3 | Temu

281 102 85
                                    

Kita boleh berencana

tapi Allah yang menentukan.

~STBAS~

Kini seorang perempuan tengah berdiri mengenakan sweater polos berwarna soft blue dengan celana kain putih yang sangat senada dengan kerudung instannya.

Kulit putihnya pun berpadu padan menyatu dengan warna pakaian yang begitu menenangkan.

Ia sedang menyirami bunga di pekarangan, dengan senyuman yang tak pernah lepas ketika melihat bunga bunga daisy telah bermekaran.

"Ka Alya..!! main yuk sama kita"

Ia menggeleng pelan.

"Kakak harus bantu nyiapin makanan sama Ka Syifa" dengan tidak menghapus senyum di pipinya.

"Oke Kak,"

Mereka tengah asyik bermain bola, hingga tanpa sadar dua mobil besar bermerek alphard berwarna hitam telah terparkir rapi dihalamannya.

Sebuah mobil porsche silver telah mendarat terlebih dahulu didepan jalan pintu masuk ke panti.

Anak anak menepi mereka bingung, tidak biasanya mobil mobil bagus berada di area mereka.

Seorang laki laki turun dari mobil tersebut dengan memakai kacamata hitam, Ia melihat nama yayasan yang tertera di halaman,

Yayasan Bunga Lestari.

Cukup memprihatinkan. batinnya.

Kini Seorang perempuan yang tengah sibuk memasak, mengalihkan pandangannya ke arah pintu kala mendengar suara hentakan kaki.

Ia berinisiatif untuk melihat siapa tamu yang datang hari ini.

Namun, Alya mencegahnya dan menawarkan diri untuk menyambut tamu.

"Permisi," ujar Hasta.

Alya mengedarkan pandangannya, dan menemukan sosok laki laki yang berjas hitam rapi berdiri di ambang pintu.

Hasta yang melihatnya pun mematung dengan mata yang tak berkedip.

Atha yang sibuk mengerling ruangan, ikut mengedarkan pandangan mencari sosok yang menjadi pusat perhatian sahabatnya.

Alya pun melangkah menghampiri mereka.

"Siapa ya?"

"Ta, tu cewek cantik kaya bidadari" bisiknya seraya menyenggol lengan Atha.

Atha tidak bergeming, Ia justru hanya terdiam.

Hasta mencoba mendekatinya, Akan tetapi dengan cepat Alya mundur secara teratur, menjauhi laki laki itu.

"Wow.. tenang Nona, kami tidak akan menyakitimu, kami disini hanya ingin berbicara sebentar" memulai pembicaraan.

Alya sedikit terhenti dari pergerakannya.

"Perkenalkan nama saya Hasta, Saya Asisten Pak Atha, CEO dari perusahaan wijaya" dengan menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalan.

"Maaf, ada apa ya kalian kesini?"

Alya tidak membalas uluran tangan Hasta.

"Oh..maaf, kami hanya ingin memberikan sedikit bantuan kepada panti ini" lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Alya mengangguk, lalu
mempersilahkan para tamunya untuk duduk di ruang tamu.

"Baiklah, to the point aja. cepat ambil uangnya dan wartawan tolong liput Saya" celetuk Atha .

"Tunggu, maksudnya? kenapa harus ada wartawan sama kamera buat ngeliput?" alis Alya terpaut.

"Tidak usah heran Nona, kami tidak sekedar menyumbang saja. Tapi kami ingin orang orang diluar sana tahu bahwa kami itu orang yang dermawan" dengan gamblang Atha membeberkan tujuannya.

"Dengan kata lain, berarti kalian tidak ikhlas menyumbangkan harta kepada kami?"

Perkataan Alya sontak membuat Atha melihatnya dengan tatapan yang tidak enak, Ia membuka kacamatanya lalu tersenyum manis kepada perempuan tersebut

"Nona.., ikhlas itu nomor dua, tapi popularitas nomor satu, kami juga ingin mendapat pujian dari mereka"

"Kalo begitu maaf, kami tidak bisa menerima sumbangan dari kalian, karena itu sama saja kalian menyumbang bukan karena Allah ta'ala melainkan riya." Timpal Syifa yang sedari tadi telah menyimak pembicaraan.

Seperti firman Alloh.

"Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 38)

Atha dan Hasta terdiam mendengar penuturan Syifa, mereka saling memandang dan memberikan isyarat satu sama lain.

"Baiklah, Saya mengerti. Kami akan tetap menyumbangkan harta pada panti ini. Namun sebagai tutup mulut berapa uang yang kalian inginkan?" mencoba bernegosiasi.

Alya semakin heran akan sikap mereka.

"Maksud kalian apa!!" jawab Alya dengan nada sedikit ditinggikan.

Atha menyeringai.

"Maksud kami, Nona ingin uang berapa? kami akan memberikannya asalkan Nona tidak memberitahu orang lain tentang semua ini" jelas Hasta

"Maaf kami tidak bisa" tegas Syifa.

"Baiklah, kalau begitu apa yang kalian inginkan?" balas Atha seraya menyenderkan punggungnya.

"Berlian,

Emas,

Mobil mewah,

Rumah,

Penginapan,

Atau renovasi panti ini" tuturnya dengan angkuh.

"Kami hanya ingin sumbangan harta yang kalian berikan itu ikhlas, jadi tidak perlu diliput seperti ini. Jika begini, lebih baik kami mencari uang hasil dari jerih payah sendiri" tegas Alya pada Atha.

Syifa mengangguk membetulkan perkataan Alya.

"Oke, jika itu maumu. I agree with u."

Mereka pun tertegun.


🌷🌸🌷


Selalu tinggalkan jejak.

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang