Bukan Jakarta yang merasa kehilangan
Tapi Jogjakarta yang tersedu kehilangan puan bagai tertancap paku
Namun Surabaya menghibur membawa cinta yang tak terukur
"J O G J A K A R T A AND ITS andai aku bisa song"
Pagi menyambut gadis jawa tengah itu dengan embun, tak sampai juga teh yang panas kebulannya tak rela menyentuh pipi halusnya, yang menjadi tenpat terbaik untuk bibir pujaannya mendarat. Seakan sang mentari tau hatinya sedang berseri khalayak dentingan lagu cinta milik sang legenda.
"Selamat pagi, gula arenku.." sapaan manis seperti biasanya, membangunkan denting asmara dalam kalbunya menyeruak keluar.
Senyuman manis itu terpantul jelas dibalik netranya yang bercahaya dan gemintang, dia jatuh cinta lagi. "Hai, sudah bangun kamu hm?"
"Yah, karena kamu matiin AC nya, jadinya aku kebangun deh" ucapnya sembari membawa badannya masuk kedalam dekapan sang istri hangat. Piyama putih milik Winter sudah menempel sempurna dengan pelukan sang istri.
Elusan tangan itu masuk menjelajah dipipi Karina seraya menyalurkan kehangatannya yang menggebu. Cinta itu tak lagi muda, tapi hati keduanya tetap memuda. Matanya terpejam menikmati setiap lengkuhan jari lentik sang puan.
"Iya sengaja, biar kita ngga telat ke pendopo"
Winter berusaha mengingatkan jadwal utama mereka di kota kelahirannya ini. Berusaha berdamai meski tak sampai hati, berusaha berbaikan meski belum sempurna.
Karinapun mengangkat wajahnya untuk melihat wajah cantik dari istrinya, dia tersenyum bahagia. "Cantik banget sih."
"Iya, i love you too.." winter membawa kedua bibir mereka masuk menjadi satu layaknya madu dalam seduhan pertama daun teh kesukaannya. Manis dan bergelora, hasrat putih yang membuai bagaikan laksamana lautan di samudra.
Cangkir putih miliknya sudah terduduk manis di atas meja, menyaksikan mereka saling bercumbu manis. Menjadi saksi diantara dua anak manusia ini, yang saling mencintai sedalam lautan seluas semesta.
Tak ada nafsu, hanya saluran kasih di antara keduanya. Teh hijau itu meninggalkan bekas disudut bibir milik sang mungil, dengan senang hati sang ratu membersihkannya tuntas.
Cup..
"Semoga hari ini menjadi hari baik buat kita, cintaku."
Winter merona, pipinya bersemu meski sudah 5 tahun lamanya mereka bersama. Maniknya jujur, dia bahagia. "Iya, Semoga saja sayangku.."
Tak ayal, hati keduanya berdebar tak karuan. Sebab terkahir kalinya mereka mengunjungi kota ini malah mendapatkan perlakuan tak baik dari sang gusti. Sudah mampu membuat hati anak bungsunya begitu sakit, tak lagi hatinya tergores.
"Kamu siap siap, gausah deg degan okay?" Ucap Winter menangkan sang istri yang dia tau sebenarnya dia tak karuan.
Karina hanya tersenyum sebagai jawabannya, namun dahinya mengerut sempurna. Istri mana yang buta akan kekhawatiran yang ditunjukkan pasangannya meski tanpa mereka katakan? Tidak ada satupun. "Ini jantungnya dinetralkan sedikit ya, gausah cemas. Kamu masih punya aku dan mba delima"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.