2 | Gibran Atha Pangestu

336 107 50
                                    

Gelimang Harta,
siapa yang tak serta merta
untuk meminta?

Namun dengan harta,
seseorang bisa berada
pada keangkuhan maupun kemungkaran.

~STBAS~


Kegiatan tahunan yang tak boleh terlewat dari Perusahaan Wijaya adalah menyumbangkan harta kekayaannya.

Selain untuk menambah ratting perusahaan tersebut, kegiatan ini dilakukan agar dapat menambah kepopularitasan perusahaan.

Wijaya Corp, memang terkenal sebagai keluarga bisnis terkaya di Jakarta. Tidak hanya memiliki beberapa cabang di Nusantara, bisnisnya telah merambah ke luar negeri karena kerjasama yang dilakukannya.

Perusahaan industri ini, secara turun-temurun selalu memberikan posisi penting perusahaan kepada anggota keluarganya. Dengan tujuan tiada lain untuk melestarikan keturunan Wijaya Family.

Bruk!

Satu buku mendarat tepat didepan meja seorang CEO. Seorang Pria yang sedang berkutat dengan laptopnya terpaksa berhenti.

Menurutnya itu merupakan hal yang sudah tidak aneh, siapa lagi kalau bukan sekertaris sekaligus sahabat dekatnya yaitu Hasta Clement.

"Sekarang sasaran yang akan mendapat sumbangan dari perusahaan kita adalah Yayasan Bunga Lestari" ucapnya dengan menghempaskan tubuhnya diatas sebuah sofa mewah.

Terlihat jelas lelah, letih dan lesu tergambar di wajah pria itu.

"Yayasan apa itu, Has ?"

Kini pandangannya beralih pada map hitam yang tergeletak di atas meja.

"Lo ga liat berita terkini Ta, yayasan yatim piatu yang sekarang sedang memerlukan dana untuk membiayai kebutuhannya, ya walaupun memang tidak terlalu terkenal sih tempatnya" balasnya.

"Baguslah kalau begitu, kapan kita akan pergi kesana?"

"Besok jam 9 pagi, gue udah prepare semuanya"

Hasta pun refleks memijat keningnya yang sepertinya meronta untuk meminta take a rest.

"Kenapa gak sekarang aja? gue lagi free nih,"

"Sekarang gimana? lo sendiri lagi sibuk gitu nge-laptop mulu"

"Ck, Gue cuman lagi maen game online doang, kelihatannya aja sok sibuk" tawanya membahana.

Pria tersebut berdiri dan merapikan pakaiannya, sebagai seorang CEO tentu saja Ia selalu memperhatikan penampilan.

Tidak hanya memiliki postur tubuh seperti seorang model, Ia juga memiliki paras yang tak kalah rupawan.

Perpaduan antara Indonesia dan inggris itu, memang selalu menawan.

"Dih, Tampang aja lo kaya orang sibuk" Celetuk Hasta kepada sahabatnya.

Atha hanya mampu terkekeh geli mendengar cibiran temannya itu.

"Terkadang pencitraan itu perlu bro"

"Seenggaknya ga perlu lo tunjukkin didepan gue,

Gimik tuh namanya" sambung Hasta kembali.

"But I like it"

"You're crazy," kesal Hasta.

"Just kidding, my bestie"

Ia pun duduk di samping sahabatnya, bersamaan dengan pegawai perempuan yang mengetuk pintu dan masuk untuk memberikan kopi hangat kesukaan seorang CEO itu.

Kopi luwak, tentunya.

Ketika menghidangkannya si pegawai merasa tersipu malu ketika berhadapan dengan atasannya itu.

Namun, kedua laki-laki tersebut tidak mengindahkan perubahan ekspresi pegawainya.

Hasta tahu, setiap pegawai perempuan yang ada di kantornya sudah pasti tergila-gila pada sahabatnya ini.

Akan tetapi, faktanya CEO itu sangat menghargai semua pegawai yang ada di kantornya.

Hal itu pula karena jabatan yang membuatnya harus bersikap profesional.

Jadi, tidak mungkin Ia akan melecehkan atau merendahkan para pegawainya terutama perempuan.

"Terima kasih," tersenyum simpul.

Spontan saja, pipi sang pegawai berubah menjadi merah bak sebuah tomat.

"Gue heran Has, kenapa kita ga pake aja duit sumbangannya buat hedonisme" dengan sedikit berbisik.

Akal liciknya muncul secara tiba-tiba.

Hasta yang mendengarnya segera menyikut lengan sahabatnya itu. Seakan memberi pertanda bahwa ini bukan waktu yang pas untuk membicarakan hal tersebut.

Dengan sigap, Hasta menyuruh pegawai perempuan itu untuk keluar dari ruangannya.

Ngadi-ngadi ni anak, ngomong ga di filter dulu apa. Batin Hasta.

"Gimana Has? Lo setuju sama ide gue"

"Gak, kali ini mode baik gue lagi on Ta," balas Hasta.

"Come'on, gue yang bakal tanggung jawab" menunjukkan seringai devil.

"Stop, don't give those wild ideas of yours"

Pria tersebut memutarkan bola mata, pertanda Ia tidak suka dengan jawaban Hasta.

"Kalo gitu gue tunggu lo dibawah, gak pake lama oke" sembari menepuk pundak Hasta.

"Kemana?"

"Ke Yayasan, gue pengen selesai hari ini juga"

"Tapi ini kan udah siang Ta,"

"No problem"

"What the!"

Pria itu berjalan dengan santai, tak lupa mengenakan kacamata hitam yang Ia tenggerkan di kepalanya, dengan merek LV yang bisa saja mencapai harga jutaan rupiah.

Hasta jengkel dibuatnya, bisa bisanya Atha memerintah sesuka hatinya.

Tapi apa boleh buat, sebagai sekertaris dan pegawai perusahaan itu, Ia tidak bisa menolak.

Hasta langsung sibuk menghubungi bawahannya untuk segera menyiapkan semua yang akan disumbangkan, termasuk wartawan yang akan meliput acara mereka.

"Dasar!!Gibran Atha Pangestu"

🌷🌸🌷


Oke readers,
Always stay in here and klick the star.

Stay awesome,
Author

Something to be a Special ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang