Laki laki itu gusar, setelah mendapat kabar dari temannya Daffa dan Bagas yang menyatakan tidak adanya keberadaan Alya di negara Matador. Mereka hanya memberitahu adanya jejak berupa kamera SLR yang tertinggal didekat kedai es krim dan handphone Alya yang telah rusak di tengah jalan. Walaupun bukti lain menunjukkan adanya pemberangkatan menuju Indonesia atas nama Alya Khumaira An'am.
Ia berdecak kesal, tidak tahu nama lengkap nona kecilnya itu. Namun satu kemungkinan nama itulah yang dapat membawanya menemukan Alya. Ia telah menyuruh seseorang untuk melacak kemana pemberangkatan itu akan berhenti. Kini tingkah Atha layaknya sebuah setrikaan, mondar mandir seraya memegang handphone menunggu informasi selanjutnya.
Pikirannya mulai overthinking bagaimana kalau Hasta yang menemukan Alya lebih dulu, rambut-pun di acak-acak sebagai sasaran pelampiasan emosinya. Simba si kucing yang pemiliknya tengah hilang ikut mengeong, merasakan ketidakhadiran orang yang selalu bermain bersamanya. Atha menghela nafas, Ia mengusap lembut permukaan bulu kucing tersebut. "Tenang, nanti pemilikmu akan kembali" gumamnya.
Bi Inah yang dari tadi telah memperhatikan ikut bersuara "Den, Neng Alya kemana ya? ko ga ikut pulang bareng habis dari liburan". Pertanyaan yang telah lama Atha hindari akhirnya keluar dari mulut Bi Inah. Ia-pun terpaksa harus berbohong.
"Dia lagi pergi ke rumahnya Bi,"
"Oh..yowis Den gapapa" lalu pergi.
Pop-up pesan muncul, dengan cepat Ia membacanya lalu menelpon sang pengirim.
Katakan dimana Alya ?
Dia berada di Aceh Tuan, bersama keluarganya dan seorang laki-laki yang bernama Dirga Pramoedya Mahesa.
Oke, message ke gue alamatnya
Baik, Tuan.
Harapan berpendar pendar di hati Atha, Ia ingin segera bertemu dengan pelipur hatinya. Namun, seketika pintu terbuka memperlihatkan dua laki-laki berjas hitam mendampingi sang majikan.
"Ayah"
"Ko ga bilang mau kesini" lanjutnya yang kemudian dibalas dengan tamparan keras di pipi.
Plak!
"Ga kapok ya kamu bikin ulah dimana-mana" ujarnya marah.
"Maksud Ayah?" tak terima perlakuan tersebut.
"Lihat ini!" tunjuknya pada ponsel.
Berita-1 : Terkuak sifat asli CEO muda Wijaya Crop yang temperamental memukul asistennya sendiri.
Berita-2 : Demi seorang wanita, CEO muda Wijaya Crop berkelahi dengan staf perusahaan.
Berita-3 : Apakah benar seorang CEO muda Wijaya Crop memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita yang tidak jelas identitasnya?
Atha naik pitam, berita tersebut jelas-jelas mencoba untuk menjelek-jelekkan nama baik dirinya dan keluarga. Pikirannya tertuju kepada Hasta, apakah sahabatnya itu tega melakukan hal seperti ini demi membalas tindakannya waktu itu. Refleks Ia membantingkan ponsel itu hingga hancur berkeping-keping.
"Sudah puas membuat keluarga Wijaya malu?" sindir Danis -Ayah Atha-.
"Terserah! Ayah mau percaya sama berita murahan itu atau anak Ayah sendiri" timpalnya.
Sekarang, Ia tidak ingin mengurus hal tersebut, Ia hanya ingin menemukan Alya secepatnya. Pop-up pesan kembali muncul menuliskan alamat yang akan Ia tuju. Tanpa menghiraukan keberadaan Danis, Atha bergegas keluar dari rumah. Belum sampai ke ambang pintu, pergerakannya telah di cekal oleh dua bodyguard yang bertubuh kekar itu.
"Lepasin! Lepasin Gue!" bentaknya.
"Ayah tidak akan mengizinkanmu pergi kemana-mana, sebelum berita ini clear"
"What the hell!!" umpatnya tak bisa berkutik.
Danis pun pergi meninggalkan rumah tersebut, namun tidak dengan dua bodyguardnya yang bertugas menjaga Atha. Saat ini keadaan sangat kacau, Ia tidak bisa keluar untuk melakukan misinya. Sepertinya Ia harus tetap menyuruh seseorang untuk menemukan Alya.
Dimanapun kamu berada, Aku akan menemukannmu Alya. Batinnya.
***
Alya termenung diatas kasur, Ia merasa kondisinya telah membaik. Beberapa menit yang lalu, Dirga telah memberinya minuman hangat dan obat pereda sakit. Tidak hanya itu, Dirga pula telah bercerita tentang kehidupan masa lalunya.
"Ketika kamu lahir ibumu meninggal dunia, Ia rela mengorbankan nyawanya untukmu Alya. Untuk itu, Ayahmu sangat menyayangimu dan memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjagamu"
"Beliau seorang dokter yang hebat, ketika Ia ditugaskan pindah ke Jakarta, Ia tidak ingin meninggalkanmu. Ia membawamu juga dalam penerbangan tersebut. Namun sayang, pesawat yang kalian naiki mengalami kecelakaan hingga kalian berpisah"
"Apa kamu tidak mengingatnya Alya?"
"atau kamu hilang ingatan?"
Terus saja kalimat itu terngiang ngiang di pikiran Alya. Kenapa tidak ada serpihan memori yang terlintas di pikirannya. Selama ini, ingatan masa kecilnya dipenuhi oleh sukacita dipanti.
"Ayahmu mengidap penyakit jantung, sejak Ia memikirkanmu yang tak kunjung ditemukan. Kondisinya terus melemah, namun Ia berusaha kuat sampai akhirnya drop seperti waktu itu"
"Aku juga merasa sangat kehilangan beliau, karena dia sudah seperti sosok seorang Ayah. Beliau sangat percaya padaku, hingga mengangkatku sebagai tangan kanannya."
"Oleh karena itu, Insyaallah Aku siap menjagamu Alya"
Kalimat terakhir itu yang sedikit memberatkan bagi Alya.
Untuk percaya?
sepertinya ragu.
Tetapi, Ia ingat pesan terakhir dari Ayahnya. Setidaknya Ia ingin menjadi anak sulung yang baik dengan mengikuti permohonannya itu. Mulai detik ini hingga nanti, Ia akan berusaha sepenuhnya mempercayai Dirga.
"Alyaa.." seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunan Alya.
"Eh..iya Uak Mira, ada apa ya?"
Mira adalah kakak kandung dari Pak An'am, Ia baru saja mengetahuinya di rumah sakit waktu itu.
"Uak memberimu izin untuk tinggal di Jakarta"
"Sungguh Uak?" sedikit senang.
"Iya nak, tapi Uak harap kamu harus bisa jaga diri. Uak yakin sama Dirga, Ia akan menjaga dirimu" tuturnya kembali.
"Terima kasih Uak" dengan refleks Alya memeluk Uak Mira.
"Iyaa, jangan lupa untuk sering sering pulang ke Aceh ya, keluargamu selalu menanti disini" membalas pelukan.
Mira menghembuskan nafas, begitu beratnya Ia harus membiarkan Alya pergi. Mira sepertinya tahu putri An'am ini tidak ingin merepotkan dirinya, meskipun sebenarnya keluarga besar siap untuk membantu pendidikan dan kebutuhan Alya.
"Iya Uak, pasti Aku akan pulang lagi"
"Memangnya di Jakarta lebih bagus ya daripada Aceh ?" menarik ulur keputusan Alya.
"Bagusan Aceh ko Uak hehe, cuman Aku mau ketemu sodara kecil di panti sama insyaallah ngelanjutin sekolah disana"
"Jika itu yang terbaik, Uak akan selalu mendukungmu" balasnya.
"Terimakasih banyak Uak,"
🌷🌸🌷
Jangan lupa vote dan komentnyaaa, ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Something to be a Special ✅
SpiritualitéRank 🎖️ #1 in Alhambra 13 Agustus 2021 #3 in Alhambra 15 Desember 2019 #3 in Muslim 20 Agustus 2021 #4 in Easy 16 September 2019 #6 in Special 13 Agustus 2021 Tidak sama. Hal yang sejak kecil selalu dirasakan oleh perempuan bernama Alya, karena dir...