martabak -2021

3.6K 510 27
                                    

I play my part
Let me show you the shape of my heart









"S O E R A B A J A  AND  TERANG BULAN"

"Karina, aku mau martabak manis" ruang tengah menjadi tempat santai mereka berdua di sela sela sibuknya karina mengerjakan beberapa proposal tender di laptopnya. jam sudah pukul 20.26, tentunya semua toko sudah tutup. Itu sudah menjadi peraturan mutlak selama ppkm berlangsung. Menyebalkan memang, tapi mau gimana lagi.

Dan jika Winter sudah merengek, sudah menjadi tugas Karina mengalihkan seluruh atensinya kepada istri jawanya itu. "Jam berapa sekarang sayang? Kalau udah jam 8 lebih kan semua udah pada tutup" Winterpun mempoutkan bibirnya kesal, dia juga lupa kalau ppkm begini tak akan ada martabak manis di atas jam 8 malam. Padahal keinginannya itu sudah pucuk di atas ubun ubunnya, entah gudeg tadi pagi memang belum cukup membuat dia bahagia?

Bukan perkara bahagianya, tapi kalau sudah lapar sih tidak akan mengenal yang namanya waktu dan tempat. Dan kali ini Winter menjadi salah satu korbannya.

"Ih, kenapa sih mau martabak udah kayak mau jadi PNS aja, susah banget" omel winter sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, sembari kepalanya mengadah keatap rumah.

Karina yang melihat hanya tersenyum gemas, laptop yang menjadi fokus utamanya sudah teralihkan ke wajah istrinya yang ngambek itu. Sudah muka tertekuk, rambut kuncir awuran tak lupa daster bunga bunga khas bali yang kebesaran itu. Pemandangan yang luar biasa membangkitkan senyum seorang Karina.

Tangan Karina terulur untuk menempatkan jari kecil winter di sela sela jari miliknya, "kalau kamu ngambul terus, ndak cantik lagi kengken hm?"

"Ish, opo sih. Ora popo ora ayu, isih penting wetengku wareg." Detik itu juga tawa Karina lepas. Dia bahkan bingung, istrinya ini punya perut selentur apa?

Apa pizza limo yang dia pesan lewat gofood tadi masih kurang? Bahkan belum ada 3 jam setelah sajian pizza panjang itu untuk makan malam mereka tadi.

"Kalaupun ada, pasti aku beliin sayangku.. " Karina mencoba menarik istrinya kedalam pangkuannya untuk dirayu "se abang abangnya deh. Toh daerah satelit juga sudah disekat pastinya sayangku, cintaku, manisku, gula jawaku, maduku.."

Godaan, gombalan akan selalu Karina hanturkan untuk membujuk Winter dikala masa ngambulnya. "Terus kamu mau tanggung jawab kalau tengah malem aku bakal guling guling gabisa tidur gegara kelaperan? Ish?! Surabaya ga sepetak doang Anak Agung Ayu Karina.."

Winter lagi lagi memberontak kecil diatas pangkuan istrinya itu. Tapi jangan pernah lupakan kekuatan dekapan Karina yang eratnya mengalahkan alteko. Susah dilepas dan tak akan mudah terlepas. "Aku buatin aja gimana?" Tuhkan, Karina kurang apa lagi. Sudah bersedia memasakkan istrinya di sela sela sibuknya dia.

"Tapi yang telor aja, kalau yang manis butternya belum beli lagi sayang, okay? Hehehe"

"Pake sosis ya? Telor, daun bawang plus sosis oke tuh. KORNETNYA!!" request Winter dengan mata berbinar sembari dia membalikkan badannya untuk berhadapan dengan wajah istrinya itu.

Karina mengangguk cepat mengiyakan. Pikirnya kalau menolak permintaan Istri kecilnya ini dia pastikan hidupnya akan tak tenang. Entah dia akan diamkan atau dia malah mericuh di ruang kerjanya nanti.

Tapi Karina tak akan marah, karena dia sudah terlanjur tresno tenan. Bucin.

"Yasudah, awas dulu kamu. Aku mau masakin martabak nih" ujar Karina yang siap siap berdiri untuk memasak martabak untuk istrinya itu. Tapi Winter malah menahan pergelangan tangannya.

Mata Karina seakan mengisyaratkan pertanyaan, dan Winter hanya mengulum senyumnya. Dia semakin mendekatkan dirinya menuju tubuh Karina dan mencium pipi istrinya itu berkali kali, dan Karina hanya pasrah. Lagipula walau akan kebablasan juga tak akan rugi, sudah halal 100 persen tanpa cashback.

cup, pipi kanan check

cup, pipi kiri check

cup, dahi check

cup, hidung check

cup, pipi kanan lagi check

cup, pipi kiri dengan sedikit brutal check

Winter masih setia mengecup pipi istrinya dengan gemas, bahkan tangannya sudah bertengger erat di leher jenjang Karina. Wangi yang dia hirup dari tubuh Karina sudah menjadi obat penenangnya di sela sela masalah skripsinya yang belum kunjung kelar.

Dia sedikit stres dan pusing, tapi untung istrinya itu Karina. Jadi ada pereda stres lah setidaknya di setiap harinya. "Sayang, ini gimana aku mau masakin martabaknya nih"

"Hm, diem."

Karina pun menangkup pipi istrinya dan di tekannya dengan gemas. Dia merasa kena serangan jantung setiap melihat ke arah mata jernih istri mungilnya itu. Apalagi daster yang dia pakai sekarang, triple kill Karina dibuatnya.

"Iwwhhh akwwuu ndakkww bisaww nafaswwwhh nihww" Winter berusaha berbicara meski suaranya sudah acak adul.

"Apa? Aku ga ngerti, apa sayang apa?" Goda Karina dengan menambah tekanan di pipi Winter. Dan Winter semakin berusaha melepaskan pipinya dari cengkraman tangan Karina. Dan terjadilah apa yang sudah kita ketahui seperti sebelumnya.

If she were my puppy, i'll let her to bite me as she want

"AW!" Sungut Karina kesakitan setelah Winter menggigit bantalan tangan jari jempol miliknya. Dan Winter hanya menjulurkan lidahnya diatas ringisan Karina

"Mangkanya, jangan ngeselin, jadinya aku gigit kan"

Karina hanya tetap meringis kesakitan tanpa menjawab lagi ocegan Winter. Dan tentunya Winter jadi khawatir, tapi dia masih kesal. Dia jadi enggan menanyakan keadaan Istrinya itu. Namun tetap saja, Karina juga tidak marah ataupun menyuruh Winter beranjak dari pangkuannya. Winter jadi tak enak, dia pikir mungkin setidaknya Karina akan protes kepadanya. Tapi kenyataannya tidak sama sekali.

"Sa-- yang..? Uhm.." Tanya Winter akhirnya, dan Karina masih fokus sama tangannya tanpa menjawab Winter lagi.

"Uhm sayang, sakit betul kah?.." tanya Winter dengan nada pelan, dia jadi merasa bersalah sekarang. Dan Karina akhirnya memberikan respon, dia mengangkat kepalanya sembari tersenyum.

Winter jadi salah tingkah melihat senyum istrinya, "apaan sih. Ga jelas kamu senyum senyum kayak kunti. Aku ruqyah juga nih!"

Karina malah terbahak karena ancaman sih mungil, ia pun menaruh lagi tangannya di pipi kanan dan kiri Winter. Dipandangnya lekat maha karya Tuhan yang luar biasa tidak masuk akal kalau dibilang cantik (saja).

Diapun mengelus pipi Winter pelan. "buat adonan dedek aja yuk"

Winterpun melotot, "HEH GUNDULMU! AKU LAGI MENS IKI LHO?! TAK KEPLAK NDASMU YO?!"

lho..??














Hai, komen nggak?! Kalau ngga komen Winter aku ajak nikah paksa nih 😡😠

Soerabaja, kota romantis kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang