10 | Hipotesis

196 75 54
                                    

Semenjak peristiwa kemarin, Alya merasa dirinya sudah sangat akrab dengan Atha. Bahkan mereka sudah merasa dekat layak abang dan adek.

Alya tengah duduk di sofa dengan didampingi oleh simba yang tertidur pulas disampingnya.

Kalau tugas asisten kaya gini, pasti banyak yang ngelamar kerja. Apa iya ada asisten kaya gini di dunia?. batin Alya

Ia tak henti hentinya membantin pada diri sendiri akan nasib nya itu, yang tanpa disadari Bi Inah mendekatinya.

"Neng jangan bengong toh, nanti kesambet" sahutnya.

"Eh gak kok bi, lagi mikirin sesuatu aja"

"Liat tv neng biar gak bosen "

Alya tersenyum kepada Bi Inah.

"Saya bukan yang punya rumah Bi, nantinya gak sopan"

"Gak papa kalau Neng mah, kalau bibi mah gak boleh, Neng mah kan asisten nya den Atha" ujarnya mengulum senyum.

"Tapi asisten juga nunggu perintah atasannya kan bi"

"Neng mah gak perlu atuh, soalnya neng mah beda" dengan tersenyum ramah.

Alya sedikit heran, pernyataan Bi inah hampir sama dengan pernyataan Atha waktu itu.

"Beda apa ya Bi?"

"Beda Neng, buktinya Neng dijadiin asisten pribadi tugasnya cuma nunggu perintah. Bukan bersih bersih rumah kaya Bibi, Neng juga gak boleh bantu bibi, Nah itu keliatan banget kalau den Atha suka sama Neng" jelas Bi Inah

Mendengar hal itu, Alya tertawa geli.

"Bi Inah hipotesisnya terlalu jauh, mungkin Atha memang baik orangnya bi" jawabnya sambil tak henti hentinya tersenyum.

"Hipotesis apa Neng?" bingungnya.

"Dugaan bi maksudnya"

"Yee neng mah, ini mah bukan dugaan tapi kenyataan, Den Atha gak pernah luar biasa baiknya sama perempuan"

"Bibi ini, udah ah Alya mau ke kamar dulu"

Kepalanya dipenuhi oleh pernyataan pernyataan Bi Inah, sepertinya pikirannya kini sedang tidak sinkron hingga terus memikirkan hipotesis dari Bi Inah.

Namun, jika di pikir lebih jauh lagi memangnya ada status hubungan kerja yang sedekat ini ?.

Abang-adek gitu. Gumamnya

***

Kini malam telah menyapa, matahari telah berganti bulan, dan siang telah berganti menjadi malam.

Atha sedang menatap langit begitu menenangkan di atas balkonnya, entah kenapa sedari tadi Atha memperlihatkan senyuman terukir di wajahnya.

ketika sebuah suara memecah kesendirian Atha.

"Kak Atha, ayo makan! makanannya udah siap" menyusuri jalan menuju balkon.

Atha menoleh ke arah Alya lalu memperlihatkan senyuman luar biasa manisnya.

Refleks Alya memalingkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan tersebut.

"Aya, sini dulu" ajak Atha

Ia tidak menolak, hanya berdiri disampingnya seraya memegang pagar balkon.

"Ada apa Ka?"

"Bintangnya yang disana terang banget"

"Iya, tapi bulan juga lebih terang" sahutnya menunjuk.

"Kaya kita ya"

"Maksudnya?"

"Bulan itu Aku, bintang itu Aya. Terkadang bulan bisa aja sendirian di malam hari karena bintang ga selalu muncul bersamaan. Tapi kali ini bulan beruntung, satu bintang muncul untuk bersamanya" tutur Atha.

"Tapi bintang juga bisa menghilang ketika siang hari karena sinarnya kalah sama matahari, jadi bulan akan selalu sendiri lagi walaupun di siang hari" balas Alya.

Mereka pun menoleh.

"Kaya cerbung ya?" Alya menetralkan suasana.

Atha menggeleng pelan.

"Tau kan bedanya kamu sama bintang?"

Ini bukan lagi ngegombalkan? Batinnya.

"Tau tau, kalau bintang itu benda mati kalau aku mahluk hidup, bintang hidupnya di langit kalau aku di bumi" Alya membeberkan pendapatnya.

Atha tertawa kecil mendengar jawaban yang sepenuhnya memang benar.

"Jawaban Nona related, gak ada yang salah" timpalnya.

Oh..berarti aman ini bukan gombal. Batinnya lagi.

"Justru karena kita tinggal dibumi, jadi bulan sama bintang akan terus bersama mau siang atau malem, karena bulan bakal terus nyari bintang biar saling menyinari" jelasnya kembali dengan penekanan pada setiap kata bulan dan bintang.

Alya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa, sedari tadi sepertinya Atha mencoba untuk menggambarkan dirinya dan Alya.

"Semoga aja ga ada matahari, bintang bakal hilang kalau ada dia" Alya mengarang kembali cerita.

"Ga bakal," dengan pasti.

Alya mengulum senyum. "Kak Atha kayanya udah laper deh, ayo kita makan aja" sembari pergi meninggalkannya.

"Let's go" jawab Atha dengan mengekor di belakang.

***

"Li, kenapa lo diem aja? Yu sama gue gabung ke tengah"

Perempuan dengan tubuh semampai itu berusaha menyeret temannya dengan paksa.

"Lepasin gue!" bentaknya.

"Lo kenapa sih?! ga biasanya kaya gini tau" balasnya ketus.

"Gue udah putus ama Louis" dengan nada pasrah.

"OMG!! Siapa yang mutusin duluan? Lo kan pastinya?"

"Kali ini bukan gue, Ra"

"Terus si Louis gitu?"

Ia menjawabnya dengan meneguk wine terakhir.

"Gila tuh si Louis, cowok potongan dia emang ga pantes buat lo Li"

"That's true, dan gue ga nyesel ko, gue udah dapetin apa yang gue mau" memperlihatkan tas yang tergeletak disampingnya dengan lambang brand Chanel.

"Proud of u Li, kalo urusan menguras harta lo jagonya" bertepuk tangan.

"Thanks my besty Clara"

🌷🌸🌷

Pastikan masuk ke reading list kalian ya. ❤️

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang