39 | With You 2

89 14 3
                                    

Jangan hanya bicara,
Ku tak perlu kata kata
tuk mengerti yang kau rasakan
Karena ku hanya butuh
separuh hatimu
Didalam hidupku, tuk buatku bahagia

~Overtunes with STBAS~

Saat Alya turun dari mobil Atha, Ia merasa terseret kembali ke dalam memori dimana Ia pertama kali menginjakkan kaki di rumah tersebut, sekarang Ia bukanlah seorang asisten melainkan seorang tamu yang sengaja diundang.

Tercium aroma khas dari rumah tersebut yaitu lavender. Tak ubah seperti dulu, Alya tetap menyukai aroma tersebut. Seorang wanita paruh baya yang sedang berkutat di dapur tak sengaja melihat Alya, langsung berlari mendekatinya seakan tak percaya dengan apa yang Ia lihat.

"Ya Alloh neng, kemana aja, bibi khawatir" ucap Bi Inah seraya memeluk Alya.

"Gak kemana mana Bi, selama ini Alya ada di panti" jawabnya membalas pelukan.

"Neng kenapa ?? kok bisa duduk di kursi roda" tanya bibi kembali penuh rasa khawatir.

"Kecelakaan Bi, tapi bentar lagi juga sembuh kok" menarik sudut bibirnya.

"Bibi buatin minuman anget ya buat neng sama aden"

"Iya Bi, nanti anterin aja ya ke atas" ucap Atha lalu kembali mendorong kursi roda.

Perasaan bingung mulai menyelimuti Alya, bagaimana cara Ia  ke atas ? Di rumah ini tidak ada lift yang dapat membantunya. Pikirannya berkecamuk, Ia takut Atha kembali menawarkan cara untuk menggendongnya. Tiba-tiba hewan berbulu naik keatas pangkuan Alya dan merasa nyaman untuk bisa tidur dipaha yang empuk.

"Simbaa!" sahutnya lalu mengusapnya dengan lembut.

"Tau aja ya si kucing" timpal Atha merasa kalah saing dengan seekor hewan.

"Ka Atha, kita mau ngapain diatas ? mending dibawah aja" sahutnya ketika tiba di anak tangga.

"Liat aja nanti"

Laki-laki tersebut kemudian mengulurkan tangannya tepat pada pergelangan dan sikut Alya. Tanpa basa-basi Atha menggendongnya dengan gaya bride style menaiki tangga satu persatu. Alya yang  mencoba melakukan pergerakan untuk menolak, namun usahanya sia-sia kuncian tangan Atha sangat kuat. Alya hanya bisa merasakan deru nafas laki-laki tersebut yang sedikit tak beraturan. Tindakan yang dilakukan Atha membuat Alya tidak bisa menyembunyikan semburat merah yang menghiasi wajahnya.

Atha tersenyum melihat gadis mungilnya sedang merona. Ia membawa Alya ke sebuah ruangan  yang dimana terlihat sebuah piano besar tergeletak disana. Terlihat begitu tenang dan juga rapi saat Alya memasuki ruangan tersebut. Atha mendudukkan Alya dengan hati-hati.

"Permisi, neng, den, ini minumannya, kalo ada apa apa janga sungkan bilang ke Bibi ya"

"Iya bi, makasih banyak ya" jawab Alya tersenyum ramah.

Atha mulai memainkan nada dengan  melodi yang indah. Alya menikmatinya dan memperhatikan laki-laki tersebut dengan lekat. Tidak ada ekspresi yang tergambar di wajah Atha, hanya ekspresi datar dan sendu.

"Apa kau menyukainya Nona ?"

"Suka, tapi menyedihkan. Ka Atha kenapa ?"

"Aku tidak suka melihatmu dengan yang lain"

Deg.

Alya tak percaya mendengar kalimat itu secara frontal keluar dari mulut Atha. Laki-laki itu menoleh lalu tersenyum sangat manis.

"Mau coba main piano ?" ajak Atha kembali.

Alya mengangguk pelan, lalu mengikuti jari jemari Atha. Mereka memainkan nada dan saling melengkapi. Alya masih menatap heran, sebenarnya apa yang terjadi pada Atha ?

"Apa dia itu saudaramu Nona?"

"Siapa ?"

"Dirga"

"Dia sudah kuanggap seperti Kakak bagiku. Setelah Ayah pergi dan menitipkan tanggungjawabku padanya"

"Hm. sepertinya dia menjalankan perannya dengan baik sebagai seorang Kaka"

"..."

Alya tak menjawab, ini memang suasana yang tak terdefinisikan.

"Aku minta maaf Nona" sambungnya kembali.

"Untuk apa ?"

"Untuk semua yang terjadi padamu"

"Aku memang begitu menyakitkan bagimu" jelasnya kembali

"tidak kaa-"

"Sepertinya kita tidak bisa bersama lagi"

Sakit.

Itulah yang hati Alya rasakan saat ini. Hari yang mereka lewati hari ini memang baik tapi tidak begitu baik bagi hatinya.

🌷🌸🌷

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang