21 | Tanggung Jawab

104 19 4
                                    

Begitu riuh orang-orang berpakaian seragam putih berlalu lalang menangani berbagai pasien dengan keluhan yang berbeda-beda. Ada yang datang dan ada pula yang pergi. Seorang pria tengah duduk bersandar di kursi kesayangan dengan penat tersurat di wajahnya. Untung saja Ia telah menangani pasien terakhirnya di siang ini. Masih dengan setelan Jas putih panjang, Dirga mencoba rileks dengan memijat keningnya.

Akhir akhir ini, Ia merasa kelelahan dengan semua peristiwa yang telah menimpanya. Terlebih lagi, baru kemarin sampai di Jakarta Ia mengurus banyak pekerjaan dimulai dari perumahan tempat tinggal, pendaftaran sekolah Alya dan profesinya yang tidak ada jeda.

"Assalamualaikum..sobat Dirga!!" sapa Jawi -rekan kerjanya- dengan suara bass yang khas

"Wa'alaikumsalam"

"Apa kabar ? kayanya lo jadi dokter yang super sibuk nih" celetuknya duduk seperti seorang pasien.

"Ya begitulah, as you can see"

"Tumben ke Jakarta lagi ? bukannya banyak tugas ya di Aceh"

"Iya Ja, tapi Gue pilih pindah dulu ke Jakarta soalnya ada beberapa urusan"

Jawi mengangguk "Gue turut berduka cita  Ga, atas meninggalnya Dokter An'am. Beliau pergi begitu cepat ya"

"Iya Ja, Gue juga merasa kehilangan sosok yang berjasa di dalam hidup"

"Itu pasti Ga,"

"Alhamdulillah juga, putri Pak An'am udah ditemukan"

"Wah?! itu berita baik, sayangnya beliau udah ga ada ya"

"Sekarang tanggung jawabnya ada di Gue" timpal Dirga dengan nada berat.

"Hati hati Ga, Gue cuman berpesan jangan sampe ada fitnah di antara kalian karena kalian tinggal bersama," nasihatnya.

"Gak mungkin Ja,"

"Kenapa Lo ga nikahin aja? tanggung jawab Lo bakal terpenuhi"

Matanya membelalak, Ia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. "Lo ga salah ngomong Ja? Gue udah anggep dia kaya adek sendiri" membantah. Jawi sepertinya berusaha menjadi mak comblang bagi sobatnya itu.

"Iya sih Ga, tapi Lo nunggu apa lagi coba,"

Ganteng ? iya.
Pinter ? iya.
Kaya ? beuh apalagi.

"Tetep aja Ja, Gue gak bisa. Alya masih muda, dia masih harus mengejar pendidikannya" tegas Dirga.

"Hmm cowok idaman banget, berarti kalo Alya udah beres sekolah Lo mau nikahin gitu" goda Jawi.

"Ga gitu konsepnya" menggelengkan kepala.

"Oke oke bercanda, kalo gitu dengerin baik baik pepatah gue 'Tresno tu jalaran soko kulino' -Cinta itu hadir seiring berjalannya waktu- " berlagak layaknya pakar cinta

"Duh, Jawi - Jawi dah sana jadi biro jodoh" mengusir temannya itu.

Jawi tertawa kecil "Yaudah Ga, pilihannya ada di tangan Lo. Gue cuma ngasih saran aja. Duluan ya" menepuk pundak Dirga.

***

Sebuah benda tajam tipis berukuran kecil tergores di tangan kiri seorang perempuan yang tengah mengenakan T-shirt polos berwarna abu. Meskipun darah mulai bercucuran, Ia tidak merasa kesakitan. Sakitnya itu tidak sebanding dengan rasa sakit karena dicampakkan oleh seorang laki-laki.

"Gue ga terima!" ucap Aulia.

Ia mulai mengambil tisu dan membersihkan lukanya tersebut. Aulia tahu sebagai seorang model setiap inchi tubuhnya itu tidak boleh ada yang cacat, tapi kali ini Ia benar-benar frustasi karena sikap Atha yang berbeda.

"Lo milik Gue Gibran! ga ada yang bisa ngerebut Lo dari Gue termasuk si Alya" ucapnya sendiri.

"Let's see what I do" gumamnya berdiri seraya berkaca.

***

Seorang gadis tengah duduk di kursi meja makan seraya memakan kue muffin coklat buatannya. Ia menggunakan pakaian yang kasual, celana kain longgar berwarna hitam dan atasan panjang dengan gambar awan ditengahnya serta khimar yang senada. Ia terlihat begitu tenang, mendengarkan sebuah sholawat yang terputar di playlist hpnya.

Tak terasa matanya mulai menyusut, rasa kantuk telah datang menyergap. Berkali kali Ia berusaha membuka matanya, namun sayang Ia terlelap beserta muffin yang berjejer disampingnya. Setelah beberapa menit, Dirga pulang dengan menenteng tasnya.

"Assalamualaikum.."  

Tidak ada satupun yang menjawab salam, langkahnya terhenti ketika melihat Alya tengah tertidur pulas di atas meja makan. Ini memang sudah larut malam, harusnya Alya tertidur di kamarnya. Ia mencoba membangunkannya namun tiba-tiba terjadi aliran listrik yang membuat lampu padam di seluruh rumah. Dirga mendengus kesal, saat seperti ini kenapa PLN tidak memberi kabar akan ada pemadaman.

Akhirnya Ia berinsiatif mencari Mba Suci -asisten rumah- untuk menemukan senter. Alya terbangun lalu terperanjat mendapati kegelapan dimana-mana. Dengan panik Ia menyalakan flashlight ponselnya untuk melihat sekeliling. Dari belakang seseorang menyentuh pundak Alya, sontak saja itu membuatnya berteriak.

"Aaaa!!" sambil melempar muffin dari meja.

Ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, ternyata itu Dirga. Kue muffin yang Ia lempar berhasil membuat jas putih kebanggaan laki-laki itu kotor.

"Eh..Ka Dirga maaf " ucapnya menyesal.

"Gapapa, tadi kamu kaget ya " tersenyum.

"Iyaa, habis Ka Dirga mukanya pucat banget kaya hantu" protes Alya.

"Maaf ya Al, kayanya Aku lagi kecapean"

Alya menelisik wajah dokter tersebut, memang terlihat letih dan lesu. "Maaf ya Ka," dengan bermaksud sopan Ia menaruh telapak tangannya diatas kening Dirga. Hal itu membuat pria tersebut tak berkutik dengan pergerakan gadis yang didepannya.

"Ka Dirga demam" sedikit khawatir.

"Lebih baik Kakak istirahat, nanti biar Aku bawain obatnya. Terus jas putihnya simpan aja di meja nanti biar Aku yang cuci" sambungnya seperti orang dewasa.

Dirga tertawa kecil "Makasih Al, tapi kayanya ga usah nanti biar sama Mba Suci aja" menolak halus.

"Gapapa Ko, Ka Dirga juga suka bantuin Aku, jadi sekarang gantian biar Aku yang bantu"

Dirga mengangguk, Ia baru melihat sisi positif Alya seperti ini. Mungkin wajar karena mereka baru kenal semenjak seminggu yang lalu setelah banyaknya peristiwa yang terjadi.

"Besok kamu masuk sekolah ya?" seraya pergi menaiki tangga.

"Iya Ka"

"Semangat! belajarnya yang rajin" petuah Dirga

"Siap Kaaa!" bersemangat.

Dirga pun berlalu menuju ke kamar, walaupun pikirannya telah dipenuhi oleh kalimat Jawi tadi siang.

🌷🌸🌷

Jadilah readers yang baik ya, selalu tinggalkan jejak. <3

Btw, kalo ada komentar yang kurang sesuai dengan cerita dari part2 sebelumnya ignore aja ya guys, karena udah di revisi hehe.


Trims.


Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang