Kekeratonan itu hanyalah luka
Dan Surabaya adalah Hadiah
Dan kamu, itu anugerah, sayang."S O E R A B A J A AND ITS FINAL"
"Sayang, jadi gimana, ini PPKMnya kan diperpanjang lagi sama negara." Tanya seseorang dengan cepolan hitam di rambutnya itu masih terus menanyakan hal yang sama kepada Winter.
Sebab setelah berbaikan, tak lama sehabis mereka bercinta pun tak ada lagi topik menjalur menanyakan rencana ke Jogja. Sudah ada sekitar 2 hari setelah pengumuman PPKM yang diperpanjang. "Ya ngga usah aja, kan bisa kasih alasan juga ke Papi" jawab Winter sekenanya, dan tentu saja tidak di setujui oleh orang itu.
"Jangan gitu sayang--"
"Aku gamau kita ribut lagi, kalau bahas ini malah ngebuat kita ribut mending ngga usah dibahas." Winter benar benar ingin menjalani hari harinya dengan tenang dan bahagia seperti biasanya. Tanpa ada debatan yang berujung sama, itu begitu membosankan dan menyebalkan baginya. Cukup hari kemarin dia berdebat dan berakhir saling diam membisu satu sama lain. Sudah cukup.
Karina lagi lagi hanya menghela nafasnya lelah, ".. yasudah. Aku ikut kamu ke Jogja kalau gitu" final? Belum, ini bukan akhir dari keputusannya.
Winter yang masih fokus kepada layar laptopnya sejenak mengalihkan netranya menuju garis wajah sang istri yang kini sudah menatapnya serius dibalik kacamata beningnya. Dia bertanya tanya, apa dia tak salah mendengar?
"Hah?" Tanyanya bingung.
Karina hanya mengangguk sebagai jawabannya, "ya aku ngga ikut balik ke pendopo aja. Aku stay di hotel setelah nganterin kamu ke rumah papi" jawabnya lagi.
Winter langsung menyamakan posisinya untuk duduk disebelah sang istri, kembali menatap tajam menuju sang netra cantik itu dengan tatapan yang tajam. Dia tak habis pikir, Karina tetap berpegang dengan pendiriannya.
Susah sekali untuk di hancurkan barang secuilpun.
"Sama aja bohong." Jawab Winter dengan mengalihkan kepalanya menuju arah jendela, menarik nafasnya perlahan sebelum emosinya yang akan memuncak.
"Kamu pengecut, Karin." Lagi, Winter merasa kesal.
Karina diam diam sudah merencanakan hal ini dengan Delima pada 2 hari terakhir. Hanya saja, untuk membujuk Winter dan berusaha memberikan pengertian kepada istri tukang ngambulnya itu masih belum berhasil. Bukannya Karina tak mau bertemu atau tak memiliki nyali untuk bertemu mertuanya itu, hanya saja dia tak ingin kedatangannya menjadi air keruh di sela rasa rindu sang ayah kepada anak bungsunya.
Karina tidak sembrono dan ngawur jalarannya. Dia teratur dan pemikir matang, tentu Delima sudah menyetujui segala rencana yang telah di atur dan dibuat sedemikian rupa olehnya.
"Sayang.. sini ngadep aku sebentar mau ya?" Pinta Karina dengan suara yang melembut kepada istrinya itu.
Mau bagaimanapun, Karina tak mau menambah citra jelek dihadapan sang gusti prabu itu. Winter harus tetap berbakti bagaimanapun caranya.
"Sayang? Kok diem aja?" Panggil Karina sekali lagi, "aku cuman mau kita menyelesaikan semua urusan baik baik sayang" ujarnya sedikit memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.