah menginjak 17 tahun, biasanya bunda Merry akan membuat kue untuknya, merayakannya bersama dengan suka ria. Namun, itu semua tinggalah sebuah kenangan.

Tepat satu tahun yang lalu, karena sakit yang dialaminya, Bunda Merry telah meninggal dunia.

Sosok yang berjasa, yang telah membuat hidupnya terasa lebih berwarna.

"Ka, bo..boleh kan Evin bertanya??" kevin mulai bersuara disela isak tangisnya

"Tentu saja kevin, kenapa tidak."

"Apa menjadi anak yatim piatu seperti kita merupakan kesalahan? kenapa orang orang tidak pernah menyukai kita? bukannya mereka harus baik ya sama kita"

Alya terdiam, ia pun mengelus pucuk kepala kevin.

"Kita itu istimewa, Alloh saja melindungi dan menyayangi kita"

seperti dalam firman-Nya

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu)."

(QS. Ad-Duha (93) : Ayat 6)

"Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang."

(QS. Ad-Duha (93) : Ayat 9)

"Gapapa kalo orang-orang tidak suka dengan status yang kita punya, tapi kita tidak perlu merasa malu ataupun sedih, karena kita ga sendirian kan. Di panti kita punya banyak saudara dan itulah keluarga kita"

Timpal perempuan berwajah sendu dengan tubuh semampai yang berdiri seraya melipat tangan di dada.

"Ka Syifa" ujar Alya menoleh.

Perempuan yang menjadi ibu kedua bagi mereka, karena umurnya lebih dewasa daripada yang lain.

"Udah jangan pada nangis, ini kan hari ulang tahunnya Alya, jadi kita ga boleh ada drama nangis dulu" sambungnya tertawa kecil

Mendengar perkataan kakaknya, Aldo mulai merasa kesedihannya telah berkurang, Ia bertekad ingin menjadi anak yang kuat dan tegar.

"Kita semua sayang Kakak" pekik Aldo seraya memeluk Syifa.

"Baiklah, ayo kita kedalam, yang lain pasti nungguin kita buat makan siang bersama"

"Makan siang apa Ka sekarang?"

Tanya kevin dengan ceria.

"Tentunya makanan yang spesial, pokoknya sekarang kita bakal makan banyak" sambung Syifa.

"Yeay, Evin jadi laper"

Aldo dan Kevin pun berlari dengan ekspresi penuh semangat saling kejar-kejaran untuk segera tiba di meja makan.

"Ka Syifa hebat deh, udah dewasa, cantik, bisa masak, penyayang dan sosok keibuan banget" celetuk Alya.

"Hmm, ada maunya tuh"

Alya terkekeh geli.

"Nanti ajarin Aku bikin kue ya Ka,"

"Tuh kan, ada maunya, ngga ah ga mau" tertawa jahil

Alya mengerucutkan bibir, sepertinya kali ini ia harus berusaha keras untuk memelas.

"Kalo ga mau, nanti aku comblangin kaka loh sama anaknya Pak Rt" menggoda.

Syifa berpura pura tidak mendengar.

"Kalo ga salah waktu itu aku baca di buku diary-nya Ka syifa, namanya Habibi kan"

Syifa menelan salivanya.

"Alya nakal!! awas ya," teriaknya.

Kali ini, Alya dan Syifa yang main kejar-kejaran.

🌷🌸🌷

Jangan lupa tinggalkan jejak pada bintang dan kolom komentar.

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang