17 | Titik Terang

122 21 12
                                    

Perasaannya begitu campur aduk, telah lama Ia menunggu kehadiran sosok wanita yang tidak asing lagi baginya, dan sekarang Ia muncul secara tiba-tiba. Atha memejamkan matanya, sekuat tenaga menepis rasa senang yang mencoba muncul dibenaknya.

Jangan mau jadi orang bodoh untuk kedua kalinya. teriak Atha didalam hati.

Sudah cukup Ia merasa tertipu oleh permainan licik wanita itu. Rasa rindu yang telah tertumpuk begitu besar harus hancur berantakan, karena peristiwa pertemuan tak sengaja mereka di hotel Carlton 5 bulan yang lalu. Dimana Aulia begitu erat merangkul lengan seorang pengusaha baru bernama Louis dengan balutan senyum yang tak pernah pudar.

Hal itulah yang selalu menyayat hati Atha, ketika mengingat wanita yang Ia cintai bersama laki-laki lain. Penantian panjang yang Ia lalui hanya berbuah kekecewaan. Atha mengusap kasar wajahnya, dengan rahang yang mengeras Ia mengepalkan tangannya.

"Bitch!" teriaknya.

Ia tak bisa menahan emosinya lagi, ucapan kasar itu sepertinya pantas untuk Aulia. Perempuan itu mengaitkan kedua alisnya dengan tatapan sendu Ia mencoba meluluhkan hati kekasihnya kembali.

Atha berbalik badan bersusah payah menetralkan emosinya, tidak ingin membuang waktu untuk berdebat hebat mengenai masalah yang tidak penting lagi. Yang lebih penting sekarang adalah gadis yang Ia tinggalkan di negara Matador.

"Arrgh!" kesalnya.

Aulia maju beberapa langkah untuk mendekati Atha. Ia memegang pundaknya namun dengan cepat Atha menepisnya.

"Ran! lo ga rindu sama gue?" berhadapan dengan Atha.

"Gue lebih rindu sama cewek yang lagi gue tinggalin sekarang" tegasnya berucap.

"Gue udah disini Ran" dengan penuh percaya diri.

Atha tertawa sinis "Bukan lo! tapi ALYA!"

Aulia memutar bola matanya, tidak suka mendengar nama lain terucap dari mulut Atha. Dia sebenarnya tahu siapa sosok wanita yang tengah dekat dengan Atha, karena Clara selalu memberikan informasi terupdate mengenai dirinya.

"Cewek yatim piatu, berkelas sudra itu. Open u'r eyes!" ejeknya.

Atha menatap tajam "Lo memang ga berubah. Drama yang lo buat kali ini cuman buat obsesi lo terhadap harta" jelas Atha.

"C'mon Gibran, Gue bikin skenario ini buat nyambut kedatangan lo dari Spanyol" melipat lengan didepan dada.

"CUKUP AULIA!!!" bentaknya.

"Lo pikir ini lelucon Hah! lo pura-pura bilang bahwa nyokap gue kecelakaan sampe koma" tuturnya dengan emosi.

"Okey, gue minta maaf" Aulia tidak ingin masalah ini berbuntut panjang.

"Segampang itu lo bilang maaf setelah apa yang lo lakuin?"

"Apa lagi sih Ran?" keluhnya.

"Louis" singkatnya yang membuat Aulia terpaku. Bagaimana Atha bisa tahu mengenai hubungannya itu, yang bahkan tidak pernah terekspos ke sosial media maupun akun Instagram miliknya. Dengan memberanikan diri Ia memegang tangan Atha.

"Gue mau sama lo lagi Ran,"
ucapnya dengan lirih.

Atha terdiam, perasaannya goyah ketika kalimat itu membuat harapannya timbul kembali.

"Ta" suara bariton Hasta memecah keheningan. Refleks genggaman Aulia-pun terlepas, Atha menoleh kearah Hasta yang menatapnya penuh tanya. Salah paham bisa saja terjadi di antara mereka.

Ia menghela nafas "Gue ga bisa" ucapnya lalu bergegas pergi. Begitu pula dengan sahabatnya yang menyusul.

Pendirian kokoh Aulia tumbang, selama ini Ia mengira Atha tidak akan pernah bisa menolak ataupun melupakan dirinya. Selama bertahun-tahun Ia telah susah payah mengendalikan Atha, namun usaha itu kini sia-sia.

Ran, itu bohong kan?. Benaknya.

***

Matanya terbuka perlahan, walaupun masih samar terlihat buram. Setelah beberapa detik mengedipkan mata pandangannya kembali normal. Ia mencoba bergerak, walaupun rasa sakit menjalar di kakinya. Berada dalam sebuah ruangan dengan aroma yang khas akan berbagai senyawa kimia sudah tak asing lagi.

Rumah Sakit. Itulah tempatnya berada.

"Kamu baik baik saja?" tanya seseorang yang tengah berdiri.

Alya mengangguk.

"Sudah kuduga, kamu pasti orang indonesia," sambungnya membuat Alya mengerutkan dahi.

"Saya minta maaf, karena telah menabrakmu hingga cedera di bagian kaki"

Alya baru ingat kecelakaan yang menimpa dirinya. Ia merasa bersyukur ada orang yang masih mau bertanggung jawab.

"Tidak apa-apa Dok, justru Saya yang minta maaf karena tidak memperhatikan jalan" balasnya.

"Kita sama-sama salah disini"

Alya tersenyum kaku.

"Oh iya, kita belum perkenalan. Suka ada pepatah yang bilang tak kenal maka ta'aruf. begitu kan?" laki laki tersebut mengambil kursi lalu duduk di sampingnya.

"Namaku Dirga Pramoedya Mahesa, bisa dipanggil Dirga, Ka Dirga atau Dokter Dirga" ucapnya sambil tersenyum.

"Baik dok,"

"Hmm.., Dok juga tidak apa apa, asal jangan kodok"

Sontak saja Alya tertawa kecil, bukan karena mengejek tapi kata 'kodok' yang tidak pernah terpikirkan.

"Baiklah, berarti pasien segera sembuh. Selanjutnya giliranmu perkenalan diri, Saya membutuhkan nama lengkap untuk mengisi identitas pribadi"

"Alya Khumaira An'am" baru kali ini Ia mengucapkan nama lengkapnya.

Seketika tangan Dirga terhenti, tak percaya dengan nama yang akan ditulisnya.

"Apa benar itu namamu?" penasaran.

"Iya Dok, itu nama Saya"

"Alhamdulillah.., akhirnya Aku menemukanmu Alya" sahutnya bahagia.

Alya bingung bercampur rasa takut, seumur hidup Ia belum pernah mengenal atau bertemu dengan dokter yang ada disampingnya itu.

"Ikutlah bersamaku, kita pulang ke Indonesia, "

"Untuk Apa? Aku tidak mengenalimu" ucapnya gusar.

"Tenang Alya, Kamu hanya akan bertemu dengan Ayahmu."

Ayah. Satu kata yang membuatnya terdiam.

"Jadi, ikutlah bersamaku."

🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang