Oh sayangku kau begitu..
" S O E R A B A J A "
Seharian penuh kepala Winter terasa penat, sejak perdebatan panjang yang terjadi dikala itu membuat imunnya naik turun. Hatinya merasa jengkel tapi tak sanggup untuk meluruskan rasa kesalnya kehadapan sang istri.
Kepalanya berdenyut tak karuan ditambah rasa mual yang bergejolak. Kepalanya pening dan bercucur keringat dingin yang tak biasa dia rasakan, dadanya berdegup jauh lebih kencang dari biasanya. Semenjak pagi tadi Karina berangkat menuju kantor, dia hanya dapat menyembunyikan rasa tak enak ditubuhnya agar sang istri tak merasa khawatir. Apalagi perjalanan menuju Jogja akan terlaksanakan 3 hari kedepan.
Sudah banyak masalah yang dipikul Karina yang membuat Winter tak ingin membuatnya khawatir berlebih.
"Kenapa pusing banget kepalaku" eluhnya sembari menyandarkan kepalanya diatas pinggiran sofa, tak lupa minyak kayu putih di genggamannya.
Dengan telaten dia mengoleskan minyak kayu putih itu disekitar pelipisnya, sembari menghirup nafas sebanyak banyaknya.
Niat hati ingin melanjutkan skripsi yang tinggal sedikit, malah terhambat dengan serangan rasa sakit. "Karin masih nyimpen tolak angin ngga ya?" Menolognya sembari mengingat apakah persedian cairan herbal kesukaan Karina masih tersedia apa tidak.
Seingatnya, Karina suka menyimpan cairan herbal itu dilaci kamar mereka. "Di laci deh kayaknya masih ada" ucapnya seraya mengambil langkah untuk beranjak dari sofa.
Daster biru dengan corak bunga bunga miliknya kini membiarka udara dari pendingin ruangan mereka masuk menembus relung dan tubuh Winter. Biasanya dia akan memakai cardigan untuk melengkapi tipisnya kain daster yang selalu dia pakai, namun kali ini tidak. Entah mengapa.
Baru saja Winter mengambil satu langkah tiba tiba saja dia jatuh seraya memegang kepalanya yang kian berputar tanpa henti.
BUGH!
Suaranya begitu keras, hampir tedengar kepenjuru ruangan.
"Karin.. sakit banget kepalaku.." rintihnya pelan, bahkan bisa dibilang tak terdengar.
Suasana kian mendingin ditambah tubuh Winter yang sudah terlentang lemas diatas ubin yang dingin itu. Kepalanya benar benar membuatnya ingin menjedotkan kearah tembok, sanking sakitnya yang tak tergambarkan.
Dia tak sanggup mengambil hpnya, buat beranjak saja dia tak kuat. Matanya berkunang dan keringat didahi kian menderas, dia sudah tak sanggup menopang badannya lagi. Dia benar benar sudah lemas tak berdaya, entah kenapa dia bisa seperti ini.
Matanya kian memejam sembari menikmati denyutan kepalanya yang benar benar menyiksanya. Ingin sekali berteriak meminta pertolongan, tapi apa daya tubuhnya sudah lunglai hampir tak sadarkan diri.
Dia pasrah.
Krieett..
Iya, Winter mendengar suara pintu dibuka namun dia sudah benar benar tak sanggup walau hanya untuk menengok.
"Sayang, laptop aku ketinggalan nih. Kamu aku telfon kok ngga di ang-- WINTER?! KAMU KENAPA SAYANG?!" Karina terburu buru menghampiri Winter yang sudah terlentang tak berdaya diatas lantai marmer mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerabaja, kota romantis kita
RomanceKarina orang Bali, anak Agung. Winter orang Yogyakarta, anak keraton. Semuanya berawal dari surabaya dan berakhir pada pelaminan sampai maut, semenjak april 2011 hingga ajal memisahkan.