36 | Pilihan

97 14 4
                                    

Dibalik peristiwa suka maupun duka,
pasti selalu ada ibrah yang dipetik.

~STBAS~

Atha memasuki kantornya dengan tersenyum ramah pada seluruh staff kerjanya. Meskipun sebenarnya, senyuman tersebut terpaksa Ia lakukan agar terlihat baik-baik saja. Pikirannya masih melayang pada pujaan hati yang tak kunjung Ia temui. Berharap hari ini, peruntukannya lebih baik daripada hari sebelumnya.

"Selamat pagi pak" ujar salah seorang karyawan.

"Pagii" lalu pergi menuju ruangannya.

"Duh, kalo kaya gini mah, Pak Atha udah jadi cowok idaman banget, udah jadi CEO, ganteng sama ahlaknya juga bukan akhlak-less" celetuk karyawan perempuan.

"Halalin aku aja deh Pak" ucapnya genit.

"Udah deng jangan mimpi" seraya menoyor kepala temannya.

Tanpa disadari, Hasta tengah berdiri dibelakang mereka menjadi cicak putih diantara gosip pagi itu. Spontan saja, Merekapun kembali pada posisinya masing-masing. Hasta menyunggingkan senyuman lalu pergi ke ruangan Atha.

Hasta memberikan beberapa berkas penting pada Atha untuk di cek dan ditanda-tangani. Dengan sigap Atha pun membaca satu persatu dokumen tersebut.

"Tha, kuping lo gak panas kan?"sahut Hasta.

"Nggak Has, cuman anget doang"

"Emang bener lo lagi di omongin tadi sama karyawan perempuan, mereka terpesona sama lo sampe ada yang bilang Halalin gue bang haha"

"Hmm...pasti lo bumbuin tuh beritanya"

"Ya nggak lah, asli ada yang bilang kaya gitu Tha."

"Iya ya deh gue percaya"

"Oh iya, lo udah jenguk Alya ?" tanya Hasta seraya mengambil berkas yang telah ditandatangani.

Atha cukup terdiam sejenak.

"Udah Has, tapi gue belum secara langsung ketemu sama dia"

"Kenapa ??"

"Kayanya timing gue belum tepat, gue ngerasa kalo kondisi Alya sekarang, itu semua karena gue. Kalo gue berusaha ngedeketin Alya, dia pasti bakal kena masalah"

"Gue sekarang lagi bingung sama pilihan gue, apa gue harus menjauh atau tetap mempertahankan posisi gue ?"

"Gue gak mau bikin dia dalam keadaan bahaya terus" sambung Atha.

"Gue ga yakin lo bisa ngejauhin Alya"

"Iya juga sih Has, tapi kayanya itu yang terbaik" dengan mimik muka yang tidak pasti.

"Sekarang keputusannya ada di Lo, gue bakal dukung terus keputusan lo selama itu yang terbaik" balas Hasta.

***

Kini Alya sudah bisa duduk di kursi roda, Ia berjalan mengelilingi kamarnya yang sudah penuh dengan berbagai buah tangan dari teman teman dan juga sanak saudaranya dari Aceh. Memang Uwa-nya telah menjenguknya kemarin, tapi sayang Ia harus kembali ke Aceh karena putrinya akan segera di wisuda. Alya pula sempat diajak oleh keluarganya untuk pindah ke Aceh saja, agar dapat dirawat dengan baik. Namun, lagi-lagi kondisi yang tidak memungkinkan dan dengan berat hati yang masih membelenggu di dada Alya tidak ingin meninggalkan beberapa keluarga kecilnya disini. Oleh karena itu, Alya masih tetap bersama Dirga.

Ia memandangi taman rumah sakit yang asri dari balik jendela, dan ingin sekali bisa berkeliling disana. Walaupun kenyataannya tidak ada yang dapat membantunya. Sindy dan Gita tentunya tengah bersekolah dan akan memberikan salinan materi kepadanya. Sedangkan Dirga pasti sedang sibuk dengan pasien lainnya.

Alya mengerucutkan bibirnya, tidak ada teman yang dapat Ia ajak bicara. Tiba-tiba kursi rodanya berputar, membuat Alya sedikit panik. Ternyata Dirga memegangi handle-kursi roda tersebut.

"Baiklah, ayo tuan putri, pasti kamu ingin berkeliling di taman bukan ?" ajak Dirga padanya.

"Eh..Ka Dirga" sedikit terperanjat.

"Kaget ya ?"

"Iyaa, Ka Dirga ga sibuk ?"

"Lagi fleksibel ko Ay, jadi ayo kita ke taman"

Dirga melajukan kursi rodanya menuju taman depan rumah sakit. Dengan penuh hati-hati mereka mengelilingi taman tersebut.

"Nanti mau di lanjutin kemana Ay kalau udah lulus SMA ?" tanya Dirga.

"Aku mau jadi dokter Ka" ucapnya penuh semangat.

"Kenapa ?? mau jadi Dokter karena gak mau jauh dari Aku yaa" godanya.

"Ka Dirga bisa aja, Aku mau jadi Dokter karena pengen nerusin jejaknya Ayah"

"Oh gitu, bagus dong nanti Aku yang bakal jadi pembimbing pas kamu koas nanti"

"Semoga aja Ka, takutnya Ka Dirga udah jadi dokter senior yang killer gitu" ledeknya tertawa.

"Ga mungkin" menggelengkan kepalanya.

"Okey deh Ka, nanti kasih nilainya A + yang banyak ya" me-nepotisme.

"Iyaa liat nanti aja, by the way, kamu mau fokus kuliah dulu atau sambil nikah Ay ?"

"Ga tau ka, gimana nanti aja kayanya, belum kepikiran sampe situ"

"Kalau nanti mau nikah, bilang aja ya Ay"

Alya mengedipkan matanya beberapa kali "Mau jadi biro jodohnya Alya ya ?" candanya.

"Jadi jodohnya aja bisa ga Ay ?"

Alya sedikit tercengang dan menganggap ini hanya sebagai gurauan "Ka Dirga jangan bercanda yaa"

Dirga tersenyum lalu kembali melihat wajah Alya yang sendu kala melihat kakinya yang masih terduduk kaku di kursi roda. Dirga mengerti akan perasaan Alya. Kemudian memasang posisi jongkok di depannya.

"Kamu bakal sembuh Ay, terus semangat jangan mudah menyerah, tetap senyum ya"

"Makasih ya Ka" menarik sudut bibirnya.

🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang