Berharap kepada manusia memang tidak ada ujungnya,
tetapi berharap kepada Alloh sudah pasti akan ada jawabannya.~STBAS~
Setelah cukup lama berkeliling menikmati keindahan kota Estepona. Atha memesan banyak buah tangan untuk Hasta dan keluarga Alya. Ia tidak tanggung-tanggung merogoh kocek yang sangat besar untuk barang-barang yang akan dibawanya itu.Lagi-lagi Alya merasa sikap Atha sangat berlebihan. Ia tidak tahu nanti harus bagaimana membalas budi kepada sosok yang dermawan itu. Semoga saja Atha tidak meminta hal-hal yang aneh sebagai balasannya.
Setelah itu, Atha mengajak Alya untuk membeli es krim, yang tentunya topik tersebut membuat gadis remaja itu bersemangat.
"Ayo kak, udah lama gak makan es krim" tersenyum lebar.
"Baiklah ayo nona kecilkuu" sambil tertawa kecil lalu menaruh kameranya di leher Alya.
"Lain kali ga perlu panggil Kakak lagi, Atha aja" membenarkan.
"Udah kebiasaan jadi susah" keluh Alya.
"Kaya Abang-adek jatohnya" timpal Atha.
Alya berpikir sejenak, sedari dulu memang Ia menganggapnya seperti Abang, walaupun tidak berlaku untuk perasaannya.
"Nama lengkap Ka Atha apa?"
"Gibran Atha Pangestu"
Alya mengetuk-ngetuk telunjuknya ke arah dagu, memikirkan nama panggilan yang cocok untuk laki-laki itu.
"Pang-Pang, Pangestu" sahutnya.
Atha membulatkan matanya, tidak terima dengan nama aneh yang diberikan Alya.
"Gak! ga mau, jelek amat" protesnya.
Alya tertawa tiada henti, Ia merasa sukses membuat Ka Atha jengkel.
Tiba di kedai es krim, Alya memutuskan untuk dirinya saja yang mengantri dan membelikan es krim. Sedangkan Atha berdiri di dekat tiang jalan untuk menunggunya.
Beberapa pesan bermunculan, namun Ia tidak mengindahkannya. Setelah sebuah telepon berhasil masuk.
Halo
...
Iya Benar, dengan saya sendiri
...
APA!!!
...
Dengan tidak berpikir panjang Atha berlari menuju mobilnya yang terparkir dan melajukannya begitu cepat.
Apakah Ia tidak tahu?
Seorang perempuan tengah mengantri di deretan para pembeli untuk membeli es krim, yang bukan hanya untuknya namun untuk dia yang sekarang entah pergi kemana.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore sedangkan Alya masih duduk di kursi jalan dengan es krim yang setengah mencair. Sudah satu jam Atha pergi meninggalkannya tanpa kabar.
Beberapa kali Ia mencoba menelpon sang pemilik es krim yang setengah mencair itu namun sulit untuk di hubungi. Alya mencoba mengedarkan pandangannya berharap menemukan rombongan Daffa, Bagas dan Clara. Namun nihil, Ia tidak menemukannya.
Ia-pun berinisiatif menelpon Hasta, karena jika Atha tidak bisa dihubungi maka Hasta-lah yang bisa Ia hubungi.
Assalamualaikum Ka Hasta,
Eh Alya tumben, Ada apa ya?
Iya kak, kalau boleh tau apa ada kabar mengenai ka Atha?
Bukannya dia lagi di Spanyol ya sama kamu
Iya kak, tapi udah sejam dia pergi ga tau kemana. Dihubungi juga susah.
Lah.., terus kamu sendirian dong sekarang
Hmm.. iya
Gila si Atha! ninggalin cewek baik baik di negeri orang, gue gak habis pikir.
Alya tertegun.
Alya, kamu jangan panik, pulang aja ya ke hotel nanti Aku telepon lagi
Ia mematung ketika telepon di akhiri. Sebuah kalimatpun terngiang-ngiang di kepalanya,"Kamu percaya sama Aku-kan Aya?"
Seonggok kalimat yang menawarkan pengharapan, namun tidak untuk kepastian.
Kini Ia berjalan dengan lunglai, entah kemana Ia akan pergi. Jalan pulang ke hotel sepertinya sulit, Ia tidak terlalu hafal jalanan yang ada di situ. Bisa saja Ia bertanya kepada orang-orang yang ada disana, tapi Ia tidak terlalu percaya dan merasa takut kalau tertipu.
Menghubungi Ka Syifa juga bukanlah hal yang tepat, hal itu hanya akan membuat Ka Syifa menjadi panik dan keadaan semakin buruk. Alya benar-benar ingin pulang, hingga tak terasa air mata membasahi kedua pipinya.
Aku memang salah, karena berharap kepada manusia. Batinnya.
"Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap" (Q.S Al-Insyiroh : 8)
Tanpa memperhatikan jalan, Alya mencoba menyeka air matanya. Hingga sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melintas didepannya.
Ckiiet!
Pandangannya memburam.
***
Seorang pria tengah berlari dengan tersengkal sengkal, nafasnya tak teratur dan raut wajahnya berantakan. Koridor yang Ia tapaki penuh dengan wajah orang-orang yang memelas akan arti kehidupan.
Sebuah pintu terbuka, menampakkan sesosok wanita dengan baju kurung yang cantik tengah duduk memegang buket bunga.
"Selamat Datang Gibran"
Senyumnya merekah. Ia benar-benar senang karena kekasihnya telah kembali.
"Aulia" tanpa sadar Atha berucap.
Atha tidak tahu apakah Ia harus senang atau sedih, melihat sosok perempuan yang mengingatkannya kembali akan masa lalu.
"I really miss u" jelas Aulia.
🌷🌸🌷
Keep reading and voment yaa guys, see you.. ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Something to be a Special ✅
EspiritualRank 🎖️ #1 in Alhambra 13 Agustus 2021 #3 in Alhambra 15 Desember 2019 #3 in Muslim 20 Agustus 2021 #4 in Easy 16 September 2019 #6 in Special 13 Agustus 2021 Tidak sama. Hal yang sejak kecil selalu dirasakan oleh perempuan bernama Alya, karena dir...