8 | Girls Talk

46 6 11
                                    

Adzan Maghrib berkumandang, suaranya merambat ke seluruh ruangan dirumah Atha.

Ia tengah mengenakan gamis selutut berwarna putih, dengan sarung hitam pekat telah membalutnya secara rapi. Tak lupa Ia kenakan peci sebagai polesan akhir setelannya.

Cool. Gumamnya seraya berkaca pada cermin panjang didepannya.

Begitu semangat dan tergesa-gesa Ia keluar dari kamarnya, takut suara adzan telah usai.

Bi Inah yang melihatnya terkesima, pertama kali melihat pemandangan Atha yang begitu cocok dengan pakaiannya.

"Masyaalloh den Atha, ganteng pisan" puji Bi Inah.

Atha mengulum senyum, Ia merasa tersanjung. "Makasih Bi" balasnya.

Alya yang baru saja keluar kamar dengan mukenanya untuk mengambil handphone yang tergeletak di meja sudut, memalingkan wajahnya ke arah Atha.

Pandangan mereka bertemu, tak terelakkan untuk beberapa detik.

Alya terpesona melihat sosok yang tak asingnya terlihat begitu bercahaya.

"Ini mah matching sama neng Alya ya, putih putih warnanya" sahutan Bi Inah memutuskan tatapan mereka berdua.

Alya salah tingkah lalu mengambil handphonenya dengan cepat. Sedangkan Atha tertawa kecil merasa tergelitik oleh ucapan Bi Inah.

"Nona, mau ikut ga ke mesjid?" hendak membuka pintu.

"Ngga, Aku mau dirumah aja" berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Okey" balasnya lalu pergi.

Atha merasa senyumannya berbinar-binar, Ia memikirkan ucapan Bi Inah yang jika diartikan lebih jauh, bisa saja Ia dan Alya dikatakan sebagai pasangan yang serasi.

Gue harus dapetin dia. Benaknya berbicara.

***

Bi Inah mengisi stok kue kering yang kosong di ruang tengah ditemani Alya yang sedang merapikan snack dan makanan ringan sembari menonton tv.

Hanya terlihat mereka berdua saja dirumah, karena Atha masih di mesjid ikut berjamaah hingga sholat Isya.

"Neng, baru kali ini loh Bibi liat den Atha ke mesjid" mulai berbicara.

"Biasanya ga pernah gitu bi? penasaran.

"Jarang neng, kadang bibi liat dia sholat dikamar"

"Oh..gitu ya, kalo Atha itu gimana Bi orangnya?" secara tak sadar Alya mulai tertarik untuk berbincang lebih jauh.

"Den Atha sebenernya orang baik neng, cuman kadang dia masih suka minum-minum sama keluar malam"

"Tapi semenjak ada neng Alya disini, kebiasaan buruknya jadi berkurang" tutur Bi Inah.

Kalo dipikir-pikir Alya memang tidak pernah melihat Atha keluar rumah malam-malam. Paling kejadian waktu pertama kali Ia menginjakkan rumahnya.

"Kalo menurut neng gimana?" tanya balik Bi Inah.

"Jujur sedikit kaget bi dengernya, kalo yang Aku liat, Ka Atha orangnya emang baik walau kadang nyebelin, terus perhatian juga"

Tiba-tiba seseorang berdehem di belakang mereka berdua.

"Siapa sih yang perhatian?" tanya Hasta.

Alya terperanjat, melihat sosok yang menjadi cicak putih obrolannya dengan Bi Inah.

"Eh ada den Hasta, silahkan duduk" ujar Bi Inah mengalihkan pembicaraan.

"Iya Bi, makasih. Tadi Aku ketuk pintu ga ada yang nyaut, jadi aku masuk karena ga di kunci" ujarnya.

"Maaf ya den, tadi bibi lagi ngobrol" beranjak untuk membawakan minum.

"Gapapa bi, tadi lagi pada serius, ngomongin siapa sih?" menatap Alya

"Bukan siapa-siapa, tadi itu girls talk" balasnya menutupi.

Hasta mengangkat alisnya, perempuan selalu seperti itu.

"Atha-nya dimana bi?"

"Dia belum pulang dari mesjid den" seraya memberikan minuman pada Hasta.

So lucky me, bisa berdua sama bidadari. Benaknya berbisik.

"Alya, kayanya kamu seumuran SMA ya?" tanyanya setelah meneguk airnya.

"Iya Ka, umurku juga baru 17 tahun"

Hasta sedikit terperangah, bisa-bisanya si Atha punya asisten muda kaya gini. Kalo kaya gini, status asisten bisa jadi gebetan dong.

"Pasti Atha nyusahin kamu ya" mencoba menggali sikap buruk sahabatnya.

"Sejauh ini ngga Ka, justru mungkin sebaliknya" jawab Alya.

"Kalo boleh saran, hati hati Al, Atha suka nyebelin orangnya" memprovokasi.

"Setuju banget Ka," cerocosnya.

"Wah... kita satu frekuensi nih, gimana kalau giliran kita bales dendam bikin dia sampe gedeg?"

Alya tertawa kecil, menurutnya ide seperti itu terkadang memang diperlukan.

Bruk!!

Sajadah berwarna coklat tepat mendarat di punuk kepala Hasta. Ia pun berbalik dan melihat sahabatnya sedang melipat tangan didepan dada.

"Lo ngapain dirumah gue?" dengan nada sedikit kesal.

Atha tidak suka melihat pemandangan Alya yang tertawa bersama Hasta. Sepertinya Ia tengah dihinggapi rasa cemburu.

"Ngapel Om" jawab Hasta dengan enteng.

Alya sedikit melongo mendengar penuturan Hasta.

"Ck, lo kira gue bapaknya Nona" dengan nada sedikit jengkel, Atha menghampirinya.

Kata akhir yang dilontarkannya, membuat Hasta tak habis pikir, ternyata sahabatnya tidak mengubah sebutan 'Nona' bagi Alya.

"Sekarang lo keluar dari rumah gue!" perintah Atha.

"Baru juga beberapa menit gue dirumah lo Ta, udah diusir aja"

"Udah lo pergi sana, gue ga nerima tamu dari jam setengah 9 malem" dengan mengangkat bagian belakang baju Hasta, layaknya membawa anak kucing.

Hasta pasrah jika Atha sedang merajuk maka Ia harus mengalah.

"Nona panggilan khusus ya Ta?"

"Bukan, panggilan sayang"

Pintu pun tertutup.

🌷🌸🌷

Jangan lupa berikan bintang dan komentar ya readers.

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang